Dimas Kanjeng

Penulis

Sabtu, 1 Oktober 2016 00:45 WIB

Di awal-awal mengenal Romo Imam, saya pernah memanggilnya dengan sebutan Kangmas. Saya pikir itu sebutan yang sangat terhormat. Tapi Romo tak suka sebutan itu. Dia merasa persahabatan kami tak perlu pemanis sapa, apalagi sebagai penghormatan. Karena itu, saya kaget ketika kemarin sore Romo menyapa saya begini, "Dimas mau minum apa?"

Saya tertawa. Romo pasti mengajak guyon. Tapi Romo serius. "Sekarang sebutan dimas lagi populer, apalagi ditambah kanjeng. Kedua kata itu patut disandang orang-orang terhormat, orang yang patut dijadikan teladan, orang yang dianggap punya ilmu lebih, khususnya ilmu agama."

"Tapi Dimas Kanjeng sekarang ditahan, Romo. Dia diduga menjadi otak pembunuhan terhadap dua santrinya," kata saya. Romo langsung menimpali. "Itulah yang betul-betul tak masuk akal. Sudah sebutannya Dimas Kanjeng, yang menyiratkan orang yang patut dijunjung martabatnya, namanya juga dahsyat, Taat Pribadi. Kalau betul ini nama pemberian orang tuanya dan bukan nama jadi-jadian, sebagaimana nama artis, Taat Pribadi itu menyiratkan perintah untuk teguh kepada hati nurani. Lo, ini kok Dimas Kanjeng Taat Pribadi melakukan pembunuhan berencana?"

"Romo, itu baru dugaan," saya menyela. "Romo harus menghormati asas praduga tak bersalah dan jangan menghakimi. Beginilah kalau Romo terlalu sering menonton sidang kopi Jessica, berbagai opini berseliweran di luar sidang untuk mempengaruhi hakim."

"Kasus Dimas Kanjeng beda, ini transparan banget. Dua korban sudah ditemukan, motif pembunuhan pun sudah jelas," kata Romo. "Yang aneh bin ajaib, pangkal masalahnya adalah praktek sesat Dimas Kanjeng yang mengaku bisa menggandakan uang. Ismail Hidayat, korban pembunuhan itu, justru awalnya percaya dan bahkan mengajak orang-orang lain menitipkan uangnya untuk digandakan. Ketika Ismail sadar bahwa penggandaan uang itu sesuatu yang mustahil dan ia bersama teman-temannya menuntut uang itu dikembalikan, Dimas pun merasa terganggu. Dan Ismail, yang diberi pangkat Sultan Agung, dihabisi Dimas Kanjeng."

Advertising
Advertising

"Apa itu Sultan Agung?" tanya saya. Romo menjelaskan, "Sebutan semacam pangkat tertinggi di padepokan itu karena Dimas Kanjeng menyebut dirinya raja. Padepokan yang konon punya lebih dari 3.000 santri itu ternyata tidak mengajarkan ilmu agama. Kegiatannya hanya terpusat pada penggandaan uang yang diberi pernik-pernik zikir dan salawat. Bahkan menurut Ketua Majelis Ulama Jawa Timur, Abdusshomad Buchori, salah satu salawatnya disebut salawat fulus. Lebih ajaib lagi banyak orang percaya hal itu, dari pengusaha, pegawai negeri, apalagi petani. Beratus-ratus juta rupiah disetorkan untuk digandakan. Tragisnya, cendekiawan muslim bekas anggota DPR, Ibu Marwah Daud Ibrahim, juga menjadi bagian dari padepokan itu, malahan menjabat ketua yayasan. Ini bangsa lagi sakit apa?" Romo mengeluh panjang.

Saya yang justru lebih tenang. "Padepokan ini berdiri sudah lama, 2005, dan banyak tokoh penting berkunjung ke sana. Sudah tercium pula keanehan itu sejak lama. Tapi tak ada yang bereaksi, malahan padepokan ini memanfaatkan perangkat modern untuk mempromosikan dirinya. Ada video yang diunggah ke YouTube, ada media sosial untuk menampung aktivitasnya. Lalu ada kaum cerdik pandai yang bergabung. Promosi itu membuat orang ramai-ramai menyetor uangnya untuk digandakan. Sesuatu yang sangat irasional, tapi sepuluh tahun lebih tak ada yang melakukan apa-apa. Romo, saya kira ini musibah yang dahsyat, sepertinya banyak orang ikut mengajarkan kebodohan."

Romo makin nelangsa. PUTU SETIA

Berita terkait

Indonesia Lolos ke Final Piala Uber 2024, Gregoria Mariska Tunjung Optimistis dengan Pertumbuhan Pemain Tunggal Putri

3 menit lalu

Indonesia Lolos ke Final Piala Uber 2024, Gregoria Mariska Tunjung Optimistis dengan Pertumbuhan Pemain Tunggal Putri

Indonesia lolos ke final Piala Uber 2024, Gregoria Mariska Tunjung optimistis dan bangga dengan pertumbuhan para pemain tunggal putri generasi baru.

Baca Selengkapnya

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

8 menit lalu

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

Ahli Konstitusi UII Yogyakarta, Ni'matul Huda, menilai putusan MK mengenai sengketa pilpres dihasilkan dari pendekatan formal legalistik yang kaku.

Baca Selengkapnya

Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

9 menit lalu

Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

Microsoft juga akan bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk mendirikan Pusat Keunggulan AI Nasional dan meningkatkan kemampuan keamanan siber.

Baca Selengkapnya

Tentukan Langkah Indonesia ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Cahya Dewi Mengaku Sempat Tegang

13 menit lalu

Tentukan Langkah Indonesia ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Cahya Dewi Mengaku Sempat Tegang

Komang Ayu Cahya Dewi memastikan kemenangan regu putri Indonesia atas Korea Selatan di babak semifinal Piala Uber 2024 pada Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

19 menit lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

27 menit lalu

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

Banjir merendam 33 desa di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Jumat, 3 Mei 2024, pukul 03.03 WITA.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

36 menit lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

43 menit lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

43 menit lalu

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

Zulhas menganggap dukungan dari NasDem dan PKB ke Prabowo sebagai sesuatu yang biasa saja. Ia mengimbau masyarakat tak baper.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

47 menit lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya