Rivera

Penulis

Senin, 8 Agustus 2016 00:00 WIB

Gambar di kanvas: seorang perempuan berdiri dengan baju kurung warna ros, berselendang, memegang seikat kembang, sopan. Diego Rivera yang melukisnya mungkin tak akan melihatnya sebagai bagian dari pendiriannya: "Semua seni adalah propaganda...."

Aneh, memang, Gadis Melayu dengan Bunga dalam pameran Koleksi Istana Kepresidenan di Galeri Nasional bulan ini adalah karya Rivera sang perupa revolusioner Meksiko. Sosok perempuan itu teramat kalem. Tak ada yang gemuruh di sekitarnya. Tak ada keringat, gerak, kepedihan. Semua jinak. Kanvas ini tak ingin meyakinkan, mengubah, menggempur. Malah membosankanjauh dari gelora dalam lukisan Sudjojono yang mempesona.

Tak terasa energi Rivera yang biasa.

Kita ingat El Vendedor de Alcatraces ("Penjual Bunga Lili"), karya tahun 1941, sebuah contoh yang terkenal. Rivera melukis beberapa perempuan penjual bunga sebelumnya, tapi kanvas ini menampilkan ekspresinya yang paling kuat: sapuan kanvas yang penuh untuk latar yang gelap, sesosok tubuh perempuan dengan warna kulit moreno dan rambut hitam lurus. Rivera menampilkan seorang pekerja Indian yang memanggul bakul kembang yang lebih besar ketimbang tubuhnya. Kembang itu bisa berarti beban yang dipertalikan ke badannya, beban yang berlebihan, bisa juga berarti sesuatu yang indah tapi harus diperdagangkan. Atau mungkin lukisan ini menyiratkan apa yang menggugah hati dalam kerja bersama: di belakang perempuan yang merunduk berlutut itu ada sepasang kaki dan tangan yang menolong memasangkan beban besar itu di punggungnya.

El Vendedor bisa dilihat sebagai sebuah komentar sosial-politiksebuah "propaganda", tak berbeda dengan beberapa mural yang dibuat Rivera: karya ekspansif yang menyampaikan sikapnya tentang manusia dalam sejarah.

Advertising
Advertising

"Semua seni adalah propaganda...," katanya. Dalam arti tertentu Rivera benar, tapi kiranya catatan sastrawan revolusioner Tiongkok Lu Xun bisa menambahkan frasa yang lebih tepat: "Tapi tak semua propaganda adalah seni." Atau, tambahan dari saya: seni mengandung propaganda, tapi bukan propaganda yang mengulangi represi lama atau menghasilkan represi baru.

Di abad ke-20, seni bisa jadi propaganda dan sebaliknya, dengan sah dan berarti, jika yang menggerakkan adalah, untuk memakai istilah Ranciere, "disensus"kata lain untuk penolakan terhadap konsensus yang menekan. Di abad ke-20 dan sampai hari ini, meskipun tanpa berteriak, seni adalah bagian emansipasi sebagai proses yang hidup. Yang berperan bukan cuma negasi yang disampaikan sang seniman terhadap kebekuan, melainkan juga bagaimana karya itu diterima atau ditolak orang di suatu masa, di suatu tempat.

Pada 1934, Rivera menerima pesanan dari keluarga jutawan Amerika Rockefeller untuk membuat mural di Rockefeller Center, di tengah Manhattan, New York. Themanya: manusia di persimpangan jalan. Di dalamnya diinginkan ada gambar seseorang yang menatap ke depan untuk memilih jalan ke masa depan yang lebih baik, meskipun tak pasti.

Rivera pun menyampaikan sebuah sketsa rancangan muralnya. Tapi ternyata kemudian yang dibuatnya berbeda.

Ia agaknya terusik cemooh kalangan kiri New York karena ia, seorang seniman komunis, bersedia bekerja untuk propaganda seorang kapitalis besar. Maka di mural itu ia tambahkan dua gambar: di sebelah kanan gambar Lenin, pemimpin revolusi Rusia; di sebelah kiri gambar Rockefeller, sedang mereguk martini di dekat seorang pekerja seks.

Tak mengherankan, proyek itu gagal. Mural Rivera bersejarah justru karena dihapus dari dinding.

"Disensus" seperti ini tak hanya ia terapkan kepada sang kapitalis. Pada 1938 ia ikut menandatangani "Manifesto bagi Sebuah Seni Revolusioner yang Independen". Penyusunnya Trotsky, pemimpin komunis Rusia yang menyingkir dari kekuasaan Stalin di Moskow (dan kemudian dibunuh), dan Andre Breton, sastrawan pelopor ("Paus") Surealisme; ia juga komunis.

Manifesto itu mengutip Marx yang mengatakan bahwa seorang penulis tak memandang kerjanya sebagai sarana, melainkan sebuah tujuan sendiri. Dalam hubungan itu, "Seni resmi Stalinisme", kata lain dari "realisme sosialis", dikecam. Politik Partai bukanlah panglima. Manifesto itu justru menyerukan kehidupan seni yang "tanpa otoritas, tanpa dikte, tanpa sedikit pun perintah dari atas".

Rivera beberapa kali dipecat dari keanggotaan Partai Komunis. Ia kembali bergabung. Meskipun demikian, seperti pada Picassoyang juga seorang komunisseninya tak pernah bersedia mengikuti formula, tak pernah patuh pada apa pun. "Saya tak pernah percaya kepada Tuhan, tapi saya percaya kepada Picasso," katanya.

Kemudian ia juga meninggalkan Picasso: hidup kreatif memang tak bisa ajek.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

12 menit lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

18 menit lalu

Hasil Liga Inggris: Ditekuk Newcastle, Sheffield Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Sheffield United dipastikan menjadi tim pertama yang terdegradasi dari Liga Inggris (Premier League) musim 2023/24.

Baca Selengkapnya

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

29 menit lalu

Real Madrid di Ambang Juara Liga Spanyol, Carlo Ancelotti Segera Lewati Catatan Prestasi Zinedine Zidane

Real Madrid selangkah lagi menjadi juara Liga Spanyol 2023-2024. Pelatih Carlo Ancelotti segera bisa melewati catatan prestasi Zinedine Zidane.

Baca Selengkapnya

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

29 menit lalu

Jelang Laga Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Pelatih Timur Kapadze Analisis Skuad Garuda

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, pada Senin malam WIB.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

33 menit lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

1 jam lalu

Gempa M6,5 Malam Ini, Guncangan Terkuat di Sukabumi dan Tasikmalaya

Berikut data dan penjelasan dari BMKG tentang sebaran dampak gempa itu dan pemicunya.

Baca Selengkapnya

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

1 jam lalu

Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

Nicholas Saputra menceritakan berbagai hal menarik soal proses syuting "Secret Ingredient". Salah satunya soal penggunaan beberapa alih bahasa.

Baca Selengkapnya

Daftar Pelatih Proliga 2024: Nakhoda Asing dan Lokal Berimbang

1 jam lalu

Daftar Pelatih Proliga 2024: Nakhoda Asing dan Lokal Berimbang

Kompetisi bola voli profesional nasional, Proliga 2024, sudah bergulir sejak Kamis, 25 April 2024. Ini daftar pelatihnya.

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

1 jam lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Gempa dari Laut Selatan Malam Ini, Guncangannya Dirasa Kencang dan Lama

1 jam lalu

Gempa dari Laut Selatan Malam Ini, Guncangannya Dirasa Kencang dan Lama

Gempa mengguncang dari Laut Selatan Pulau Jawa pada Sabtu malam ini, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya