Rohingya dan Ironi 50 Tahun ASEAN

Penulis

Senin, 28 Agustus 2017 23:28 WIB

Parade perayaan 50 tahun ASEAN yang meriah di jalan-jalan protokol Ibu Kota Jakarta, Ahad lalu, ternyata menyimpan ironi. Tepat pada hari yang sama, ribuan warga Rohingya terpaksa menyeberangi perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk menghindari amukan tentara Myanmar.

Merasa kecolongan oleh sergapan kelompok bersenjata Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), tentara Myanmar menebar teror kepada kaum minoritas muslim yang tinggal dan bertahan hidup di daerah-daerah sepanjang perbatasan.

Semua hal ini berawal pada Kamis malam pekan lalu, ketika ratusan anggota kelompok militan Rohingya serentak menyerbu 25 pos penjaga perbatasan, membunuh tentara, dan merampas amunisi. Militer dan pemerintah pusat lantas berjanji membalas serta dan menghukum pelaku penyerbuan itu seberat-beratnya.

Sejak Myanmar bergabung dengan ASEAN pada 1999, perlakuan pemerintah di Yangon terhadap warga minoritas Rohingya yang beragama Islam ini terus represif. Ironi ini semakin mencorong ketika Aung San Suu Kyi, kampiun hak asasi dan demokrasi di bawah junta militer, ternyata tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan serangkaian persekusi terhadap mereka. Bukannya menyesalkan, Suu Kyi justru membela represi yang dilakukan pemerintah Myanmar.

Memang, hingga ASEAN menginjak usia 50 tahun, tak ada negara anggota perhimpunan ini yang tidak menghadapi persoalan dalam hubungan mayoritas-minoritas di negeri sendiri. Namun sikap pemerintah Myanmar yang tak bersedia berdiri di atas semua golongan itu- baik warga mayoritas yang beragama Buddha maupun minoritas muslim- perlu mendapat perhatian khusus dari ASEAN. Apalagi konflik di Rakhine diperparah oleh munculnya gerakan bersenjata ARSA sebagai reaksi atas represi terhadap kaum minoritas Rohingya yang tak kunjung berakhir.

Advertising
Advertising

Warga muslim Rohingya merupakan "musuh bersama" masyarakat Myanmar, yang kebanyakan beragama Buddha. Lantaran para aktivis hak asasi manusia senantiasa diawasi dan gerakan mereka dibatasi, praktis hanya kelompok bersenjata ARSA yang bisa menyatakan keinginan melindungi orang-orang berkulit gelap yang harus hidup tanpa obat-obatan dan makanan cukup tersebut. Tatkala semua jalan keluar untuk mengakhiri pembatasan ruang gerak, pencabutan status warga negara, pelucutan hak-hak politik, dan diskriminasi yang terus-menerus itu tampak buntu, orang-orang Rohingya di Negara Bagian Rakhine melirik perlawanan bersenjata.

Bukannya memperbaiki perlakuan terhadap orang-orang Rohingya, pemerintah dan militer Myanmar justru mengambil keuntungan dari kemunculan gerakan yang menempuh jalan kekerasan tersebut. Istilah "simpatisan ARSA" dilekatkan kepada siapa saja yang tak disukai militer. Ditemukannya satu-dua orang anggota komunitas yang bergabung dengan kelompok itu sudah cukup menjadi alasan bagi pemerintah untuk menghukum komunitas tersebut.

Menghadapi persekusi terhadap kaum minoritas yang berlarut-larut ini, ASEAN harus meninggalkan prinsip tidak mencampuri urusan domestik negara lain. Kita di Indonesia telah belajar bahwa rezim yang represif pintar bersembunyi di balik prinsip itu.

Berita terkait

Budi Karya Minta Aset Bandara Tuanku Tambusai Segera Dilimpahkan ke Kemenhub

5 menit lalu

Budi Karya Minta Aset Bandara Tuanku Tambusai Segera Dilimpahkan ke Kemenhub

Budi Karya menginstruksikan agar aset Bandara Tuanku Tambusai, Riau diserahkan ke Kementerian Perhubungan.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

17 menit lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Isi Kuliah Umum di Binus, Ketua MK Beberkan Soal Pengujian Undang-undang hingga Peran Mahkamah

19 menit lalu

Isi Kuliah Umum di Binus, Ketua MK Beberkan Soal Pengujian Undang-undang hingga Peran Mahkamah

Dalam kuliah umum, Suhartoyo memberikan pembekalan mengenai berbagai aspek MK, termasuk proses beracara, persidangan pengujian undang-undang, kewenangan MK dalam menyelesaikan sengketa, dan manfaat putusan MK.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

35 menit lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

38 menit lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

43 menit lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

301 Keluarga akan Direlokasi Akibat Erupsi Gunung Ruang, Pemprov Sulut Lakukan Pembebasan Lahan

53 menit lalu

301 Keluarga akan Direlokasi Akibat Erupsi Gunung Ruang, Pemprov Sulut Lakukan Pembebasan Lahan

Kondisi Gunung Ruang, Kepulauan Sitaro, Sulawesi Selatan masih dalam status awas atau level IV hingga Sabtu, 4 Mei 2024. Pemerintah mengatakan ada 301 keluarga yang akan direlokasi akibat semburan abu vulkanik itu.

Baca Selengkapnya

Kurang Teliti, Peserta UTBK SNBT 2024 di UPN Jakarta Datang Sehari Lebih Cepat

1 jam lalu

Kurang Teliti, Peserta UTBK SNBT 2024 di UPN Jakarta Datang Sehari Lebih Cepat

Begini cerita Muhammad Fajri Ilhamsyah, salah satu peserta UTBK SNBT 2024 di UPNVJ yang datang sehari lebih cepat dari jadwal ujiannya.

Baca Selengkapnya

Lelang Vespa Babe Cabita akan Ditutup Malam Ini, Penawaran Tertinggi Rp 170 Juta

1 jam lalu

Lelang Vespa Babe Cabita akan Ditutup Malam Ini, Penawaran Tertinggi Rp 170 Juta

Lelang motor Vespa kesayangan mendiang Babe Cabita akan ditutup pada 5 Mei 2024 pukul 20.00 WIB. Sampai saat ini harga tertinggi Rp 170 juta.

Baca Selengkapnya

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

1 jam lalu

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

Cerita Heni Ardianto, lulusan prodi Magister Sains Manajemen FEB Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 3,72 asal Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya