Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mudjair, Mukibat, dan Nasib Pemuliaan Tanaman

image-profil

Pemerhati Biodiversitas Indonesia

image-gnews
Ilustrasi sayuran. Unsplash.com/Inigo De la Maza
Ilustrasi sayuran. Unsplash.com/Inigo De la Maza
Iklan

Mudjair dan Mukibat adalah dua nama yang berjasa dalam bidang pemuliaan hidupan liar. Dua orang awam yang berinovasi dan berkontribusi nyata. Empang dan sawah adalah laboratorium mereka. Mudjair dan Mukibat patut disebut sebagai ilmuwan rakyat.

Mudjair lahir di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada 1890. Dia penemu dan pengembang ikan mujair. Biota laut yang diduga berasal dari Afrika Utara itu dia temukan di Pantai Serang, Blitar, pada 1936. Rasa penasaran membuatnya mengoleksi ikan-ikan liar tersebut di empangnya. Karena banyak ikan yang mati, Mudjair berinovasi memadukan air laut dan air tawar agar ikan beradaptasi. Pada percobaannya yang kesebelas, Mudjair berhasil memijah ikan di habitat baru dan mampu berkembang biak.

Lain lagi cerita Mukibat, penemu singkong raksasa dari daerah Ngadiloyo, Kediri, Jawa Timur, yang lahir pada 1903. Dia menerapkan inovasi budidaya dengan menyilang-sambungkan batang atas ubi kayu karet atau telo genderuwo (Manihot glaziovii) yang rasa umbinya pahit dan beracun dengan batang bawah ubi kayu, Manihot esculenta. Teknik penyambungan atau okulasi yang dilakukannya pada 1961 menghasilkan produksi umbi sebanyak tiga hingga enam kali umbi ubi kayu biasa.

Pemuliaan dan domestikasi hidupan liar telah menjadi langkah penting dalam menghasilkan jenis baru atau varietas unggul dengan karakteristik yang diinginkan seperti, memiliki daya tahan penyakit, tumbuh cepat, produksi tinggi, dan penampilan menarik. Memperbanyak jenis unggul ini dikembangkan secara komersil untuk memenuhi kebutuhan pasar sekaligus menjadi mata rantai pelestarian genetik atau jenis sehingga berkesinambungan.

Kini, kita semakin jarang menemukan keberhasilan pemuliaan jenis flora/fauna di tengah krisis hilangnya keanekaragaman hayati yang super cepat atau biodiversity loss akibat dampak perubahan iklim. Apa yang sesungguhnya yang terjadi? Benarkah pemuliaan benih di negeri megabiodiversity ini mandek?

Pemuliaan Tanaman Era Hindia Belanda

Kekayaan rempah-rempah di Jawa, Makassar, dan Maluku, menarik minat pedagang Eropa ke Nusantara. Rivalitas bangsa-bangsa Portugis, Belanda, dan Inggris dalam berniaga rempah-rempah mengakibatkan monopoli dan penguasaan dengan kekuatan senjata.  Kalah berniaga “barang mewah” rempah-rempah dari negara seterunya-Inggris, Belanda berekspansi ke sektor lahan dengan komoditas kopi, tembakau, tebu pada akhir abad 18. Seabad kemudian diikuti jenis-jenis baru kina, teh, karet, dan kelapa sawit. 

Dikutip dari berbagai sumber, Belanda mendatangkan bibit introduksi dari luar Indonesia dan dibudidayakan dalam perkebunan (monokultur) serta membangun pabrik pengolahannya untuk tujuan ekspor. Kopi (Coffea sp) telah ditanam di Jawa sejak 1696 dan meluas ke Sulawesi pada 1750, hingga dikembangkan ke Sumatera Utara pada 1888 dan Gayo, Aceh pada 1924. 

Daun teh (Camellia sinensis) awalnya ditanam sebagai tanaman hias, kemudian biji-bijinya didatangkan dari Tiongkok dan dibudidayakan sejak 1728. Bibit kina (Cinchona) diselundupkan ahli botanis Franz Wilhelm Junghuhn dari India dan ditanam di Bandung Barat, Jawa Barat, pada 1830. 

Jenis-jenis liar dari hutan tropis juga didatangkan dan melalui pemuliaan tanaman. Karet (Hevea brasiliensis) dari hutan tropis Brasil dibudidaya di Sumatera pada 1864. Ada pula kakao dari Venezuela yang diboyong dan ditanam pada 1880 di Indonesia. 

Di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Johanes van Den Bosch, 1830, politik cultuurstelsel atau tanam paksa untuk mengontrol lahan dan tenaga kerja secara sistmatis dilakukan birokrasi pemerintah kolonial sejak 1847. Upaya ini sekaligus mengukuhkan pembangunan perkebunan teh, kopi, tebu, dan kakao yang mewajibkan setiap desa menyisihkan 20 persen lahan untuk ditanami. 

Lebih jauh, politik tanam paksa juga menyiapkan strategi pemuliaan tanaman melalui pembangunan kebun uji coba untuk jenis-jenis baru yang diperkenalkan ke Indonesia. Dipimpin seorang ilmuwan botani dan kimia berkebangsaan Jerman, Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt merintis herbarium bogoriensis dan Kebun Raya Bogor sebagai kebun koleksi dan uji coba yang diresmikan 18 Mei 1817. 

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah salah satu jenis yang diuji coba di Kebun Raya Bogor dan menjadi komoditas primadona hingga kini. Adalah Dr. D.T. Pryce yang membawa dua bibit dari Boubon, Mauritius, dan dua bibit jenis Dura dari Amsterdam pada 1848 yang ditanam sebagai tumbuhan koleksi. Setelah berhasil dibudidaya di Bogor, mulailah bibit kelapa sawit dikirim ke Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku untuk uji multilokasi. 

Pada 1878, penanaman pertama kelapa sawit berhasil dikebunkan seluas 0,4 hektare di Deli Sumatera. Tanaman kelapa sawit tumbuh subur melebihi kondisi di habitat aslinya di Afrika Barat. Pada 1916, di Indonesia telah terdaftar 19 perusahaan perkebunan, dua pabrik pengolahan kelapa sawit, kemudian berturut-turut dibangun di Sungai Liput pada 1918 dan di Tanah Itam Ulu pada 1922. Hingga 2017, luas kebun kelapa sawit telah mencapai 14 juta hektare. Pada 1870 sebuah Undang-Undang Agraria disahkan di Belanda yang menghapus kerja paksa dan mengizinkan perusahaan swasta menyewa tanah di daerah yang jarang penduduk.

Tanaman “anggur" Papua dari keluarga Pandanaceae (Sararanga sinuosa) yang pertama kali dipublikasi secara ilmiah oleh peneliti Becarri pada 1875, dan Hemsley, 1894. Dikonfirmasi keberadaannya pada 2006 oleh peneliti LIPI Dr. Ary P. Keim di Desa Sarawandori, Serui, Yapen, Papua, sebagai jenis liar dan berpotensi dikembangkan sebagai buah-buahan nasional. Dok. Istimewa

Selanjutnya: Pasang Surut Pemuliaan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

5 hari lalu

IMI dan RS Premiere Bintaro Kerja Sama di Bidang Layanan Kesehatan

RS Premiere Bintaro menyediakan berbagai fasilitas khusus untuk pemilik KTA IMI.


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

14 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

35 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


37 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

43 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

47 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

7 Maret 2024

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

6 Maret 2024

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.