Tiga Anak Panah dan Satu Pandiangan

Penulis

Senin, 1 Agustus 2016 16:23 WIB

Film 3 Srikandi (2016)

TEMPO.CO, Jakarta- Sebuah upaya berkisah tentang tiga atlet panahan yang pertama kali meletakkan nama Indonesia di dunia Olimpiade.


***


BEGINI. Fokuskan mata kita seperti halnya Nurfitriyana Saiman berkonsentrasi mengarahkan anak panahnya pada sasaran. Targetkan tontonan kita pada Reza Rahadian, Tara Basro, Donny Damara, dan bahkan Indra Birowo, yang sesekali muncul. Nah, Anda akan menyaksikan film ini dengan aman karena mereka aktor dan aktris yang jarang mengecewakan.

Chelsea Islan, yang biasanya tampil agak ”heboh” dalam film lain, ternyata di tangan sutradara baru ini jadi lumayan mengasyikkan, asalkan kita melupakan cara Chelsea mengucapkan ”matek aku” yang repetitif itu.

Film ini memang bukan film olahraga semacam Garuda di Dadaku (Ifa Isfansyah, 2009), King (Ari Sihasale, 2009), Tendangan dari Langit (Hanung Bramantyo, 2010), dan Cahaya dari Timur (Angga Dwimas Sasongko, 2014), tapi lebih menceritakan drama persiapan tiga pemanah, Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani, menuju Olimpiade Seoul, Korea, 1988. Panahan sebetulnya cabang olahraga yang tak mudah mengangkat emosi penonton, baik penonton di lapangan yang menyaksikan secara langsung--karena ini bukan olahraga ribut-ribut, ramai-ramai, dan heboh seperti sepak bola.

Ini olahraga yang sebetulnya sangat soliter, membutuhkan konsentrasi dan suasana diam dalam diri sang atlet agar anak panah menuju target. Kalaupun para srikandi atau para arjuna (bagi pemanah pria) sudah melepaskan anak panah, kita tak langsung bisa jingkrak, karena akan ada proses para juri menghitung dan menentukan pemenang. Dengan kata lain, jeritan kemenangan harus ditunda.

Maka tak mengherankan jika film ini lebih didominasi dari cerita persiapan, drama di dalam pelatnas dan drama keluarga ketiga atlet. Tapi apakah betul ketiga atlet itu memang memiliki orang tua yang tidak mendukung kegiatan keren putrinya seperti yang digambarkan dalam film? Sulit untuk saya mempercayai itu, bukan hanya karena keluarga Indonesia umumnya justru sangat bangga jika anak-anaknya jagoan olahraga, tapi alasan-alasan yang dikemukakan tidak meyakinkan. Tentu ini tahun 1980-an ketika beberapa keluarga masih suka menjodoh-jodohkan anaknya dengan pria yang ”menjamin masa depan”, tapi drama ayah Yana melempar medali ke lantai? Buang saja, Mas Bro. Ini berlebihan.

Sutradara Iman Brotoseno mengatakan kepada wartawan bahwa film ini terdiri atas 70 persen kisah nyata dan 30 persen fiksi. Itu tentu harus dipahami karena ini memang film layar lebar, bukan dokumenter, tapi tantangan ketiga atlet tersebut bisa lebih kreatif daripada persoalan orang tua versus anak (apalagi ketiga atlet itu malah kepingin mengharumkan nama bangsa, lho).

Seperti saya katakan tadi, kalau kita berfokus pada seni peran beberapa pemain dan sesekali lagu-lagu 1980-an yang membuat penonton angkatan ”sepuh” jadi merasa muda kembali, kita aman. Bahkan adegan-adegan mereka berlatih pun masih asyik ditonton, dengan Chelsea Islan dan Indra Birowo sebagai comedy relief. Bahkan kostum tahun 1988--yang astaga betul penampilannya--dipenuhi dengan baik. Poster Onky Alexander atau lagu Astaga Ruth Sahanaya adalah hal kecil yang perlu dihargai sebagai ketelitian sutradara.

Sayang sekali, justru ketika kamera menyorot kehidupan keluarga mereka (yang premisnya tidak meyakinkan) atau justru ketika acara puncak pertandingan, energi terasa melorot. Film-film yang melibatkan pertandingan, zero to hero, ketika si negara kecil ternyata tampil melawan si raksasa besar sebetulnya menarik dan adegan-adegan itu bisa dijelajahi dengan asyik. Tapi sineas film memilih jalan pintas. Si Goliath Amerika menyenggol si kecil Indonesia hingga jatuh. Secara visual, pada akhir film kita juga tak teryakinkan apakah itu memang Olimpiade di Seoul atau di Senayan. Meski lokasi syuting tak penting karena ini dunia rekaan, kami--para penonton--harus diyakinkan bahwa gambar di depan itu memang benar sebuah adegan puncak: Olimpiade di Seoul 1988.

Jika kita ingin mengambil hikmah film ini, paling tidak kita tahu betapa menyedihkan situasi dan kondisi infrastruktur olahraga kita dan betapa hebatnya trio srikandi itu bisa menyambar medali perak dalam situasi kita yang serba minim. Hal lain: arahkan anak panah kita pada para pemain saja. Mereka tampil bagus.

LEILA S. CHUDORI


3 SRIKANDI
Sutradara: Iman Brotoseno
Skenario: Swastika Nohara dan Iman Brotoseno
Pemain: Bunga Citra Lestari, Tara Basro, Chelsea Islan, Reza Rahadian, Donny Damara



Advertising
Advertising

Berita terkait

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

20 jam lalu

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Sutradara Hanung Bramantyo menyebut film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa awalnya hadir delam dua versi, 21+ dan 17+.

Baca Selengkapnya

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

5 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

6 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

7 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

13 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

15 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

16 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

19 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

20 hari lalu

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal

Baca Selengkapnya

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

22 hari lalu

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.

Baca Selengkapnya