Golkar

Penulis

Sabtu, 21 Mei 2016 00:15 WIB

Inilah Golkar rasa baru. Hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Nusa Dua, Bali. Apakah rasa itu kecut, manis, atau hambar, tergantung dari mana memandang pohon beringin yang sudah berkali-kali ganti juragan itu.

Namun ada yang tidak berubah. Yakni etika berpolitik Golkar yang selalu tidak bagus dan manuvernya terkesan buruk meskipun dibalut atas nama "dinamika politik". Lahir sebagai Sekber (Sekretariat Bersama) Golongan Karya, mereka melibas partai-partai yang ada dengan kasar, dibantu tentara aktif. Massa partai politik dipaksa berpindah ke Sekber Golkar. Ketika menang mutlak di Pemilu 1971 dan Golkar kemudian tak lagi berembel-embel Sekber, mereka pun mempopulerkan kata "golongan" yang anti-partai. Jargon "partai acap kali memberontak" membuat masyarakat takut jadi anggota partai, apalagi trauma dengan tragedi 1965/66. Partai pun dibonsai hanya tinggal dua dan dipaksa memakai lambang dari Pancasila, mengikuti Golkar dengan beringinnya. Maka, Partai Persatuan Pembangunan (gabungan partai Islam) berlambang bintang, Partai Demokrasi Indonesia (gabungan partai nasionalis) memakai kepala banteng, tidak bermoncong putih. Setiap kali pemilu di era Orde Baru, Golkar harus menang minimum 70 persen.

Selintas sejarah Golkar harus disebutkan untuk melanjutkan cerita betapa etika diabaikan. Dan tibalah era reformasi, kekuatan politik adalah partai, maka mau tak mau Golkar menjadi Partai Golkar. Nasibnya pun berubah, lebih sering kalah.

Pada Pemilu 2014, Golkar bergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP). Kalah mengusung calon presiden, tapi menang suara di parlemen, KMP pun merampas semua kursi pimpinan di parlemen, dengan mengubah dulu undang-undang yang ada. Sukses besar, koalisi lawannya yang mendukung Presiden Jokowi tak mendapat apa-apa.

Belum dua tahun, predikat oposisi tak membuat Golkar nyaman. Lewat Munaslub di Bali, Golkar memproklamasikan diri sebagai partai yang mendukung pemerintah serta keluar dari KMP. Yang patut diperjelas: apakah Golkar cuma "mendukung" atau mau "bergabung" dengan pemerintahan Jokowi? Dalam pernyataan, kata "mendukung" dipakai. Tapi dalam ucapan tokoh-tokohnya disebut "bergabung". Tentu keduanya berbeda. Kalau "mendukung", ya, dukung saja, jangan ngerecoki. Tapi kalau "bergabung" berarti masuk ke dalam tubuh pemerintahan, ikut menempatkan orangnya, barangkali satu atau dua menteri--selain Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang sudah ada, plus Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mantan Ketua Umum Golkar.

Advertising
Advertising

Secara etika, Golkar bergabung ke pemerintahan rasanya tidak elok. Apakah partai pendukung Jokowi, Koalisi Indonesia Hebat (KIH), mengundangnya bergabung atau menerima penggabungan itu? KMP dan Golkar di dalamnya ngotot menguasai kursi pimpinan DPR dengan melabrak etika politik di mana partai pemenang seharusnya jadi pemimpin DPR, tiba-tiba kini bergabung ke eksekutif. Kemaruk jabatan.

Jika etika ini ditambah dengan moralitas, Jokowi dan partai pendukungnya ibarat "setitik nila, rusak susu sebelanga". Nila itu adalah nakhoda Golkar saat ini. Dewan Pembina Aburizal Bakrie masih buruk namanya dalam kaitan lumpur Lapindo. Ketua Umum Setya Novanto sudah gugur dari Ketua DPR karena soal etika, masih rentan berurusan dengan kasus korupsi. Ketua Harian Nurdin Halid pernah dipenjara karena korupsi, mungkin orang lupa-lupa ingat. Jika Jokowi welcome menyambut bergabungnya Golkar, bisa saja susu sebelanga jadi kecut karena nila, dan rakyat mungkin jadi mual. Jokowi harus hati-hati untuk menyenangkan semua orang.PUTU SETIA (@mpujayaprema)

Berita terkait

Pj Wako Padang Soal Isu Megathrust: Jangan Panik, Tetap Waspada

1 detik lalu

Pj Wako Padang Soal Isu Megathrust: Jangan Panik, Tetap Waspada

Dalam keadaan bencana gedung-gedung pemerintah bisa dimanfaatkan sebagai TES (Tempat Evakuasi Sementara).

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Putusan Nurul Ghufron Langgar Kode Etik, Begini Kilas Balik Kasusnya

8 menit lalu

Dewas KPK Putusan Nurul Ghufron Langgar Kode Etik, Begini Kilas Balik Kasusnya

Dewas KPK vonis Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti melanggar kode etik dan menjatuhkan sanksi sedang berupa teguran tertulis dan pemotongan gaji.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Kerap Lakukan Hukuman Mati, Terbaru Eksekusi Mati 30 Pejabat Buntut Gagal Mitigasi Banjir

10 menit lalu

Kim Jong Un Kerap Lakukan Hukuman Mati, Terbaru Eksekusi Mati 30 Pejabat Buntut Gagal Mitigasi Banjir

Kim Jong Un eksekusi mati sekitar 30 pejabat akhir Agustus lalu. Ini deretan hukuman mati oleh pemimpin Korea Utara, termasuk kepada pamannya sendiri.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Pimpin Misa di Papua Nugini, Warga: Semoga Ketegangan dan Konflik Berakhir

19 menit lalu

Paus Fransiskus Pimpin Misa di Papua Nugini, Warga: Semoga Ketegangan dan Konflik Berakhir

Paus Fransiskus adalah Paus kedua yang mengunjungi Papua Nugini.

Baca Selengkapnya

Kericuhan Warnai Pertandingan Muaythai di PON 2024

26 menit lalu

Kericuhan Warnai Pertandingan Muaythai di PON 2024

Kericuhan sempat mewarnai pertandingan cabang olahraga muaythai di PON 2024 di Banda Aceh, Sabtu malam, 7 September 2024.

Baca Selengkapnya

Kata Pramono-Rano soal Program Anies, dari Hunian Vertikal hingga DP 0 Rupiah

29 menit lalu

Kata Pramono-Rano soal Program Anies, dari Hunian Vertikal hingga DP 0 Rupiah

Menurut Pramono Anung, Anies memiliki berbagai peninggalan usai menjabat selama lima tahun sebagai gubernur.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Eksekusi Mati Sekitar 30 Pejabat Dianggap Gagal Mitigasi Banjir, Hukuman Mati di Korut Melonjak Setelah Covid

30 menit lalu

Kim Jong Un Eksekusi Mati Sekitar 30 Pejabat Dianggap Gagal Mitigasi Banjir, Hukuman Mati di Korut Melonjak Setelah Covid

Presiden Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan memerintahkan eksekusi 20 hingga 30 pejabat pemerintah dan partai akhir Agustus lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Kegiatan Paus Fransiskus di Papua Nugini

35 menit lalu

Top 3 Dunia: Kegiatan Paus Fransiskus di Papua Nugini

Top 3 dunia masih didominasi berita soal Paus Fransiskus yang sekarang berada di Papua Nugini.

Baca Selengkapnya

5 Bandara Terburuk di Eropa Ada di Yunani hingga Belgia

35 menit lalu

5 Bandara Terburuk di Eropa Ada di Yunani hingga Belgia

Sebuah penelitian mengungkapkan daftar bandara terbaik dan terburuk di Eropa berdasarkan ulasan di Google

Baca Selengkapnya

Hasil Angkat Besi PON 2024 Sabtu 7 September: Rizki Juniansyah, Muhammad Zul Ilmi, Indah Afriza, Dewani Ramadhan Raih Emas

36 menit lalu

Hasil Angkat Besi PON 2024 Sabtu 7 September: Rizki Juniansyah, Muhammad Zul Ilmi, Indah Afriza, Dewani Ramadhan Raih Emas

Hasil Angkat Besi PON 2024 Sabtu 7 September: Rizki Juniansyah, Muhammad Zul Ilmi, Indah Afriza, Dewani Ramadhan meraih medali emas.

Baca Selengkapnya