Cari Angin

Penulis

Sabtu, 26 November 2016 00:58 WIB

Artefak

PUTU SETIA
@mpujayaprema

Pemerintah Belanda akan mengembalikan 1.500 artefak ke Indonesia. Ini berita penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Tapi siapa yang peduli saat ini, tatkala proses pemilihan gubernur di Jakarta begitu panas? Orang lebih suka membicarakan apakah kepolisian berhasil ditekan dengan aksi demo agar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditahan. Atau berdebat apakah salat Jumat sah atau tidak jika dilakukan di jalan raya. Apalagi adanya isu yang "ngeri-ngeri sedap", seperti makar misalnya. Itu pasti lebih menarik dibanding membicarakan artefak. Tak perlu survei, hanya sedikit yang tahu apa itu artefak.

Artefak adalah benda arkeologi yang dibuat oleh manusia dan dari benda itu jejak-jejak sejarah bisa dilacak. Artefak bisa berupa arca, patung, keris, tombak, tulisan kuno yang ditorehkan di batu, di daun lontar, atau mungkin sudah berupa buku. Dari sini sejarah bangsa bisa dirangkai. Setidaknya kita bisa belajar tentang kearifan dan juga ketidakarifan di masa lalu.

Belanda berhasil memboyong ribuan artefak dari bumi Indonesia. Tempat penyimpanan khusus artefak itu diberi nama The Nusantara Collection, bagian dari Delft Museum. Para arkeolog dan peminat budaya Indonesia banyak yang datang khusus ke Delft untuk belajar tentang Indonesia. Para profesor di Fakultas Budaya dan Sastra Universitas Udayana Denpasar acap kali menyebutkan, kalau mau belajar tentang sejarah Nusantara, termasuk sejarah Bali, pergilah ke Delft. Di sana ada ratusan tanpa diketahui jumlah yang pasti lontar kuno yang memuat tentang sejarah, kesusastraan, keyakinan, dan legenda rakyat. Keris yang dipakai raja-raja Bali saat "Perang Puputan" juga ada di Belanda.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berencana mengembalikan 1.500 artefak itu ke Indonesia. Sebagai bukti awal, Rutte menyerahkan sebuah keris kepada Presiden Joko Widodo dalam pertemuannya Rabu lalu. Banyak orang yang terkejut, salah satunya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Advertising
Advertising

Yang sesungguhnya lebih membuat terkejut adalah alasan kenapa Belanda mengembalikan artefak itu tanpa imbalan. Ternyata alasan biaya, karena memelihara benda kuno seperti itu membutuhkan dana besar. Mungkin ada alasan lain, misalnya, Belanda sudah tak memerlukan lagi menyimpan "sejarah bangsa lain". Indonesia sudah pasti ibarat mendapat durian runtuh. Menteri Muhadjir pun bilang ini peristiwa bagus, meski tak tahu harus berbuat apa sebelum pergi ke Belanda melihat benda-benda itu.

Akan ditaruh di mana artefak itu nantinya? Menteri Muhadjir hanya menyebutkan artefak akan dipilah-pilah, kalau berupa buku ditaruh di Perpustakaan Nasional. Artinya, artefak yang berupa patung akan ditaruh di Museum Nasional atau museum yang ada di daerah disesuaikan dengan asal artefak. Maka artefak yang berupa lontar mungkin akan menghuni Museum Lontar Gedong Kirtya di Singaraja, Bali.

Apakah kita siap dengan dana memelihara artefak itu jika Belanda saja kewalahan? Artefak itu harus dirawat. Sebaiknya jika berupa buku apalagi berbentuk lontar perlu disalin dalam format digital. Itu tahap awal dan dilanjutkan proyek penerjemahannya. Upaya ini pernah dilakukan untuk koleksi di Gedong Kirtya oleh sebuah lembaga swasta, tapi tak berlanjut karena pemerintah tak punya perhatian. Kalau pemerintah tetap tak punya perhatian terhadap urusan budaya luhur bangsa ini karena lebih banyak rupiah disedot urusan politik maka pengembalian 1.500 artefak dari Belanda adalah bencana. Artefak dipulangkan untuk dicampakkan dan lenyap pelan-pelan.

Berita terkait

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

6 menit lalu

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.

Baca Selengkapnya

Gina S. Noer dan Maudy Ayunda Kolaborasi Garap Film KHD Berkisah Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

8 menit lalu

Gina S. Noer dan Maudy Ayunda Kolaborasi Garap Film KHD Berkisah Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Film KHD merupakan debut Gina S. Noer dalam menggarap film bertema sejarah dan Maudy Ayunda sebagai produsernya.

Baca Selengkapnya

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

21 menit lalu

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.

Baca Selengkapnya

Alasan Mahkamah Agung Tak Lagi Publikasikan Putusan Cerai Ria Ricis dan Teuku Ryan

25 menit lalu

Alasan Mahkamah Agung Tak Lagi Publikasikan Putusan Cerai Ria Ricis dan Teuku Ryan

Juru bicara Mahkamah Agung Suharto mengatakan sejak putusan cerai Ria Ricis dan Teuku Ryan dimuat di direktori, sudah diunduh sebanyak 623.766 kali.

Baca Selengkapnya

Tidak Takut Pakai Pakaian Motif, Ini Tips Ala Andien

29 menit lalu

Tidak Takut Pakai Pakaian Motif, Ini Tips Ala Andien

Penikmat fashion Andien Aisyah memberikan beberapa tips padu padan warna dan motif pakaian agar tetap enak dilihat dan tidak membosankan.

Baca Selengkapnya

Saran Tenaga Medis agar Jemaah Haji Terhindar dari Heat Stroke di Tanah Suci

30 menit lalu

Saran Tenaga Medis agar Jemaah Haji Terhindar dari Heat Stroke di Tanah Suci

Suhu di Tanah Suci diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius. Jemaah haji diimbau untuk dapat beradaptasi agar terhindar dari heat stroke.

Baca Selengkapnya

KPK Akui Awal OTT Kasus Korupsi di BPPD Sidoarjo Tak Berjalan Mulus

33 menit lalu

KPK Akui Awal OTT Kasus Korupsi di BPPD Sidoarjo Tak Berjalan Mulus

KPK mengakui OTT kasus pemotongan dan penerimaan uang kepada pegawai negeri Badan Pelayanan Pajak Daerah (BPPD) Sidoarjo, awalnya tak sempurna.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Jakarta Raih Penghargaan Pembangunan Daerah 2024

40 menit lalu

Pemprov DKI Jakarta Raih Penghargaan Pembangunan Daerah 2024

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berhasil meraih Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) 2024, dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas.

Baca Selengkapnya

Seperti Lovely Runner 4 Drama Korea ini Usung Tema Perjalanan Waktu

44 menit lalu

Seperti Lovely Runner 4 Drama Korea ini Usung Tema Perjalanan Waktu

Drama dengan tema perjalanan waktu seperti Lovely Runner memiliki daya tarik tersendiri

Baca Selengkapnya

Kecam Kekerasan dan Diskriminasi Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, YLBHI Desak Aparat Usut Tuntas dan Penuhi Hak Korban

45 menit lalu

Kecam Kekerasan dan Diskriminasi Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, YLBHI Desak Aparat Usut Tuntas dan Penuhi Hak Korban

YLBHI dan LBH Jakarta mengecam diskriminasi dan kekerasan oleh kelompok intoleran kepada sejumlah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang.

Baca Selengkapnya