Skema Melawan Radikalisme

Penulis

Jumat, 28 Juli 2017 01:23 WIB

A. Helmy Faishal Zaini
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Miris sekali menyaksikan penangkapan Agus Wiguna pada awal Juli lalu. Pemuda asal Buahbatu, Bandung, itu terlibat dalam jaringan terorisme. Berdasarkan laporan Kepolisian RI, pemuda 21 tahun tersebut mempelajari cara merakit bom panci dari jejaring Internet, termasuk media sosial. Ini persoalan yang sangat serius. Banyak pemuda, atau bahkan mereka yang masih belia, terpapar virus radikalisme.

Setidaknya ada tiga langkah yang bisa diupayakan dalam mencegah hal ini terjadi. Pertama, revitalisasi penanaman nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme. Ini sangat penting mengingat gerakan radikalisme itu salah satunya bersumber dari lemahnya penghayatan, pemahaman, dan kecintaan terhadap nilai-nilai Pancasila, sehingga menyebabkan jiwa seseorang mengalami kemarau nasionalisme.

Merujuk pada Stanley Benn (1967) dalam artikel "Nationalism" di jurnal The Encyclopedia of Philosophy, setidaknya ada lima indikasi yang merupakan "suprastruktur" bangunan dan pengejawantahan nasionalisme. Indikasi pertama adalah semangat ketaatan dan jiwa patriotisme terhadap bangsa. Lalu kecenderungan mengutamakan kepentingan bangsa sendiri jika dibenturkan pada kepentingan bangsa lain. Kemudian sikap pentingnya penonjolan ciri khusus bangsa dan memandang perlunya kebudayaan bangsa dipertahankan. Terakhir, pandangan bahwa umat manusia secara alami terbagi-bagi menjadi pelbagai bangsa, tapi ada kriteria yang jelas untuk mengenali suatu bangsa beserta para anggota bangsa itu.

Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan sebagai parameter untuk mengukur sejauh mana atau pada bagian mana dalam aspek "suprastruktur" nasionalisme yang menyokong bangunan nasionalisme bangsa kita yang tergerus dan merapuh. Pemetaan ini penting karena akan berdampak langsung pada strategi dan skala penanganannya.

Pemerintah harus mencari formula untuk membangkitkan apa yang oleh J.J. Rousseau disebut sebagai "nasionalisme kewarganegaraan". Nasionalisme jenis ini dibangun dari partisipasi aktif rakyat. Sikap rakyat yang selalu aktif mencintai segala aspek negerinya adalah bahan baku utama untuk membangun nasionalisme.

Nasionalisme kewarganegaraan tersebut harus dipupuk dengan penguatan nasionalisme agama. Nasionalisme agama adalah semangat nasionalisme yang dibangun berdasarkan nilai-nilai agama. Ini penting untuk melapisi langkah pertama.

Survei Alvara Research Center pada Februari 2017 menemukan bahwa 97 persen penduduk Indonesia berkeyakinan bahwa agama merupakan hal penting dalam kehidupan. Masyarakat kita merupakan masyarakat yang religius. Modal ini tinggal diolah secara kreatif sebagai bahan baku nasionalisme.

KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, mencetuskan diktum hubbul wathan minal iman (cinta Tanah Air merupakan bagian keimanan). Inilah wujud konkret usaha untuk mengaktualisasikan sekaligus menumbuhkan dan merawat nasionalisme agama. Agama dijadikan pijakan untuk mencintai negara.

Jika dua nasionalisme itu berhasil ditumbuhkan, tahap selanjutnya adalah mentransformasikan keduanya menjadi "nasionalisme produktif". Ini merupakan gerakan nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk perlawanan terhadap kolonialisme, dari yang paling kasat mata sampai yang paling sublim.

Nurcholis Madjid (1985) pernah mengungkapkan pentingnya nasionalisme produktif ini. Ia mencontohkan bagaimana Jepang bangkit dari keterpurukan dengan instrumen nasionalisme jenis ini. Perang yang dilakukan adalah perang ideologi dan kebudayaan. Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Penguatan nilai dan tradisi menjadi sangat penting dalam isu ini. Produktivitas di segala bidang dalam arti yang positif adalah bentuk perlawanan yang paling konkret sekaligus usaha memupuk rasa cinta kepada Tanah Air.

Kedua, pemerintah harus melakukan program kontra-radikalisme. Secara filosofis, program ini tidak semakna dengan program deradikalisasi yang sedang marak-maraknya digaungkan pemerintah. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Jika deradikalisasi dimaknai sebagai program yang bertujuan melunakkan radikalisme narapidana, kontra-radikalisme adalah sederet program dan gerakan yang menyentuh segenap lapisan yang sudah terbukti bergabung dan pernah melakukan tindak terorisme maupun yang belum. Kontra berarti perlawanan, dan perlawanan paling efektif adalah melalui pendidikan dan penanaman pemahaman akan bahaya sikap dan gerakan radikalisme tersebut. Kuncinya ada di pendidikan. Mengutip Malala Yousfazai (2015), dengan senjata Anda dapat membunuh teroris, dengan pendidikan Anda dapat membunuh terorisme.

