Inovatif atau Kaya?

Penulis

Jumat, 25 Agustus 2017 00:40 WIB

Ade Febransyah
Advisor Operations & Decisions School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya


Siapa yang pantas disebut perusahaan inovatif? Lihatlah beberapa pemeringkatan yang ada. Untuk tahun 2016, versi BCG dan Businessweek kembali didominasi oleh perusahaan pengguna teknologi mutakhir. Muka-muka lama, seperti Apple, Google, Tesla, Microsoft, dan Amazon, berada di lima teratas perusahaan terinovatif. Hal ini mensyaratkan, jika ingin inovatif, harus berteknologi tinggi dan mutakhir.


Lalu, siapa saja perusahaan dengan pendapatan terbesar? Lihatlah pemeringkatan Fortune 500. Siapa di lima teratasnya? Pada 2016, urutannya mulai dari raksasa retail Walmart, yang mencetak pendapatan terbesar sebesar US$ 482,13 miliar, dan diikuti oleh empat perusahaan di bawahnya yang semua merupakan perusahaan energi, yaitu State Grid (US$ 329,6 miliar), China National Petroleum (US$ 299,3 miliar), Sinopec Group (US$ 294,3 miliar), dan Royal Dutch Shell (US$ 272,2 miliar). Sekilas tersirat, jika ingin mencetak pendapatan terbesar, penuhi kebutuhan hidup orang banyak (barang konsumsi dan energi).


Lalu, apakah dua peristiwa di atas saling meniadakan? Apakah perusahaan bisa inovatif tapi tidak mampu berpendapatan tinggi atau, sebaliknya, berpendapatan tinggi tapi tidak harus inovatif?


Bisnis dijalankan untuk menciptakan pendapatan. Untuk berpendapatan, perusahaan harus mampu menjual produknya. Supaya ada penjualan, harus ada pembeli yang rela membayar produk yang ditawarkan. Supaya ada pembeli, produk yang ditawarkan adalah yang dibutuhkan, diinginkan, dan didambakan pembelinya. Hukum besinya seperti itu.


Advertising
Advertising

Silakan amati perusahaan-perusahaan baru berbasis aplikasi sekarang ini. Mengapa mereka begitu dielu-elukan di awal kehadirannya? Tidak lain yang mereka tawarkan adalah yang dibutuhkan hingga didambakan masyarakat. Dalam urusan bertransportasi, masyarakat menginginkan layanan yang lebih murah, cepat, dan nyaman. Dibanding taksi konvensional, misalnya, di awal kemunculannya, taksi berbasis aplikasi begitu diminati karena memang jauh lebih murah, dengan ketersediaan yang tinggi, tidak perlu lama untuk mendapatkannya, dan lebih nyaman. Karena menawarkan yang nyata, bisnis ini jelas mampu meraup pendapatan.


Seiring berjalannya waktu, lanskap bisnis mereka pun berubah. Pertumbuhan dari sisi penyedia yang begitu tinggi tidak diikuti pertumbuhan di sisi permintaan. Ketidakpastian juga mengubah lanskap bisnis. Rivalitas dengan penyedia konvensional tidak pernah surut. Ketegangan horizontal antara pelaku konvensional dan berbasis aplikasi dapat meletus kapan saja. Satu lagi yang hampir dipastikan, tersedianya transportasi publik, seperti MRT/LRT, akan berdampak negatif bagi keberlangsungan penyedia transportasi sekarang ini. Belum lagi jika keluar regulasi yang memperketat ruang gerak pelaku bisnis berbasis aplikasi ini.


Tergerusnya pendapatan bisa karena beberapa hal. Untuk pekerjaan konsumen yang ada sekarang, produk yang ditawarkan tidak lagi lebih hebat dibanding pesaing. Inilah nasib perusahaan yang bermain dalam adu "lebih baik". Adu lebih hebat dalam segala keunggulan yang diminta pengguna tidak menjamin keunggulan abadi buat pelakunya. Tukar posisi antara pemimpin dan pengikut dalam persaingan dapat silih berganti. Di sinilah inovasi yang banyak dilakukan oleh pelaku bisnis: mencoba memberikan solusi yang lebih baik terhadap masalah atau pekerjaan konsumen.


Sudah waktunya bagi perusahaan untuk menawarkan pekerjaan baru bagi masyarakat pengguna. Di sinilah tantangan inovasi berikutnya buat pelaku bisnis. Ambil contoh pekerjaan konsumen dalam mendapatkan tempat tinggal layak. Solusinya bisa berupa rumah atau apartemen. Bagi sebagian kecil masyarakat, pekerjaan mendapatkan tempat tinggal adalah nyata dan realistis. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, apalagi di kota-kota besar, pekerjaan itu sudah hilang. Pekerjaan tersebut menjadi tidak realistis untuk dilakukan.


