Sensitivitas Al-Aqsa dan Kebijakan Israel

Penulis

Rabu, 26 Juli 2017 00:11 WIB

Smith Alhadar
Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies

Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.

Bahkan kini Israel berhadapan dengan dunia Islam yang menolak tindakan negara tersebut memasang detektor itu setelah terjadi insiden berdarah di Masjid Al-Aqsa pada pertengahan Juli lalu. Upaya Israel meredakan ketegangan dengan mengganti detektor itu dengan kamera canggih (CCTV) tetap tidak berhasil. Warga Palestina tidak dapat menerima tindakan apa pun yang mengisyaratkan penguasaan Israel atas Masjid Al-Aqsa. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pun mengadakan pertemuan di Turki untuk membicarakan krisis ini.

Israel memang melanggar ketentuan yang berlaku. Sejak dulu Al-Aqsa, masjid tersuci ketiga umat Islam, dikelola oleh Yordania. Status quo ini dipertahankan dalam perjanjian perdamaian Israel-Yordania pada 1994. Al-Haram Al-Syarif--yang sepotong dindingnya merupakan Tembok Ratapan, tempat suci bagi umat Yahudi--boleh dikunjungi kaum Yahudi tapi tidak untuk beribadah. Adapun kedaulatan Masjid Al-Aqsa sepenuhnya berada di tangan Yordania.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan Israel tidak berniat mengubah status quo itu. Namun, sepanjang CCTV tidak dicopot, ucapan Netanyahu itu tidak ada artinya. Jelas CCTV, sebagaimana detektor, menunjukkan kekuasaan Israel atas Masjid Al-Aqsa. Netanyahu adalah politikus dari partai garis keras Likud. Dia membangun pemerintah koalisi dengan partai-partai sayap kanan dan agama. Dengan demikian, kendati mungkin ia bersedia memenuhi keinginan warga Palestina, para menteri kabinet dari partai-partai pendukungnya akan menentang.

Al-Aqsa memang masjid yang sensitif. Kaum muslim percaya, dari Masjid Al-Aqsa, Nabi Muhammad melakukan mi'raj ke langit. Tak mengherankan, ketika pada 1969 seorang Yahudi fanatik membakarnya, umat Islam di seluruh dunia marah besar dan mendorong para pemimpinnya berhimpun membicarakan nasib masjid itu dan upaya merehabilitasinya. Inilah pertemuan yang menjadi cikal bakal terbentuknya OKI, yang bertujuan melindungi Masjid Al-Aqsa. Pada 2000, kunjungan mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon ke Al-Haram Al-Syarif memicu lahirnya Intifadah II, yang menewaskan ratusan orang Palestina. Intifadah III pecah pada Oktober 2015, menyusul segerombolan pemuda Yahudi memasuki Al-Haram Al-Syarif untuk beribadah.

Memang, kalau kunjungan kaum Yahudi untuk beribadah--yang telah berulang kali mereka coba lakukan--dibiarkan, akan jadi preseden buruk yang dapat berujung pada pencaplokan Israel atas masjid ini. Apalagi ada gelagat Israel untuk melakukan hal tersebut. Para arkeolog Israel terus mencari kesempatan untuk menggali tanah di bawah kompleks Masjid Al-Aqsa guna menemukan puing-puing peninggalan kuil Nabi Sulaiman yang diyakini berada persis di bawah masjid. Upaya ini didukung secara diam-diam oleh pemerintah Netanyahu. Warga Palestina curiga bahwa sesungguhnya Israel ingin merobohkan Masjid Al-Aqsa dan di atasnya akan dibangun kembali kuil Nabi Sulaiman. Dengan demikian, Yerusalem akan benar-benar menjadi kota Yahudi. Toh, Yahudinisasi sudah lama dijalankan Israel. Padahal Yerusalem Timur hendak dijadikan ibu kota Palestina merdeka kelak. Sesuai dengan Kesepakatan Oslo (1993), status final Yerusalem Timur akan diputuskan di meja perundingan. Tapi, sejak 1995, proses perdamaian Israel-Palestina jalan di tempat. Bahkan terhenti total sejak 2014. Adapun Israel terus menjalankan politik demografi di Yerusalem Timur yang merugikan Palestina.

