Fayadh

Penulis

Senin, 22 Februari 2016 00:00 WIB

Fayadh tak jadi dihukum mati. Kabar di awal Februari ini mengatakan: sebagai gantinya, ia dihukum delapan tahun penjara dan dicambuk 800 kali.

Ashraf Fayadh penyair, umurnya 36 tahun, ia kurator seni, ia menerbitkan sebuah kumpulan sajak (saya terjemahkan dari judul Inggris) Instruksi di Dalam, dan ia ditangkap Polisi Syariat pada 2013. Oleh hakim Arab Saudi ia dianggap murtad. Hukumannya dipenggal atau digantung.

Untung nasibnya diketahui dunia luar. Dari pelbagai penjuru protes dikemukakan, dan Kerajaan Saudi mundursetengah tapak. Delapan tahun disekap dan didera cambuk 800 kali bukan hukuman yang enteng. Instruksi di Dalam tetap dianggap kejahatan serius.

Saya belum pernah membaca lengkap sajak-sajak seniman asal Palestina ini. Beberapa buah saya temukan di Internet dalam terjemahan Inggris; salah satunya (dalam versi Indonesia saya) merupakan statemen yang lamat-lamat, mungkin tentang ketakbebasan, mungkin juga bukan:

ia tak berhak berjalan, bagaimanapun,
bergoyang, bagaimanapun,
menangis, bagaimanapun

Advertising
Advertising

ia tak berhak membuka jendela
hati sendiri, buat melepas air mata, sampah,
dan udara lagi

Sajak itu dilanjutkan dengan semacam pengingat, entah kepada siapa: kau cenderung lupa, kau adalah sepotong roti.

Aneh sekali puisi: beberapa puluh patah kata cukup membuat sebuah kekuasaan dengan senjata lengkap dan lembaga perkasa merasa harus membungkamnya. Hari ini Fayadh. Di masa lain, di Uni Soviet di bawah Stalin. Penyair Osip Mandelstam dihujat, ditangkap, disingkirkan, akhirnya dibuang dan mati nyaris tak diketahui di Siberia. Juga karena sejumlah sajak. Ia dianggap tak patuh kepada garis yang ditetapkan Partai untuk kesusastraan, dan akhirnya dianggap menyerang Stalin.

Bagaimana para penguasa ituhakim Saudi dan pembesar Partai Komunismenganggap interpretasi mereka adalah tafsir yang benar, sementara mungkin makna itu bukan niat penyairnya?

"Dalam karya sastra yang murni," kata penyair Prancis Stephane Mallarme di abad ke-19, dalam Crise de Vers, "sang penyair menghilang sebagai pembicara dan menyerahkan tugasnya kepada kata-kata."

Kata-kata puisi lahir tanpa blueprint, dan hidup bak anak yatim. Begitu sebuah sajak kau tafsirkan, kata-katanya praktis kau adopsi. Ada satu anekdot tentang Picasso. Seorang opsir Jerman masuk ke apartemen pelukis terkenal itu dan melihat foto Guernica, mural besar Picasso yang mengungkapkan keganasan perang dan kepedihan penduduk Kota Guernica di Spanyol. Opsir Jerman itu bertanya: "Tuan yang membuat itu?" Jawab Picasso: "Bukan, Tuan yang membuatnya."

Picasso mungkin hendak menunjukkan kekejaman Nazi di mural itu, tapi mungkin juga ia hendak menunjukkan bahwa begitu sang opsir membuat tafsir atas karya itu ia pun mengadopsi maknanyaapa pun makna itu. Sang perupa tak ikut lagi.

Tapi Polisi Syariat Saudi, apparatchik Soviet, tak akan mudah mempercayai keterangan Mallarme dan tak akan menyadari bahwa mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka baca dan tafsir. Orang-orang itu, yang pakaian dan isi kepalanya diseragamkan, terbiasa membuat asumsi bahwa kata-kata berjalan lurus dari otak ke kertas cetak, dan bahwa makna selalu transparan dan gampang disepakati secara serentak, bahwa kata tetap seperti semula padahal telah disentuh pelbagai emosi dan analisis.

Bukankah dokumen dan perintah atasan yang mereka terima selalu seperti itu?

