Selat

Penulis

Senin, 24 Juli 2017 00:00 WIB

Tak setiap kita seperti Odysseus yang harus menyeberangi sebuah selat yang genting.

Sebagaimana disebut dalam kisah termasyhur tentang Raja Ithaca yang berlayar pulang dari Perang Troya itu, Odysseus tak bisa mengelak.

Di selat yang sempit itu gundukan batu karang tergantung-gantung dihantam ombak, bergemuruh tak putus-putus. Nyaris tak ada kapal yang selamat. Di salah satu deretan karang, yang pucuknya tersembunyi dalam mendung, ada celah besar yang bisa dilalui; tapi di sana juga gua tempat Skylla menghadang-monster besar dengan enam leher yang amat panjang yang menopang enam kepala, enam kepala dengan tiga deret gigi yang rapat.

Berseberangan dengan itu, di gua di karang yang lebih kecil, ada Kharybdis, monster yang tiga kali sehari menyedot dan memuntahkan air laut, membuat pusaran dahsyat yang menyeret apa saja.

Odysseus harus melewati selat yang dijaga dua monster itu dan ia sadar: apa pun keputusannya, korban akan jatuh. Dan enam orang anak buahnya memang tewas akhirnya. Ia menyaksikan bagaimana Skylla membanting mereka ke atas karang dan mengunyah mereka, dan ia mendengar mereka menjerit meminta tolong ke arah Odysseus.

Advertising
Advertising

Berdasarkan cerita Homeros di abad ke-7 sebelum Masehi itu, ungkapan "antara Skylla dan Kharybdis" terkenal untuk melukiskan dilema besar di hadapan keputusan.

Memutuskan mana yang harus dipilih dalam dilema itu memang tak selamanya segenting menyeberangi selat yang dijaga sepasang monster. Seperti saya katakan di atas, tak setiap kita berada dalam situasi segawat yang dialami Odysseus. Tapi tiap pilihan akan membawa korban-kecil ataupun besar. Jika antara minum kopi dan minum bandrek kita memilih yang pertama, kenikmatan bandrek harus ditangguhkan.

Tentu saja-apa boleh buat-banyak hal yang lebih besar konsekuensinya ketimbang minum kopi atau bandrek. Satu pilihan jangan-jangan akan mengubah seluruh hidup kita. Apalagi ketika seorang kepala negara yang tiap kebijakannya menyangkut nasib jutaan manusia. Atau bayangkan Nabi Ibrahim ketika ia mesti memutuskan menyembelih anak bayinya atau membangkang titah Tuhan.

Dalam pelbagai kasus, kita (juga presiden atau nabi) tak bisa untuk tak memilih. Selat sempit itu harus dilalui. Memilih untuk tak memilih itu juga sebuah pilihan, memutuskan untuk tak memutuskan itu juga sebuah keputusan.

Kita memang bisa minta petunjuk dari orang lain, mohon bimbingan Tuhan, membaca doa atau buku panduan-tapi semua itu menuju ke satu titik, yakni titik kemerdekaan kita. Pada akhirnya aku-lah yang mengambil keputusan; bukan sanak saudara, handai taulan, konsultan, rohaniwan, dan lain-lain. Dalam saat-saat memilih itu aku sendirian, dan-dalam kata-kata Sartre yang terkenal-di situlah "manusia dihukum untuk merdeka".

Merdeka justru dalam sebuah situasi perbatasan. Sebuah krisis, sebuah paradoks. Sebuah keadaan yang menguasai nalar, emosi, dan tubuh, sebelum melangkah dan keadaan berubah.

Orang sering lupa bahwa para pengambil keputusan besar-karena status dan kekuasaannya-harus melalui keadaan yang genting itu. Para pengamat dan penonton hanya memberi aplaus atau mencerca, tapi jarang mengingat akan saat-saat ketika ketidakpastian muncul, membayang, mencekam. Sebab tiap kali kita memutuskan sesungguhnya kita memasuki masa depan dan kita tak pernah tahu bagaimana masa depan itu persisnya-walaupun telah kita baca analisis dan proyeksi tentang apa yang mungkin terjadi. Yang kita tahu: begitu keputusan diambil, kita tak bisa kembali. Tiap keputusan adalah loncatan ke dalam gelap.