Sejak 1967, Israel selalu menjaga agar warga Yahudi tetap mayoritas di Yerusalem. Kuota perumahan nyaris tidak ada hubungannya dengan perencanaan kota, melainkan digunakan untuk mendesak orang Palestina meninggalkan kota tersebut. Pada 1999, mantan penasihat tinggi Wali Kota Yerusalem, Teddy Kolek, mengungkapkan bahwa pemerintahnya mempunyai target rahasia untuk membatasi populasi Arab pada angka 28,8 persen. Alasannya, supaya tidak ada yang menggugat kepemilikan Israel atas Yerusalem yang lebih besar pada masa mendatang.

Naiknya Donald Trump sebagai penguasa Gedung Putih, yang tidak lagi berkomitmen pada perdamaian Israel-Palestina berdasarkan solusi dua negara, ikut berkontribusi bagi memburuknya hubungan kedua bangsa. Adapun Israel terus membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan kesepakatan yang dibuatnya dengan Palestina--yang membuat Palestina frustrasi. Bisa dipastikan hasil akhir pertemuan OKI akan mengecam Israel, yang akan lebih memanaskan suasana, lebih banyak darah yang tertumpah, dan perdamaian semakin sulit diwujudkan.

Berita terkait

UEA Cegat Rudal Houthi, Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel

31 Januari 2022

UEA Cegat Rudal Houthi, Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel

Uni Emirat Arab berhasil mencegat sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi dari Yaman ketika negara Teluk itu menjamu Presiden Israel

Baca Selengkapnya

Biro Travel Khawatirkan Larangan Turis Berpaspor Indonesia Masuk Israel

31 Mei 2018

Biro Travel Khawatirkan Larangan Turis Berpaspor Indonesia Masuk Israel

Aturan pelarangan masuk Israel bagi turis berpaspor Indonesia membuat banyak tamu mempertanyakan hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Amerika di Israel Akan Pindah ke Yerusalem

29 Agustus 2017

Kedutaan Besar Amerika di Israel Akan Pindah ke Yerusalem

Netanyahu menunjukkan ekspresi penghargaannya kepada Trump dan pemerintahannya yang selama ini memberikan dukungan kuat bagi Israel.

Baca Selengkapnya

Kesepian, Monyet Rawat dan Bermain dengan Anak Ayam

26 Agustus 2017

Kesepian, Monyet Rawat dan Bermain dengan Anak Ayam

Niv, monyet dari spesies Macaque telah menghabiskan waktunya dengan menjaga, membelai, membersihkan, dan bermain dengan seekor anak ayam.

Baca Selengkapnya

Gereja Ortodoks Yunani Protes Israel Propertinya Dijual ke Yahudi

15 Agustus 2017

Gereja Ortodoks Yunani Protes Israel Propertinya Dijual ke Yahudi

Pemimpin Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem tolak keputusan pengadilan Israel yang menyetujui penjualan properti gereja ke ke perusahaan Yahudi.

Baca Selengkapnya

Israel akan Tutup Kantor Berita Al Jazeera

7 Agustus 2017

Israel akan Tutup Kantor Berita Al Jazeera

Israel menganggap siaran berita Al Jazeera bersifat menghasut.

Baca Selengkapnya

Ditembaki Rudal, Israel Balas Serang Pos Hamas di Gaza  

24 Juli 2017

Ditembaki Rudal, Israel Balas Serang Pos Hamas di Gaza  

Tank milik Israel menyerang pos pemantau milik Hamas di Gaza, Senin, 24 Juli 2017, sebagai balasan atas tembakan rudal dari arah perbatasan Palestina.

Baca Selengkapnya

Israel Akan Membangun Pulau Buatan di Gaza

14 Mei 2017

Israel Akan Membangun Pulau Buatan di Gaza

Trump akan tiba di Yerusalem pada 22 Mei 2017 untuk membicarakan masalah perdamaian antara Israel dan Palestina.

Baca Selengkapnya

Bahasa Arab Akan Dihapus dari Bahasa Resmi Israel  

9 Mei 2017

Bahasa Arab Akan Dihapus dari Bahasa Resmi Israel  

Sejumlah menteri dalam kabinet Israel menyetujui RUU kontroversial yang akan menghapus status bahasa Arab sebagai bahasa resmi Israel.

Baca Selengkapnya

Tank Israel Buldoser Lahan Pertanian Warga Palestina

7 Mei 2017

Tank Israel Buldoser Lahan Pertanian Warga Palestina

Kendaraan militer itu masuk sekitar 150 meter wilayah pertanian Palestina, selanjutnya membuldoser lahan tersebut.

Baca Selengkapnya