Pembayaran jasa jalan tol menggunakan uang elektronik selayaknya didukung. Pemerintah perlu memastikan kesiapan perangkatnya sebelum keputusan itu diberlakukan pada semua atau 35 ruas jalan tol di Indonesia pada 31 Oktober nanti. Dalam hal pembayaran tol nontunai ini, Indonesia tertinggal 10 tahun dibanding negara-negara tetangga.
Tinggal tersisa satu setengah bulan lagi sebelum kebijakan itu diberlakukan. Sisa waktu itu seharusnya dipakai buat persiapan teknis, seperti menyiapkan dan mendistribusikan kartu uang elektronik serta memasang mesin pembaca kartu di pintu-pintu tol. Juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat pengguna jalan tol, terutama buat mengubah kebiasaan mereka yang selama ini menganggap transaksi dengan uang tunai lebih praktis, efisien, dan bebas bea.
Ini bukan pekerjaan gampang. Hingga kini baru sekitar 30 persen pengguna jalan tol menggunakan transaksi nontunai. Penyebabnya, antara lain, mereka menganggap sulit memperoleh atau melakukan isi ulang kartu. Kendala itu sepatutnya segera ditangani dengan memperbanyak jumlah bank penyedia kartu uang elektronik. Juga menambah penyebaran tempat pengisian ulang
Jumlah total transaksi di jalan tol cukup besar. Ada 3,4 juta transaksi per hari pada ruas jalan tol milik PT Jasa Marga, badan usaha milik negara yang mengurusi jalan berbayar ini. Ditambah ruas jalan tol milik perusahaan swasta, total ada 5 juta transaksi per hari. Penggunaan uang elektronik jelas akan memangkas waktu antre di gerbang tol. Menurut Jasa Marga, rata-rata waktu transaksi tunai di gerbang tol adalah sembilan detik per kendaraan. Angka ini akan terpotong hingga lebih dari separuhnya.
Pembayaran tol nontunai ini merupakan langkah awal dari empat tahap untuk mewujudkan proses pembayaran tol tanpa menghentikan kendaraan. Jika tahap pertama ini berjalan lancar, diharapkan pada tahun depan pembayaran tol tanpa berhenti akan terwujud. Pengguna jalan tol dapat terus melintas tanpa harus kehilangan waktu di gerbang tol.
Bagi operator jalan tol, penerapan pembayaran nontunai ini setidaknya dapat menekan empat risiko, yakni kesalahan penghitungan, penerimaan uang palsu, kecurangan oleh karyawan, dan keamanan pengumpulan uang tunai. Selain itu, uang yang dibayarkan oleh pengguna jalan tol dapat diterima operator pada hari transaksi.
Secara luas, penggunaan uang elektronik juga transaksi nontunai lainnya dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi. Selain itu, transaksi nontunai akan mengurangi beban perekonomian, terutama berkaitan dengan pengadaan dan pengelolaan uang kartal. Karena itu, selain di jalan tol, model transaksi ini sepatutnya juga diterapkan pada pembayaran layanan publik lainnya.