Gelar Haji dan Kekuasaan

Penulis

Kamis, 31 Agustus 2017 02:21 WIB

Bandung Mawardi
Kuncen Bilik Literasi


Sejak ratusan tahun silam, orang-orang Indonesia berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Mereka pulang menyandang gelar haji. Orang-orang mulai membuat perubahan sapaan dan penulisan nama demi kepatutan sosial dan imaji kesalehan. Gelar haji tentu memuliakan martabat orang.


Pencantuman gelar haji di depan nama sudah menjadi kelaziman di Indonesia. Di jagat politik, tokoh-tokoh bergelar haji biasa memiliki "kehormatan" tambahan saat bertarung memperebutkan suara dalam pemilihan umum atau bersaing mendapat jabatan bupati, wali kota, gubernur, atau presiden. Gelar itu mempengaruhi kekuasaan, meski tak selalu membuktikan religiositas dalam berpolitik.


Kita patut mengingat kemonceran kaum politikus bergelar haji dalam menggerakkan pembangunan, memberi imaji keislaman bagi rezim Orde Baru. Birokrat dan para politikus berkepentingan memetik faedah dari sebutan atau pencantuman gelar itu. Puncak kebermaknaan gelar haji dan kekuasaan berlangsung di Indonesia setelah kepulangan Soeharto dari Tanah Suci pada 1991. Politik di Indonesia mengalami perubahan simbolis dan aktual. Soeharto pulang tak cuma membawa gelar haji. Anggapan bahwa kebijakan-kebijakan politik Soeharto meminggirkan kepentingan umat Islam di Indonesia selama puluhan tahun mulai dijawab secara simbolis. Soeharto mulai tampil sebagai penguasa dengan gelar dan nama tambahan: Haji Muhammad Soeharto.


Apakah Soeharto mendapat hikmah saat beribadah haji? Kita bisa mencari keterangan di buku Perjalanan Ibadah Haji Pak Harto (1993) terbitan Departemen Agama Republik Indonesia. Buku ini berisi dokumentasi dan biografi Soeharto. Peristiwa penting terjadi pada 22 Juni 1991 saat Raja Fahd bin Abdul Aziz al Saud selaku Penjaga Dua Kota Suci (Khadim al-Haramain asy-Syarifain) memberi surat ke Soeharto berisi pemberian tambahan nama. Raja Fahd mengajukan dua pilihan: Ahmad dan Muhammad. Soeharto memilih Muhammad. Dengan penambahan nama itu, Soeharto mengukuhkan diri sebagai penguasa berwibawa dan saleh.


Advertising
Advertising

Soeharto dan ibadah haji berkaitan erat dengan kekuasaan. "Cita-cita dan keinginan pergi haji sebenarnya sudah sejak Pelita I. Saya menunggu kesempatan pada Pelita II, III, IV belum kesampaian juga sehubungan kehadiran saya di Tanah Air sangat diperlukan untuk memimpin pembangunan. Setelah menunggu kesempatan lebih kurang 25 tahun, alhamdulillah pada Pelita V ini, saya dan ibu beserta keluarga dapat menunaikan rukun Islam kelima," kata Soeharto.


Tapi kekuasaan Soeharto justru berakhir tragis pada 1998. Gelar dan nama tambahan tak bisa melindunginya dari deru reformasi.


Urusan gelar haji mengingatkan kita akan episode pergerakan politik kebangsaan dan kekuasaan kolonial sejak awal abad XX. Gelar haji membuat cemas pemerintah kolonial Belanda. Kita tentu ingat tokoh fenomenal H.O.S. Tjokroaminoto, penggerak Sarekat Islam. Penggunaan gelar haji memang memberi pengaruh besar: mengajak umat Islam melakukan gerakan politik dan agama melawan kolonialisme. Gelar haji mengandung pengakuan kesalehan, otoritas politik, dan derajat sosial-budaya. Kita mengerti ada makna dan efek besar dari pencantuman gelar haji saat gerakan politik dan Islam membesar untuk berhadapan dengan pemerintah kolonial.


Ingatan kita juga bergerak ke Solo pada masa 1910-an ketika Misbach memantik perdebatan politik dan agama. Orang-orang mengenali Haji Misbach sebagai penggerak propaganda Islam dan komunis. Dia adalah tokoh penting, pembuat "onar" dan "ketakutan" bagi penguasa kolonial. Gelar haji menjadi representasi pergumulan ideologi: Islam dan komunis. Publik pun menjuluki pemimpin redaksi terbitan Medan Moeslimin itu sebagai "Haji Merah".


Haji Misbach adalah fenomena ganjil akibat pertentangan di ranah politik dan agama. Di Solo, ide dan ulahnya sering merepotkan kekuasaan feodal dan kolonial. Di "zaman bergerak", dia juga bergerak membuat perubahan-perubahan melalui aksi politik dan literasi (Takashi Shiraishi, 1997). Gelar haji mirip oposisi bagi gelar politis raja, bangsawan, dan pejabat kolonial.


Gelar haji pada masa kolonial dan masa Orde Baru tentu berbeda makna dan pengaruhnya bagi kekuasaan. H.O.S. Tjokroaminoto dan Haji Misbach "menggunakan" gelar haji untuk melawan dan meruntuhkan kekuasaan kolonial. Mereka bertaruh ideologi dan kehormatan, berisiko mendapat hukuman penjara atau pembuangan. Bergelar haji justru menguatkan agenda perlawanan atas kekuasaan.


Orde Baru pada episode akhir memunculkan gelar haji sebagai nama tambahan bagi Soeharto saat ia merasa berhasil melaksanakan pembangunan. Tapi Soeharto akhirnya lengser secara tragis. Kita sulit melupakan peristiwa bersejarah 1998, meski kita jarang mengingat makna Haji Muhammad Soeharto. Kita mulai kembali ke sebutan awal: Soeharto. Sekarang, apakah pencantuman gelar haji masih bakal memberi pengaruh besar bagi kekuasaan?

Berita terkait

Saran Tenaga Medis agar Jemaah Haji Terhindar dari Heat Stroke di Tanah Suci

1 jam lalu

Saran Tenaga Medis agar Jemaah Haji Terhindar dari Heat Stroke di Tanah Suci

Suhu di Tanah Suci diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius. Jemaah haji diimbau untuk dapat beradaptasi agar terhindar dari heat stroke.

Baca Selengkapnya

Cek Persiapan Layanan Haji, Menag Terbang ke Arab Saudi Hari ini

8 jam lalu

Cek Persiapan Layanan Haji, Menag Terbang ke Arab Saudi Hari ini

Tahun ini, Indonesia mendapat 241.000 kuota haji, terdiri atas 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 jemaah haji khusus.

Baca Selengkapnya

Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

17 jam lalu

Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.

Baca Selengkapnya

PP Muhammadiyah Tekankan Jamaah soal Jaga Lingkungan Menjelang Ibadah Haji

1 hari lalu

PP Muhammadiyah Tekankan Jamaah soal Jaga Lingkungan Menjelang Ibadah Haji

Ada tiga larangan di Al-Qur'an bagi jamaah saat melaksanakan ibadah haji.

Baca Selengkapnya

Kemenag Rilis Jadwal Pemberangkatan dan Pemulangan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei

1 hari lalu

Kemenag Rilis Jadwal Pemberangkatan dan Pemulangan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei

Kementerian Agama atau Kemenag hari ini merilis jadwal pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji Indonesia.

Baca Selengkapnya

Waspada Penipuan Visa Non Haji, Kemenag: Kuota Haji Indonesia Sudah Penuh

2 hari lalu

Waspada Penipuan Visa Non Haji, Kemenag: Kuota Haji Indonesia Sudah Penuh

Kementerian Agama atau Kemenag mengimbau jemaah waspada terhadap tawaran visa non haji yang tidak resmi.

Baca Selengkapnya

Simak Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji 2024

2 hari lalu

Simak Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji 2024

Jemaah haji dijadwalkan untuk mulai diberangkatkan secara bertahap mulai 12 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Haji 2024, Kuota Terbesar Sepanjang Sejarah hingga Gunakan Kartu Pintar

2 hari lalu

5 Fakta Haji 2024, Kuota Terbesar Sepanjang Sejarah hingga Gunakan Kartu Pintar

Gelombang pertama jamaah haji Indonesia akan berangkat pada Minggu 12 Mei 2024. Berikut fakta-fakta menarik haji 2024.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya

Bidik Peziarah di Luar Ibadah Haji dan Umrah, Arab Saudi Kenalkan Platform Nusuk

5 hari lalu

Bidik Peziarah di Luar Ibadah Haji dan Umrah, Arab Saudi Kenalkan Platform Nusuk

Arab Saudi mengundang pelancong menjelajahi budaya, sejarah, dan petualangan di luar perjalanan keagamaan seperti haji dan umrah.

Baca Selengkapnya