Ketika hal tersebut terjadi, di situlah peluang inovasi disruptif. Inovasi disruptif menyasar para non-konsumen (Christensen, 1995), yaitu mereka yang tidak pernah terlayani oleh penyedia produk yang ada. Solusi disruptif tidak menuntut superioritas atas produk yang sudah ada. Lewat solusi apa adanya yang jauh lebih murah sudah mampu membuat non-konsumen mendefinisikan pekerjaan barunya. Dari sebelumnya tidak berani bermimpi untuk memiliki rumah sendiri, lewat solusi rumah murah yang terjangkau mereka jadi terangkat harga dirinya. Bayangkan manfaatnya. Buat penyedia rumah murah, solusi ini adalah sumber pendapatan baru.


Ternyata menjadi inovatif atau hebat dalam menciptakan pendapatan bukanlah saling meniadakan. Dengan inovasi, perusahaan justru dapat menciptakan sumber pendapatan baru. Tapi, jika tidak berinovasi, hampir bisa dipastikan pendapatan menjadi rentan terhadap gangguan. Jadi, berinovasilah dan berbanggalah.

Berita terkait

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

10 jam lalu

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.

Baca Selengkapnya

Inovasi ID FOOD Raih Penghargaan Digital Technology Award 2024

11 hari lalu

Inovasi ID FOOD Raih Penghargaan Digital Technology Award 2024

Sejumlah inovasi ID FOOD mendapat apresiasi dari pelaku teknologi informasi di Tanah Air karena efektif mendukung aktivitas bisnis pangan.

Baca Selengkapnya

Kemendikbudristek dan Australia Kerja Sama Luncurkan Program INOVASI Fase Ketiga

44 hari lalu

Kemendikbudristek dan Australia Kerja Sama Luncurkan Program INOVASI Fase Ketiga

Program INOVASI fase ketiga merupakan kemitraan bidang pendidikan antara kedua negara untuk meningkatkan pembelajaran dan keterampilan murid SD.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Apresiasi Mesin Pemilah Sampah Karya Komib

48 hari lalu

Bamsoet Apresiasi Mesin Pemilah Sampah Karya Komib

Bamsoet apresiasi inovasi mesin pemilah sampah oleh komunitas Karya Pelajar Mengabdi Bangsa Indonesia

Baca Selengkapnya

Kominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital

50 hari lalu

Kominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital

Kementerian Kominfo dan PT Microsoft Indonesia bekerja sama untuk transformasi digital.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Pasir Kotoran Kucing Ramah Lingkungan

5 Maret 2024

Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Pasir Kotoran Kucing Ramah Lingkungan

Mahasiswa ITS mengembangkan Facocat, pasir kotoran kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif dari sabut kelapa.

Baca Selengkapnya

Sudah Dipakai di Fiji, Alat Pemantau Air Laut Buatan Unpad Raih Penghargaan Inovasi

29 Februari 2024

Sudah Dipakai di Fiji, Alat Pemantau Air Laut Buatan Unpad Raih Penghargaan Inovasi

Karya inovasi tim dosen Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, itu telah dipakai di negara kepulauan Fiji.

Baca Selengkapnya

Si-Cuhal, Inovasi Peneliti UI untuk Pantau Curah Hujan

27 Februari 2024

Si-Cuhal, Inovasi Peneliti UI untuk Pantau Curah Hujan

Inovasi Si-Cuhal dari peneliti UI ini dibangun berlandaskan teknik pertanian presisi.

Baca Selengkapnya

Telkomsel dan Huawei Jalin Kerja Sama Home Broadband and 5G Innovation

26 Februari 2024

Telkomsel dan Huawei Jalin Kerja Sama Home Broadband and 5G Innovation

Telkomsel dan Huawei menandatangani dua Strategic Partnership Agreement (SPA) di MWC 2024 Barcelona, fokusnya adalah pada Home Broadband and 5G Innovation serta Talent Development.

Baca Selengkapnya

Di Kegiatan KKN, Mahasiswa Undip Ini Atasi Masalah Kelompok Wanita Tani Pakai Sistem Petis

14 Februari 2024

Di Kegiatan KKN, Mahasiswa Undip Ini Atasi Masalah Kelompok Wanita Tani Pakai Sistem Petis

Ketua KWT Desa Ponoware, Sarmi, menyatakan bangga terhadap inovasi yang dibuat oleh Tim I KKN Undip ini.

Baca Selengkapnya