Berbagi Ruang dan Peran
Pertambahan populasi manusia, pembukaan hutan untuk tambang, pertanian dan permukiman menyebabkan degradasi habitat gajah sehingga terpencar dalam kantong-kantong habitat di hutan.
Gajah Asia diijinakkan untuk berbagai keperluan. Agama Budha dan Hindu sangat menyakralkan gajah. India, memiliki Dewa Ganesha melambangkan permulaan baru, kejayaan dan penghalau segala halangan. Populasi gajah India berkontribusi 35 persen terhadap gajah di Asia, memiliki sistem perlindungan habitat alami di Karnataka, Kerala dan Tamil Nadu dan terhubung dengan Taman Nasional, suaka margasatwa dan cagar biosfer Nilgiri. Meski begitu, masih tercatat kematian gajah akibat perburuan.
Di Thailand, gajah dipekerjakan menarik kayu tebangan dari hutan sejak 1850, jumlah angkatan kerja berbelalai ini diperkirakan sepuluh ribu ekor. Raja Thailand memiliki “gajah putih” dan memberinya habitat perlindungan serta menjadikannya sebagai simbol negara.
Pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, Raja Aceh Darulsalam (1607-1636), memiliki seribu pasukan gajah untuk berperang. Kini Aceh memiliki tujuh Conservation Response Unit (CRU) dan Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree menggunakan 27 individu gajah dikendalikan 27 mahout (pawang gajah), hasil pembangunan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh sejak 2008, salah satunya untuk patroli hutan dan menghalau gajah liar masuk perkampungan.
Di Afrika, otoritas Taman Nasional (TN) Kruger, Afrika Selatan, dan TN Mana Pools, Botswana mengizinkan perburuan untuk mengatur populasi gajah. Tim jurnalis National Geographi 1991, melaporkan 262 ekor gajah hasil perburuan (culling) di TN Kruger, dagingnya dikalengkan dan dipasarkan.
Pengelola taman juga menangkap kelompok gajah muda, dijual sebagai koleksi kebun binatang dan memasok industri sirkus. Populasi gajah di seluruh Afrika menurun drastis karena perdagangan gading dan perburuan. Dilaporkan pada 1979 populasi gajah mencapai 1,6 juta, menurun menjadi 608 ribu ekor dalam sepuluh tahun.
Sementara di padang savana TN Amboseli di Kenya, gajah berbagi ruang dengan kendaraan turis menyaksikan kawanan keluarga gajah. Wisata safari itu memberi pemasukan sedikitnya 50 juta dolar setiap tahun. Kenya bahkan melatih dan memiliki pasukan anti-perburuan liar agar menjaga konservasi gajah menjadi atraksi wisata.
Perdagangan gading menjadi faktor menurunnya populasi gajah Afrika ditunjang jejaring pasar yang mengimportnya ke Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belgia, German, India, China, Thailand, Macau, Hongkong, Taiwan, dan Jepang imprortir gading terbanyak di dunia.
Kenya adalah salah satu negara yang melarang perdagangan gading paling keras. Presiden Daniel Arap Moi menyita dan membakar 2.500 gading senilai 3 juta dolar di pasar gading internasional pada 1989. Itu artinya 1.250 ekor gajah telah dibunuh pada saat pelarangan ini.
Indonesia pernah merelokasi 232 gajah liar dari lokasi transmigrasi Air Sugihan. Dr. Emil Salim Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup memimpin Operasi Ganesha melibatkan Hankam, Kementerian Dalam Negeri, Transmigrasi, Pertanian dan warga transmigran, sukses menggiring gajah ke habitat barunya di Lebong Hitam menempuh 44 hari perjalanan (PPFN,1982)
Sebuah sumber melaporkan, di luar habitat alami, pada tahun 2000, terdapat sekitar 1.200 gajah Asia dan 700 gajah Afrika di kebun binatang dan sirkus. Populasi gajah di penangkaran terbesar di Amerika Utara memiliki 370 gajah Asia dan 350 gajah Afrika. Sekitar 380 gajah Asia dan 190 gajah Afrika hidup di Eropa, sementara Jepang memiliki sekitar 70 gajah Asia dan 67 gajah Afrika.
Selanjutnya: Upaya Konsevasi Gajah