Dan di situlah soalnya. Aparat kekuasaan, apalagi yang punya niat mengatur hidup manusia sampai ke lubuk hati dan imajinasi, selalu punya khayal: kekuasaan yang menghadirkan mereka akan selalu sanggup mencakup dunia. Ironisnya, bagi mereka kekuasaan itu justru selalu genting. Tiap kata bisa mereka anggap peluru yang ditembakkan dengan peredam.

Mungkin tak sepenuhnya salah. Kita hidup dalam masa Foucault. Kita makin menyadari bahwa kekuasaan, yang bersifat relasional, sebenarnya selalu terkait dengan "wacana" (discourse)dengan persuasi, komunikasi, melalui penggunaan bahasa, pengukuhan simbol-simbol, perumusan hukum, pengelolaan ritual, juga penggunaan gertak, teror, dan kekerasan. Senantiasa untuk menegakkan legitimasi.

Tapi wacana, sebagaimana juga kekuasaan, tak pernah berada di satu tempat. Ada yang menguasai, ada yang dikuasai, tapi selalu interaktif dan tak stabil. "Wacana menjadi wahana kekuasaan," kata Foucault, "juga memproduksi dan meneguhkannya, tapi dalam pada itu menggerogoti dan menelanjanginya, hingga membuat kekuasaan keropos dan bisa dirintangi."

Kekuasaan dengan demikian tak pernah stabil, di masa lalu, apalagi di masa "modernitas yang cair" ini.

Sajak-sajak Fayadh mungkin terasa menunjukkan ketakstabilan itu. Ia berbicara tentang "tuhan-tuhan yang telah kehilangan harga dirinya".

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Prediksi Bayern Munchen vs Real Madrid di Semifinal Liga Champions: Jadwal, Kondisi Tim, H2H, Perkiraan Formasi

4 menit lalu

Prediksi Bayern Munchen vs Real Madrid di Semifinal Liga Champions: Jadwal, Kondisi Tim, H2H, Perkiraan Formasi

Duel Bayern Munchen vs Real Madrid akan tersaji pada leg pertama babak semifinal Liga Champions 2023-2024. Mengapa Real Madrid lebih diunggulkan?

Baca Selengkapnya

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

6 menit lalu

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

Pada 2023 terdapat 1.196 kasus judi online dengan jumlah tersangka 1.967, sedangkan di 2024 per April terdapat 792 kasus dan 1.158 tersangka.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

10 menit lalu

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

Budi Arie yang mendampingi Jokowi saat bertemu Nadella mengatakan Microsoft akan berinvestasi secara signifikan dalam empat tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

13 menit lalu

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

Manajemen BRIN angkat bicara soal adanya perintah pengosongan rumah dinas di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Shin Tae-yong Ogah Salahkan Wasit Usai Timnas U-23 Indonesia Dikalahkan Uzbekistan 0-2

13 menit lalu

Shin Tae-yong Ogah Salahkan Wasit Usai Timnas U-23 Indonesia Dikalahkan Uzbekistan 0-2

Shin Tae-yong menyayangkan beberapa keputusan wasit dalam laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan pada semifinal Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Top Skor Piala Asia U-23 2024 Jelang Babak Final dan Perebutan Posisi Ketiga: 3 Pemain Indonesia Masih Berpeluang

14 menit lalu

Top Skor Piala Asia U-23 2024 Jelang Babak Final dan Perebutan Posisi Ketiga: 3 Pemain Indonesia Masih Berpeluang

Jadwal Piala Asia U-23 2024 memasuki fase akhir, yakni perebutan gelar juara dan posisi ketiga. Persaingan menjadi top skor masih berlangsung ketat.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

19 menit lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

23 menit lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

26 menit lalu

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

Badan Geologi menaikkan status Gunung Ruang menjadi Awas dan memperingatkan potensi lontaran batuan pijar dan tsunami.

Baca Selengkapnya

Gelar Nobar Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024, BIN Sebut Perjalanan Timnas U-23 Indonesia Luar Biasa

28 menit lalu

Gelar Nobar Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024, BIN Sebut Perjalanan Timnas U-23 Indonesia Luar Biasa

Setelah gagal ke final Piala Asia U-23 2024 usai dikalahkan Uzbekistan, timnas U-23 Indonesia kejar posisi ketiga demi tiket Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya