Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyelamatkan Spesies Bercula Indonesia: Tantangan dan Solusi untuk Konservasi Badak di Indonesia

image-profil

Pemerhati Keanekaragaman Hayati

image-gnews
Seekor induk badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) Ratu (23 tahun) bersama yang baru lahir di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), Lampung Timur, Lampung, Sabtu, 30 September 2023. Bayi badak ini menambah populasi badak di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. ANTARA/HO/Biro Humas Kementerian LHK
Seekor induk badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) Ratu (23 tahun) bersama yang baru lahir di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), Lampung Timur, Lampung, Sabtu, 30 September 2023. Bayi badak ini menambah populasi badak di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. ANTARA/HO/Biro Humas Kementerian LHK
Iklan

Pada tanggal 30 September 2023, dunia konservasi, khususnya badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), menerima berita menggembirakan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengumumkan melalui siaran pers bahwa satu badak Sumatera betina telah dilahirkan oleh induknya, Ratu, yang berusia 23 tahun. Kelahiran ini terjadi seminggu setelah peringatan Hari Badak Sedunia pada tanggal 22 September lalu. Kelahiran ini tentu membawa harapan, tetapi juga menantang kita semua untuk bertindak segera.

Seluruh komunitas konservasi, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, harus bersuka cita atas kelahiran satu ekor badak Sumatera betina di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS-TNWK). Kita patut mengapresiasi dedikasi semua pihak, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) beserta mitranya yang telah bekerja keras dalam kelahiran badak ini. Kelahiran ini seperti oase di tengah padang pasir, mengingat kondisi kritis populasi badak Sumatera saat ini.

Data dari berbagai sumber, termasuk analisis viabilitas populasi dan habitat, mengungkapkan bahwa pada tahun 1993 populasi badak Sumatera diperkirakan mencapai 356 - 495 individu di Malaysia dan Indonesia. Namun, pada tahun 2011, jumlah mereka tiba-tiba merosot drastis menjadi hanya 216 - 284 individu. Saat ini, perkiraan populasi mereka kurang dari 100 ekor, yang diketahui hanya tersebar di Kawasan Ekosistem Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas, dan sebagian kecil di Kalimantan Timur. 

Penurunan jumlah populasi tersebut disebabkan oleh faktor eksternal dan intrinsik badak sendiri. Ancaman luar tersebut seperti perburuan liar dan penurunan mutu habitat. Kondisi ini menyebabkan badak sulit bertemu dan kawin sehingga mempengaruhi perkembangbiakannya. Selain itu, populasi kecil memperbesar terjadinya perkawinan dengan kerabat dekat (in-breeding). 

Sementara ancaman intrinsik bisa disebabkan oleh dua hal, pertama karena perilaku perkawinan alamiah dan kedua karena gangguan reproduksi. Proses perkawinan badak Sumatera hanya terjadi pada keadaan birahi dan masa subur betina. Sayangnya masa subur hewan mamalia tersebut sangat singkat. Pertemuan jantan dan betina di luar masa kawin justru menimbulkan perkelahian yang dapat berakibat fatal bagi salah satu atau keduanya. Sementara gangguan reproduksi terjadi karena badak betina yang lama tak kawin menyebabkan munculnya tumor dan kista.

Pengaruh faktor intrinsik ini dapat menghambat kemampuan reproduksi badak hingga menyebabkan kepunahan. Seperti contohnya pada kasus kepunahan badak Sumatera di Malaysia. Spesies tersebut telah dinyatakan punah di Negeri Jiran beberapa tahun lalu, meskipun perlindungannya telah dianggap memadai. Ini menjadi bukti kuat bahwa penurunan populasi badak Sumatera bukan disebabkan oleh faktor luar saja, namun juga faktor intrinsik berpengaruh cukup besar.

Dugaan ini sangat valid mengingat data di SRS TNWK menunjukkan bahwa sebagian besar betinanya mengalami gangguan reproduksi, seperti adanya tumor dan kista pada rahim dan gagal bunting. Kita bisa menengok hasilnya, sejak SRS TNWK dibangun 1998, hanya empat ekor anak badak yang berhasil dilahirkan, termasuk kelahiran terbaru. Dari empat anak badak tersebut, tiga di antaranya berasal dari induk yang sama, yaitu Ratu. Selain angka kelahiran yang kecil di SRS TNWK, dapat dikatakan bahwa variabilitas genetik di SRS TNWK juga terbatas. Sebab jumlah individu betina sehatnya terbatas, Tidak bisa hanya mengandalkan satu atau dua betina saja untuk menghasilkan anakan badak. Kondisi ini juga mungkin terjadi untuk badak di alam liar. 

Untuk mencegah punahnya badak Sumatera seperti di Malaysia terjadi, perlu ada perubahan paradigma dan langkah-langkah radikal. Pertama, kita perlu menangkap sebagian besar badak dari alam liar untuk meningkatkan keanekaragaman genetik dan meningkatkan kecepatan perkembangbiakan di fasilitas perkembangbiakan SRS. Kedua, kita harus mengembangkan fasilitas SRS yang sudah ada dan membangun yang baru agar mendukung pembiakan badak. Ketiga, penggunaan teknologi reproduksi berbantu (Assisted Reproductive Technoogy/ART) dan pembangunan Bank Gen (bio-bank) demi mempercepat pembiakan dan melindungi materi genetik badak Sumatera. 

Melalui ART, sel gamet dari betina badak Sumatera dapat diselamatkan dan dibuahi secara in-vitro sehingga menghasilkan embrio badak yang dapat membantu meningkatkan populasi di lokasi pembiakan tanpa risiko inbreeding. Jika ART tidak berhasil, Bio-bank akan menjadi benteng terakhir dalam melindungi sumber daya genetik badak. Bio-bank akan mengawetkan sel gamet, fibroblas, dan embrio dalam jangka panjang dengan metode pembekuan, untuk memastikan kelangsungan genetik badak dan dapat digunakan untuk menghasilkan individu baru di masa yang akan datang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak kalah penting adalah persiapan sanctuary alami yang dapat menjadi rumah bagi badak jika suatu hari mereka siap untuk dilepasliarkan. Upaya-upaya ini harus digabungkan dengan tindakan perlindungan lainnya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah merilis Rencana Aksi Darurat (RAD) penyelamatan populasi Badak Sumatera di Sumatra dan Kalimantan 2018-2021. Strategi tersebut fokus pada perlindungan populasi yang dianggap masih memungkinkan untuk diselamatkan, serta penyelamatan populasi kecil atau individu yang terisolasi untuk dijadikan stok pembiakan di lingkungan ex-situ. Rencana ini perlu untuk dilanjutkan dan diperbarui dengan memasukkan hal-hal di atas.

Terakhir, tindakan-tindakan ini harus segera dilaksanakan untuk menyelamatkan badak Sumatera yang tersisa dan memastikan bahwa spesies ini memiliki kesempatan untuk bertahan dan berkembang di masa depan. Kehilangan badak Sumatera akan menjadi kerugian besar bagi Indonesia dan dunia. Kepunahan spesies ini berarti hilangnya satu genus Dicerorhinus dari bumi kita.

Perlakuan Serupa untuk Badak Jawa

Selain badak Sumatera, Indonesia juga memiliki badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang kondisinya tidak jauh berbeda. Ancaman dan tantangan serupa tapi tak sama juga terjadi pada badak bercula satu tersebut. Badak Jawa saat ini hanya tinggal terbatas di semenanjung barat daya pulau Jawa tepatnya di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Padahal dahulu dari catatan persebarannya, satwa bercula satu ini menyebar dari India, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Sumatera. Saat ini, kondisi mereka harus berpacu dengan ancaman seperti habitat yang kian menghadapi risiko penyempitan dan terkurung oleh pemukiman. Bahkan dilaporkan masih terjadinya perburuan di Ujung Kulon, terbukti dengan ditemukannya tulang belulang badak tanpa cula baru-baru ini oleh Satuan Tugas Operasi TNUK.

Salah satu faktor menyempitnya habitat badak di TNUK adalah invasi langkap (Arenga obtusifolia). Beberapa peneliti menduga bahwa hal ini merupakan bagian dari proses suksesi vegetasi setelah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan bahwa invasi tumbuhan ini bisa menyebabkan degradasi habitat badak Jawa secara alami dan dalam jangka panjang menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati di TNUK, termasuk menurunnya jumlah spesies pakan badak.

Keadaan habitat menyempit kian mendorong potensi kawin kerabat antar individu badak. Dengan demikian diperlukan opsi lain mengelola populasi badak di TNUK. Salah satunya adalah usulan untuk mendorong penyediaan habitat baru yang sehat di luar TNUK sebagai alternatifnya. Pilihan ini dapat menjadi solusi untuk mencegah perkawinan antar kerabat dan ancaman penurunan keanekaragaman genetik di masa depan.

Pada akhirnya, dalam upaya menyelamatkan spesies bercula Indonesia, perlu dilakukan perubahan paradigma konservasi yang mencakup langkah-langkah radikal. Kelahiran badak Sumatera betina memang merupakan berita menggembirakan, namun populasi yang semakin kritis dan jumlah kelahiran yang hanya satu ekor per lebih dari lima tahun memerlukan tindakan cepat. Tantangan intrinsik, seperti rendahnya kapasitas reproduksi dan rendahnya variasi gen dalam populasi penangkaran, serta tantangan ekstrinsik, seperti perburuan liar dan fragmentasi habitat, harus diatasi. Solusinya mencakup captive breeding dengan pembangunan fasilitas pengembangbiakan yang memadai dan efisien dengan melibatkan teknologi reproduksi berbantu, pembangunan Bank Gen, dan ke depannya penyediaan sanctuary alami untuk pelepasan badak di kemudian hari. Pentingnya tindakan perlindungan yang segera dan pembaharuan serta pelaksanaan Rencana Aksi Darurat juga tak boleh diabaikan. Upaya ini menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dan mencegah kepunahan spesies bercula ini.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

6 jam lalu

Ilustrasi gaya liburan (pixabay.com)
Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

Mulai dari memilih tempat yang tepat sampai jadwal penerbangan, berikut traveling saat musim hujan.


Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan paparan dihadapan ribuan orang kepala desa dan pengurus Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia di GOR C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2023. Prabowo Subianto bersama mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menghadiri Rakerda Apdesi Jawa Barat yang dihadiri sekitar 5.000 orang kepala desa dan pengurus pemerintah desa. TEMPO/Prima Mulia
Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

Agar pemilihan presiden dan wakil presiden terhindar dari mudarat kecurangan dan ketidakadilan, semestinya para menteri dan kepala daerah yang menjadi calon melepas jabatan.


4 hari lalu


Bapak-isme

8 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Bapak-isme

Adakah jalan untuk mencegah kemunduran demokrasi? Panduan dari Bung Hatta perlu dijadikan pedoman


Wajah Kusam Penegakan Hukum

8 hari lalu

Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro (depan) dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan pasca terjaring Operasi Tangkap Tangan KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 16 November 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap 4 orang tersangka baru Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, dua orang pengendali CV. Wijaya Gumilang, Yossy S. Setiawan dan  Andhika Imam Wijaya, serta mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp.225 juta dalam tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji dalam rangka pengurusan perkara di Kejaksaan Negeri Bondowoso Jawa Timur. TEMPO/Imam Sukamto
Wajah Kusam Penegakan Hukum

Satu per satu aparat penegak hukum tertangkap kasus korupsi. Nasib penegakan hukum kian buram.


Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

8 hari lalu

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

Ada sebuah tantangan besar bagi penyelenggara pemilu dan Pemerintah dalam pengejawantahan demokrasi tersebut yakni fanatisme politik dari sebagian pemilih di Indonesia.


Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjadi penguji ahli disertasi mahasiswa S3 Ilmu Hukum UNPAD yang mengangkat tema tentang Urgensi Pengaturan Penggandaan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi.


Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

14 hari lalu

Sebagian demonstran di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, yang mendatangi Gedung Mahkamah Konstitusi (MK)  hari ini, Senin 16 Oktober 2023. MK membacakan putusannya atas sejumlah gugatan terhadap batasan usia capres dan cawapres. Tempo/ I Gusti Ayu Putu Puspasari.
Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

Majalah Tempo pada Maret lalu menyebut Mahkamah Konstitusi atau MK mengalami kemerosotan sejak 2020.


Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

15 hari lalu

Ekspresi Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penyelenggara Pemilu di Jakarta, Rabu 8 November 2023. Rakornas diikuti sekitar 1.200 penyelenggara pemilu yang terdiri dari dari Ketua KPU dan Ketua Bawaslu provinsi dan kabupaten/kota serta Sekretaris KPU se-Indonesia. TEMPO/Subekti.
Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

Intimidasi menimpa sejumlah kalangan dan kelompok yang menentang dinasti politik keluarga Jokowi. Meniru tindakan lancung Soeharto.


Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

22 hari lalu

Anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie memimpin rapat rapat MKMK di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2023. Rapat dengan  agenda klarifikasi kepada pihak-pihak terkait laporan dugaan pelanggaran kode etik hakim konstitusi. TEMPO/Subekti.
Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi akan membuat putusan penting besok. Kesempatan menyelamatkan demokrasi.