Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Strategi Kolaborasi Pemberantasan Hoaks Pilpres 2024

image-profil

Dosen Jurnalistik UMN, Ph.D. Candidate, the News Media Research Centre, University of Canberra

image-gnews
Akun Twitter menyebarkan hoaks tentang bendera Indonesia berkibar di konser Scorpions berkat kedatangan Presiden Jokowi
Akun Twitter menyebarkan hoaks tentang bendera Indonesia berkibar di konser Scorpions berkat kedatangan Presiden Jokowi
Iklan

MESKIPUN baru dilaksanakan tahun depan, “bandul” pemilihan presiden (pilpres) sudah mulai bergoyang ke berbagai arah. Sejumlah partai sudah ancang-ancang. Bahkan ada yang sudah menabuh genderang.

Hiruk-pikuk tidak hanya terjadi ruang-ruang rapat para pesohor politik. Masyarakat pada umumnya juga sudah mulai menunjukkan pilihan. Ini memang pesta demokrasi. Sebuah pesta demokrasi yang selalu diiringi dengan orkestrasi informasi. Informasi itu bisa jadi benar, namun bisa juga keliru.

Informasi memang bisa salah. Namun yang menjadi masalah adalah, jika informasi itu sengaja dibuat keliru lalu disebarkan dengan niat buruk (disinformasi).  Atau, informasi yang keliru namun dianggap benar oleh sejumlah orang dan kemudian disebarluaskan (misinformasi).

Sebagian kalangan menyebut misinformasi dan informasi dengan istilah yang lebih sederhana, yaitu hoaks. Hoaks yang menyebar selama pemilihan presiden sangat membahayakan. Kita masih ingat bagaimana masyarakat Indonesia “terbelah” pada masa pemilihan presiden 2019. Salah satu yang membelah rakyat saat itu adalah hoaks.

Pada saat itu, beberapa pihak sudah berusaha mengantisipasi penyebaran hoaks. Sejumlah wartawan, perusahaan pers, akademisi, mahasiswa dan organisasi masyarakat sipil mencoba berkolaborasi.

Baca Juga:

Tim peneliti Prodi Digital Journalism Universitas Multimedia Nusantara yang terdiri dari saya dan Samiaji Bintang Nusantara telah melakukan penelitian terhadap proses kolaborasi itu. Tulisan ini akan memaparkan sejumlah kekurangan di dalam kolaborasi tersebut dan menawarkan solusi untuk kolaborasi selanjutnya.

Alur kolaborasi

Empat tahun lalu, kolaborasi pemberantasan hoaks pada masa pemilihan presiden berlangsung dalam beberapa putaran. Salah satunya adalah pada periode pemungutan suara, 16-17 April 2019.

Organisasi yang terlibat saat itu adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Google News Initiative, dan CheckMedia. Kerja sama ini juga melibatkan berbagai perusahan pers, sejumlah mahasiswa, dan kelompok masyarakat sipil.

Kolaborasi ini terpusat di sebuah ruang redaksi yang mereka buat di salah satu gedung di Jakarta. Ruangan itu mereka sebut War Room. Tim yang berada di Jakarta itu terhubung dengan berbagai redaksi media massa di berbagai daerah di Indonesia.

Alur pengecekan fakta dimulai oleh tim khusus yang bertugas memantau berbagai platform media sosial. Tim yang tergabung dalam news gathering desk ini memilah sejumlah unggahan yang diduga hoaks ke dalam sejumlah kategori.

Mereka menandai pernyataan sumir dari tokoh atau figur publik sebagai Claims. Sementara itu, unggahan berupa foto atau gambar yang berpotensi mengandung kebohongan disebut dengan Visuals. Kemudian, yang terakhir adalah Memes, yaitu unggahan yang mengandung unsur gambar atau kombinasi gambar-teks yang mengandung unsur satire atau parodi.

Klasifikasi awal ini kemudian diverifikasi oleh Assignment Desk, lalu dicek kebenarannya oleh tim berikutnya, yaitu Fact-check Desk, yang berada di berbagai wilayah di Indonesia. Hasil pengecekan itu kemudian diproduksi dalam bentuk konten digital dan disebarkan kepada publik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelemahan

Berdasarkan pemantauan dan diskusi terfokus kami dengan sejumlah peserta kolaborasi, ada sejumlah kelemahan yang muncul saat itu. Salah satu kelemahan yang sangat berpengaruh adalah tidak adanya kebijakan yang mengikat dari manajemen perusahaan pers yang berkolaborasi.

Tidak semua redaksi memberikan penugasan khusus kepada jurnalis untuk terlibat ke dalam gerakan tersebut. Akibatnya, jurnalis hanya suka rela ikut berkolaborasi. Dalam kondisi tertentu, para jurnalis ini akan keluar dari jalur kolaborasi jika atasan mereka menungaskan mereka untuk meliput topik yang lain.

Hal ini berujung pada keterbatasan sumber daya manusia yang bisa dikerahkan untuk memantau dan mengoreksi hoaks pada masa itu. Kendala yang kedua adalah ketimpangan penguasaan teknologi oleh pihak-pihak yang ikut dalam kolaborasi.

Teknologi yang dimaksud adalah sejumlah aplikasi berbasis web yang berguna untuk melakukan pengecekan kebenaran unggahan di media sosial yang berformat teks, audio, maupun visual. Meskipun ada program pelatihan, beberapa peserta kolaborasi merasa belum menguasai keterampilan pengecekan fakta digital saat mereka bergabung di war room Jakarta.

Solusi untuk 2024

Untuk mengatasi hal itu, hendaknya kolaborasi berikutnya mengintegrasikan tiga aspek, yaitu literasi pemberantasan hoaks, keterlibatan semua stakeholder, dan inovasi hasil pengecekan fakta. Inisiator kolaborasi perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan teknis secara masif, terstruktur, dan berkala.  Sosialisasi dan pelatihan ini harus membidik semua pihak yang berkaitan upaya pengecekan fakta, terutama wartawan, pemilik media, organisasi masyarakat sipil, dan civitas perguruan tinggi.

Pemilik dan manajemen media adalah salah satu target utama sosialisasi dan pelatihan ini. Hal ini untuk memastikan mereka memiliki komitmen terhadap upaya pengecekan fakta. Komitmen itu bisa berupa penugasan khusus untuk jurnalis supaya terlibat dalam kolaborasi. Jurnalis yang ditugaskan ini akan dilepaskan dari kewajiban pemberitaan yang lain.

Kampus, komunitas kaum muda, organisasi keagamaan dan kebudayaan juga perlu digandeng. Mereka sangat potensial untuk membantu menyebarkan hasil pengecekan fakta kepada komunitas masing-masing. Lalu, jangan pernah melupakan para influencer. Berkolaborasi dengan mereka akan memperluas jangkauan distribusi hasil pengecekan hoaks melalui media sosial.

Untuk mengatasi stigma produk-produk pengecekan fakta tidak mendulang page view yang tinggi, berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan. Memproduksi konten cek fakta bukanlah upaya untuk mencari keuntungan. Ini adalah perjuangan melawan pembodohan publik.

Kolaborasi ini adalah upaya untuk menyelamatkan pemilihan presiden tahun depan dari berbagai macam kebohongan. Inovasi konten cek fakta juga perlu diperhatikan. Untuk itu, kolaborasi antara tim cek fakta dan tim grafis sangat penting. Hal ini untuk membuat produk pengecekan fakta menjadi lebih variatif, interaktif, dan menarik perhatian pembaca.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

13 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


14 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

21 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

25 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

40 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

41 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.