Ketiga, pemerintah harus lebih serius menggandeng organisasi kemasyarakatan yang berpaham moderat untuk membantu melunakkan paham radikalisme yang menjangkiti aparatur sipil negara. Misalnya, dengan merekrut khatib atau dai-dai yang santun dan kompeten dari organisasi seperti NU dan Muhammadiyah untuk mengisi pengajian, taklim, dan khotbah Jumat di kantor-kantor pemerintah. Dibutuhkan kerja sama pelbagai pihak untuk menghalau radikalisme yang kian hari kian meluas dan meresahkan ini.

Berita terkait

Prabowo-Gibran Dilantik Oktober 2024, Ini Sosok yang Pertama Kali Menggagas Sumpah Jabatan

4 hari lalu

Prabowo-Gibran Dilantik Oktober 2024, Ini Sosok yang Pertama Kali Menggagas Sumpah Jabatan

Ritual sumpah jabatan, yang akan dilakukan Prabowo dan Gibran pertama kali dilakukan pada ribuan tahun lalu. Ini sosok yang mencetuskannya

Baca Selengkapnya

Mengenal Narsisis Spiritual yang Selalu Sok Paling Benar soal Agama

38 hari lalu

Mengenal Narsisis Spiritual yang Selalu Sok Paling Benar soal Agama

Narsisis spiritual akan menggunakan ajaran agama dengan maksud membuat orang memenuhi keinginannya atau menyalahkan tindakan orang lain.

Baca Selengkapnya

Ini Respons Berbagai Pihak soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama

27 Februari 2024

Ini Respons Berbagai Pihak soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama

Rencana Yaqut Cholil Qoumas menjadikan KUA sebagai sentral pelayanan keagamaan mendapat berbagai respons.

Baca Selengkapnya

Soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?

27 Februari 2024

Soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?

Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, mengatakan rencana KUA jadi tempat pernikah semua agama harus dituangkan dalam PP atau Perpres.

Baca Selengkapnya

Apa Saja Agama Tertua di Dunia? Ini Daftar dan Sejarahnya

29 Januari 2024

Apa Saja Agama Tertua di Dunia? Ini Daftar dan Sejarahnya

Ada beberapa agama tertua di dunia, di antaranya adalah Buddha dan Hindu. Agama ini sudah muncul sekitar 1.500 SM. Berikut sejarahnya.

Baca Selengkapnya

Ketua Fraksi PAN Ungkap Video Zulhas yang Bilang Orang-orang Tak Lagi Ucap Amin saat Salat Disalahartikan

20 Desember 2023

Ketua Fraksi PAN Ungkap Video Zulhas yang Bilang Orang-orang Tak Lagi Ucap Amin saat Salat Disalahartikan

Ketua Fraksi PAN menyatakan tak ada sedikit pun niat Zulhas melecehkan agama.

Baca Selengkapnya

10 Agama Terbesar di Dunia 2023 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya , Islam Ke Berapa?

10 November 2023

10 Agama Terbesar di Dunia 2023 Berdasarkan Jumlah Pemeluknya , Islam Ke Berapa?

Berikut daftar 10 agama terbesar di dunia 2022 berdasarkan jumlah pengikutnya, pertama Kristen

Baca Selengkapnya

UIN Jakarta Undang 64 Peneliti Dalam & Luar Negeri Bicara Agama, Sains & Teknologi

6 November 2023

UIN Jakarta Undang 64 Peneliti Dalam & Luar Negeri Bicara Agama, Sains & Teknologi

Forum ICONIST 2023 kumpulkan penelitia dalam dan luar negeri bahas relevansi agama menghadapi kecanggihan teknologi dan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Semua Kalangan Diundang ke Aksi Bela Palestina Besok, MUI: Tidak Usah Pikir Agama

4 November 2023

Semua Kalangan Diundang ke Aksi Bela Palestina Besok, MUI: Tidak Usah Pikir Agama

Aksi Bela Palestina untuk menyuarakan kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia menolak dan mengecam segala bentuk penjajahan oleh Israel.

Baca Selengkapnya

Tanggapi Konflik Israel Palestina, PBNU Akan Gelar Forum Internasional dengan Pemuka Agama Dunia

1 November 2023

Tanggapi Konflik Israel Palestina, PBNU Akan Gelar Forum Internasional dengan Pemuka Agama Dunia

PBNU akan menggelar forum internasional dengan para pemuka agama dari berbagai penjuru dunia untuk menanggapi konflik Israel Palestina.

Baca Selengkapnya