"Tak adakah cara menghindari Kharybdis dan sekaligus mengusir Skylla ketika ia mencoba membunuh orang-orangku?" tanya Odysseus kepada dewi yang memandunya.

"Tidak ada," jawab dewi itu. "Kau tak akan bisa melawannya. Skylla bukan makhluk yang bisa mati."

Dialog itu isyarat: ada hal-hal yang tak bisa diputuskan ketika kita harus memutuskan.

Tapi dengan demikian tiap pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut nasib orang lain, tak bisa dipisahkan dari kondisi dilematis; jejaknya akan selalu ada. Jika kita melupakannya, jika kita menghapus jejak "yang tak dapat diputuskan" itu, kita akan melupakan keterbatasan manusia, juga beban tanggung jawab dan pergulatan ethis dalam proses pengambilan keputusan.

Derrida pernah mengingatkan hal itu. Katanya: "Semua keputusan dibentuk oleh pengalaman tentang indecidable, yang tak-dapat-diputuskan." Tanpa diuji hal-hal yang berlainan dari yang lazim, hal-hal yang tak dapat diperhitungkan, "Tak akan terjadi keputusan yang bertanggung jawab."

Dalam cerita Homeros, memang hanya selintas kita rasakan gundah hati Odysseus. Ia mantap-tapi hampir semua kesatria dalam epos ini memang digerakkan kehendak dewa-dewa. Ketika langit menentukan semuanya, apa artinya kemerdekaan dan tanggung jawab? Dan perikemanusiaan?

Goenawan Mohamad

Berita terkait

Pengamat Nilai PKS Cenderung Jadi Partai di Luar Pemerintahan

4 menit lalu

Pengamat Nilai PKS Cenderung Jadi Partai di Luar Pemerintahan

PKS diprediksi bakal menjadi partai di luar pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Emily in Paris Season 4 Tayang Agustus 2024, Penuh Petualangan dan Balas Dendam

11 menit lalu

Emily in Paris Season 4 Tayang Agustus 2024, Penuh Petualangan dan Balas Dendam

Lily Collins mengumumkan jadwal tayang Emily in Paris Season 4 yang terbagi menjadi dua bagian dalam video baru yang dirilis oleh Netflix.

Baca Selengkapnya

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

12 menit lalu

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

Seekor orangutan di Suaq Belimbing, Aceh Selatan, menarik perhatian peneliti karena bisa mengobati sendiri luka di mukanya dengan daun akar kuning

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

15 menit lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Prediksi Arsenal vs Bournemouth di Liga Inggris Malam Ini: Jadwal, H2H, Kondisi Terkini Tim, Perkiraan Formasi

17 menit lalu

Prediksi Arsenal vs Bournemouth di Liga Inggris Malam Ini: Jadwal, H2H, Kondisi Terkini Tim, Perkiraan Formasi

Laga Arsenal vs Bournemouth akan tersaji pada pekan ke-36 Liga Inggris 2023-2024. The Gunners diunggulkan memetik kemenangan.

Baca Selengkapnya

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

18 menit lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

28 menit lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Kepala Desa Mendapat Uang Pensiun, Pekerjaan Apa Saja yang Mendapat Uang Pensiun Tetap?

32 menit lalu

Kepala Desa Mendapat Uang Pensiun, Pekerjaan Apa Saja yang Mendapat Uang Pensiun Tetap?

UU Desa yang diteken Jokowi menyebutkan kepala desa akan mendapat uang pensiun, Profesi apa lagi yang mendapat uang pensiun tetap?

Baca Selengkapnya

Zulhas Minta Peternak dan RPH Segera Penuhi Sertifikasi Halal

34 menit lalu

Zulhas Minta Peternak dan RPH Segera Penuhi Sertifikasi Halal

Zulhas menegaskan seluruh pengusaha harus siap atas target sertifikasi halal di Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

An Se Young Absen, Gregoria Mariska Tunjung Menang Mudah di Laga Pertama Semifinal Piala Uber 2024

35 menit lalu

An Se Young Absen, Gregoria Mariska Tunjung Menang Mudah di Laga Pertama Semifinal Piala Uber 2024

Tim bulu tangkis Indonesia untuk sementara unggul 1-0 dari Korea Selatan dalam pertandingan semifinal Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya