Angsa

Penulis

Senin, 19 September 2016 00:00 WIB

Jakarta punya sejarah yang panjang, tapi punyakah ia nostalgia? Kota bergerak kian cepat; pada saat yang sama kian sedikit penghuni yang memandang foto-foto lama sebagai bagian dari riwayat mereka. Di Jakarta generasi manusia, gedung, dan peta berganti berkali-kali.

Kita punya Chairil Anwar (mungkin dia satu-satunya), yang sekilas mencatat satu adegan Jakarta modern di ujung 1940-anbioskop Capitol memutar film Amerika, anak-anak muda menunggu trem dari Kotatapi tak ada yang melihat kembali bagian yang ditinggalkan. Dengan murung atau tidak.

Transformasi tentu juga dialami kota lain. Paris di abad ke-19, misalnya, berganti rupa mirip ciptaan baru: pada 1853, Napoleon III menugasi Baron Georges-Eugene Haussmann untuk mengubah Paris. Kembali dari pembuangan selama 12 tahun di London, penguasa itu benci ibu kotanya sendiri.

Selama ia absen, jumlah penduduk meningkat dari 759 ribu jadi sejuta lebih. Kolera dan tifus membunuh ribuan orang. Dibandingkan dengan London masa itu, Paris berantakan dan sesak napas. Napoleon, yang melanjutkan kekuasaannya melalui kudeta dan jadi diktator, ingin pusat kerajaannya punya lampu terang, udara bersih, air jernih, taman luas, dan avenue dengan deretan pohon.

Haussmann dianggap pejabat yang tepat untuk transformasi itu. Birokrat bertubuh tinggi besar ini terkenal pintar di perguruan tinggi. Menteri Dalam Negeri menggambarkannya sebagai "salah satu dari orang paling luar biasa di zaman kita".

Advertising
Advertising

Dan Haussmann, yang bisa omong nonstop selama enam jam, bersedia menyimak ketika Napoleon III berkata: "Ini yang saya mau." Dibentangkannya peta Paris yang diberi tiga garis tebal, satu dari utara ke selatan dan dua dari timur ke barat. Artinya, sejumlah wilayah padatyang juga bersejarahharus dibongkar.

Maka "Haussmannisasi" pun dimulai. Sekitar 12 ribu bangunan dihancurkan, buat memperbaiki wilayah Opera National de Paris dan akses ke pasar Les Halles. Stasiun-stasiun kereta api baru didirikan dan dihubungkan dengan jalan raya yang lempang dan lebar. Boulevard sepanjang 137 kilometer terentang.

Tapi tak cuma itu. Juga deretan tiang lampu, kios surat kabar, dan pajangan di 27 taman dan lapangan. Di bawah tanah, Haussmann memasang jaringan saluran limbah kota; dibangunnya juga akuaduk dan cadangan air minum bersih.

Tak semua orang menyaksikan transformasi itu dengan antusias. Baudelaire menuliskan sajak-sajaknya yang terkenal dari kegundahan menapak Paris dalam desain Haussmann. Penyair yang selama hidupnya berpindah dari tempat ke tempat di kota itu suatu hari lewat di Place du Carrousel, dekat Museum Louvre. Wilayah ini dulu jadi pusat penjual buku dan karya seni. Ketika Baudelaire menyaksikannya, para pedagang itu sudah dipindahkan. Rumah-rumah kecil yang jadi kedai sudah hilang. Di sajak ke-89 dalam kumpulannya Les Fleurs du mal, ia pun menulis:

Paris lama tak lagi di situ!
(Sebuah kota berubah bentuk lebih cepat ketimbang hatiku).

Di bait berikutnya ia menyebut bagaimana ia, di suatu pagi, melihat seekor angsa lepas dari kandang, tapi tak menemukan air lagi. Bulunya yang putih menyusuri tanah. Di parit yang kering ia membuka paruhnya yang berlumur debu, bertanya: "Air, kapankah kau turun dalam hujan?"

Angsa itu sebuah alegori: makhluk elok bukan-manusia yang menanggungkan ambisi, kepentingan, dan kalkulasi manusiaseperti alam dan mereka yang di pinggiran terancam perluasan kuasa teknologi dan modal. Baudelaire mempersembahkan Le cygne buat Victor Hugo yang waktu itu hidup di pengasingan. Kita tahu ke mana pengarang Les Miserables itu berpihak: bersama para nestapa.

Tapi suara Baudelaire bukan nostalgia. Masa lalu tak semuanya indah. Bait pertama Le cygne menyebut nama dalam khazanah lama, Andromache, perempuan Troya yang suaminya gugur dan negerinya dibinasakan dengan bengis oleh yang lebih kuat dan ia jadi budak. Air matanya mengalir, membentuk sungai kecil yang dalam mithologi Yunani juga dewa, Simoeis. Dengan tak langsung, Le cygne mengingatkan ada yang kalah hari ini, tapi juga dulu dan nantidan itulah yang menyedihkan dalam sejarah manusia.

Tentu saja bisa ditambahkan: air yang mengalir itu bisa jadi energi. Peradaban bisa terbangun. Kalimat Walter Benjamin yang sering dikutip itu rasanya benar: "Kisah peradaban adalah juga kisah kebiadaban."

Saya tak tahu apakah dengan itu Benjamin bisa menjelaskan bahwa "Haussmannisasi" yang brutal pada akhirnya menjadikan Paris menarik, dan seorang flaneur bisa kluyuran di celah-celahnya, memandang dengan rasa tertarik dan cerdas deretan komoditas di sekitarnya.

Di Jakarta, kita tahu, tak mudah lagi kita kluyuran. Mungkin hanya jauh di malam hari: ketika jalan lengang, ketika terang dan gelap saling menyeling, dan kotadalam ketenangan diniharijadi sebuah ilusi.

Goenawan Mohamad

Berita terkait

BigHit Music Buka Audisi di Jakarta, Kapan Jadwalnya?

1 menit lalu

BigHit Music Buka Audisi di Jakarta, Kapan Jadwalnya?

Label grup BTS, BigHit Music akan mengadakan audisi global untuk menjaring calon peserta pelatihan pria dari 2 Mei sampai 31 Agustus 2024

Baca Selengkapnya

Shin Tae-yong Ungkap Lapangan Latihan Timnas U-23 Indonesia di Prancis Tak Sesuai Standar

3 menit lalu

Shin Tae-yong Ungkap Lapangan Latihan Timnas U-23 Indonesia di Prancis Tak Sesuai Standar

Shin Tae-yong mengatakan Lapangan latihan Timnas U-23 Indonesia di Prancis berbeda dengan yang ada di Qatar.

Baca Selengkapnya

Viral Cokelat Rp1 Juta Kena Pajak Rp9 Juta, Bea Cukai: Ada Tas Chanel-nya

5 menit lalu

Viral Cokelat Rp1 Juta Kena Pajak Rp9 Juta, Bea Cukai: Ada Tas Chanel-nya

Sebuah unggahan video Tiktok tentang cokelat dari luar negeri senilai Rp1 juta dikenakan bea masuk Rp9 juta viral, ini penjelasan Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Peluang Duet Ahok-Anies di Pilgub DKI Jakarta 2024

6 menit lalu

Peluang Duet Ahok-Anies di Pilgub DKI Jakarta 2024

Nama Ahok dan Anies masuk dalam bursa calon gubernur Pilkada DKI Jakarta 2024. Bahkan keduanya disandingkan sebagai duet Ahok-Anies.

Baca Selengkapnya

Gibran Ungkap Partai Pendukung Sudah Sodorkan Nama untuk Menteri: Keputusan di Tangan Pak Prabowo

8 menit lalu

Gibran Ungkap Partai Pendukung Sudah Sodorkan Nama untuk Menteri: Keputusan di Tangan Pak Prabowo

Gibran mengatakan partai-partai sudah menyodorkan nama-nama untuk posisi menteri di kabinet pemerintahan Prabowo - Gibran.

Baca Selengkapnya

5 Bukti Orang Utan Primata yang Cerdas dan Mirip Manusia

9 menit lalu

5 Bukti Orang Utan Primata yang Cerdas dan Mirip Manusia

Orang utan memiliki kemiripan DNA 96.4 persen terhadap manusia, mereka termasuk primata cerdas yang beradaptasi dengan baik di alam maupun tempat penangkaran.

Baca Selengkapnya

Progres Sumbu Kebangsaan IKN Sudah 98 Persen, Menteri PUPR: Bisa Digunakan Saat 17 Agustusan

10 menit lalu

Progres Sumbu Kebangsaan IKN Sudah 98 Persen, Menteri PUPR: Bisa Digunakan Saat 17 Agustusan

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau proyek pembangunan Sumbu Kebangsaan di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Selasa, 7 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Samsung Disebut akan Gunakan Kartu Grafis Buatan Sendiri pada Chipset Ponsel Flagshipnya

14 menit lalu

Samsung Disebut akan Gunakan Kartu Grafis Buatan Sendiri pada Chipset Ponsel Flagshipnya

Samsung disebut ingin mengembangkan arsitektur GPU-nya sendiri yang akan diterapkan pada Exynos 2600.

Baca Selengkapnya

Progres Pembangunan Sumbu Kebangsaaan IKN 98 Persen, Menteri PUPR: Bisa Digunakan Saat 17 Agustusan

20 menit lalu

Progres Pembangunan Sumbu Kebangsaaan IKN 98 Persen, Menteri PUPR: Bisa Digunakan Saat 17 Agustusan

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau proyek pembangunan Sumbu Kebangsaan di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Selasa, 7 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

23 menit lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya