Mencari Rumah (Ibadah) yang Aman

Penulis

Selasa, 26 Januari 2016 20:09 WIB

Film Spotlight

TEMPO.CO, Jakarta- Kisah nyata tentang tim wartawan yang membongkar kasus pelecehan seksual para pastur yang berlangsung bertahun-tahun. Nominasi Film Terbaik Academy Awards.


***


Rumah Tuhan seharusnya menjadi tempat paling aman di muka bumi.

Ternyata di Boston, dan di pojok manapun di dunia, rumah itu justru menjadi tempat yang berbahaya untuk anak-anak dan “kita harus berbuat sesuatu!” demikian Resendez.

Mike Resendez (Mark Ruffalo), salah satu wartawan investagasi harian Boston Globe itu memuntahkan pendapatnya dengan berapi-api. Mungkin ini satu-satunya adegan emosional dari seluruh film yang berdurasi 128 menit itu. Bukan berarti film yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini adalah sebuah film yang hening. Sebagai sebuah film tentang tim wartawan investigasi Boston Globe yang mengungkap skandal dalam gereja Katolik (yang kemudian diikuti pengungkapan skandal di gereja-gereja Katolik lain di berbagai negara), film ini berusaha keras untuk menghindar dari adegan emosional dan eksploitatif.

Dimulai dari tahun 2001, ketika ekonomi sedang melorot dan terjadi PHK di berbagai perusahaan, Boston Global baru saja kedatangan pemimpin redaksi baru dari Miami, Marty Baron (Liev Schreiber). Pemimpin baru ini tak mau banyak cincong dan langsung mempertanyakan rubrik Spotlight, sebuah rubrik investigasi Boston Globe yang terdiri dari beberapa wartawan yang dipimpin oleh Walter Robinson (Michael Keaton). Tim ini lazim mengerjakan satu kasus hingga berbulan-bulan—bahkan bisa sampai satu tahun. Baron menantang tim Spotlight untuk mengendus tuduhan pastur gereja Boston yang melakukan pelecehan seksual kepada salah satu anak altar. Tantangan yang semula ditanggapi dengan enggan oleh tim Spotlight—karena mengeritik pihak Gereja di Boston adalah sesuatu yang mustahil—akhirnya mereka terima sambil tetap mengerjakan investigasi kasus reguler. Tetapi tim ini, terdiri dari Mike Rezendes, Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams) and Matt Carroll (Brian d'Arcy James), segera menyadari bahw polisi dan jaksapun berusaha menutup kasus-kasus pelecehan seksual yang selama ini terjadi. Perlahan mereka menemukan fakta dari para penyintas, ternyata kasus pelecehan itu mencapai angka 90 kasus selama beberapa tahun terakhir. Ini membuat para pemimpin harian Boston Globe merasa dilematis: apa yang harus mereka lakukan? Apakah mereka akan meneruskan investiasi dan mulai menulis serial laporan mereka yang bakal sangat memojokkan Gereja yang akan berakibat fatal bagi seluruh Boston

Pemimpin Redaksi Baron menekankan, “kita akan menghajar sistem, karena setiap kali ada kasus, pastur itu hanya direlokasi, tidak dihukum apalagi dituntut pidana.”

Kisah yang kini sudah menjadi pengetahuan umum ini—terungkapnya skandal pastor di Boston, yang kemudian berlanjut dengan investigasi berbagai pastor di berbagai negara bagian Amerika, bahkan dunia—sebetulnya sudah kita ketahui akhirnya. Namun yang menarik adalah sutradara Tom McCarthy tetap mempertahankan gaya penggarapan yang konvensional; tiap wartawan mengendus, mencari, menyusuri, mewawancarai dan mengejar sumber berita. Mereka akan melapor, rapat dan berdebat sembari saling membandingkan perolehan bahan, berkelahi soal prioritas dan berujung pada rasa frustrasi , untuk kemudian meneruskan pengendusan dan menguak skandal. Meski saat itu sudah ada internet dan telepon seluler, sutradara Tom McCarthy sengaja tidak mengeskploitir kehebatan teknologi. Dia memfokuskan kameranya pada para wartawan dan bagaimana reaksi mereka sebagai manusia biasa yang harus menahan emosi ketika salah satu (mantan) pastor menjawab pertanyaan wartawan dengan enteng “itu bukan perkosaan.”

Tentu saja tak mudah membandingkan penggarapan film ini dengan gaya duo wartawan Washington Post dalam film All the President’s Men. Ritme yang cepat, prosedural, menekan emosi sekuat-kuatnya dan sutradara hanya mengizinkan satu adegan ledakan emosi dari Mike Resendez yang akhirnya tak tahan melihat para atasannya yang dianggap kurang cekatan memutuskan kapan berita itu diturunkan. Jika film ini dimasukkan sebagai nominasi Film Terbaik Academy Awards tahun ini, saya kira bukan hanya karena sentimen perjuangan melawan kekuatan yang begitu besar, tetapi justru karena McCarthy berhasil merenggut perhatian dunia pada persoalan kronis ini.

Film ini kemudian diakhiri dengan informasi—untuk menunjukkan betapa nyatanya kisah ini—bahwa harian Boston Global membuat 600 berita dari skandal 249 pastur atau romo di gereja –gereja di Boston. Para penyintas yang jumlahnya lebih dari seribu orang sebagian besar berani maju dan bersaksi kepada media atau kepada jaksa. Keberanian untuk membuka kasus seperti ini kemudian menjalar tak hanya di banyak kota di AS, tetapi juga di berbagai negara Eropa Barat.

Di dalam tokoh Mike Resendez terasa ada suara sutradara McCarthy, dengan emosi yang tertahan menyatakan: rumah Tuhan seharusnya menjadi tempat paling aman.

Leila S.Chudori


****
SPOTLIGHT
Sutradara: Tom McCarthy
Skenario: Josh Singer dan Tom McCarthy
Pemain: Michael Keaton, Mark Ruffalo, Rachel McAdams, Liev Schreiber, Stanley Tucci


Advertising
Advertising

Berita terkait

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

1 hari lalu

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Sutradara Hanung Bramantyo menyebut film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa awalnya hadir delam dua versi, 21+ dan 17+.

Baca Selengkapnya

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

6 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

7 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

8 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

14 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

15 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

17 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

19 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

21 hari lalu

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal

Baca Selengkapnya

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

22 hari lalu

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.

Baca Selengkapnya