Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banyak Jalan Menuju Roma

image-profil

Ketua Umum Jamaah Yasinan Nusantara

image-gnews
Suasana misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Minggu, 25 Desember 2022. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Suasana misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Minggu, 25 Desember 2022. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Iklan

PERAYAAN Natal tahun ini jelas beda dibanding dua kali perayaaan sebelumnya. Saat itu, karena musibah pandemi, semua serba dibatasi. Perayaan di tengah keprihatinan. Namun kini lebih membahagiakan.

Hal yang sama telah dirasakan juga oleh umat Islam saat merayakan Idulfitri 1443 H dan penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi Saw belum lama ini.

Selamat untuk saudara-saudara kami, umat Kristiani. Kita semua tentu merasakan kebahagiaan.

* * *

Apakah Anda juga mengucapkan Selamat Natal untuk mereka? Jika iya, apa motivasi Anda? Jika tidak, kenapa? Apakah Anda akan mengecam mereka yang melakukannya?

Pertanyaan tersebut dilontarkan KH. Muhammad Adnan, mantan Ketua PWNU Jateng, saat “Dialog Interaktif Penguatan Moderasi Beragama bersama Aktivis Mahasiswa” di kampus Undip Semarang, beberapa waktu lalu.

Dia sendiri mengakui, bukanlah termasuk yang melarang ucapan tersebut. Apalagi mengharamkannya. “Dengan ucapan itu, apakah akan mengurangi keimanan kita?” Demikian pengasuh Pesantren Kebangsaan yang juga dosen Fisip Undip itu, dengan nada bertanya memberi jawaban.

Harus diakui, selama ini kita memang tak lepas dari persoalan tersebut. Tentu karena beda pemahaman. Perdebatan karena perbedaan ini sudah berlangsung lama. Seakan telah menjadi tradisi tahunan, setiap kali Natal dirayakan.

Tak jarang, sesama kita saling bersitegang. Bahkan, ketegangan bisa memuncak, dan berakhir dengan “vonis” memurtadkan dan atau mengkafirkan sesama muslim sendiri karena perbedaan itu.

Sementara kita jarang (bahkan tak pernah) mendengar sesama umat Kristiani, atau dari kalangan agama lain, berdebat soal ucapan selamat Idulfitri saat umat Islam merayakannya. Ketika mereka beramai-ramai mengucapkan itu, kita (umat Islam) juga menerimanya dengan sangat gembira.

Tak adil rasanya jika kita hanya mau menerima, tetapi tak pernah memberi. Berbuat baik, menebar kebaikan, sudah semestinya dilakukan. Ini bukan karena rumus “take and give” semata.

Justru, rumus itu sebenarnya tak berlaku dalam konsep persaudaraan (ukhuwah), yang harus lebih mengutamakan keserasian dan keterikatan karena kasih sayang. Persaudaraan yang tidak dibatasi dengan perbedaan keyakinan.

“Kunjung mengunjungilah, bertukar hadiahlah.” Demikian pesan keteladanan yang Nabi Saw sampaikan.

Dalam konteks itu, contoh mutakhir telah diteladankan Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Al-Thayib, misalnya. Setiap dua hari menjelang perayaan Natal, dia selalu mengunjungi Gereja Ortodoks Koptik, gereja Kristen utama dan tertua di Mesir.

Kunjungan tersebut tak lain untuk bersilaturrahmi dengan pemimpin tertingginya, yaitu Paus Tawadros (Theodoros) II. Juga mengucapkan selamat Natal. Ucapan ini disampaikan pula kepada Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Katolik Roma. Bahkan kepada umat Nasrani di seluruh dunia.

Pandangannya tentang hal itu juga sangat tegas. “Suara yang melarang dan mengharamkan menyampaikan selamat dan tahniah kepada pemeluk Kristiani yang merayakan hari Natal adalah pemikiran ekstrem yang tidak ada pertaliannya dengan agama Islam.” Demikian “fatwa”-nya.

Syeikh Ahmad Al-Thayib adalah satu di antara ulama Sunni terkemuka yang membolehkan ucapan selamat Natal. Ulama besar lainnya: Syeikh Yusuf Qardhawi, Syeikh Ali Jumu'ah, Syeikh Mustafa Zarqa. Untuk kalangan muda, ada Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri dari Cyprus. Selain itu, Majelis Fatwa Mesir, juga Masjelis Fatwa Eropa.

Sementara ulama yang mengharamkan, terutama dari kalangan Wahabi Salafi. Beberapa nama terkemuka, bisa disebutkan: Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz, Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syeikh Ibrahim bin Ja'far, Syeikh Ja'far Al-Thalhawi.

Jika harus dijelaskan, kenapa ulama berbeda pendapat dan pemahaman, setidaknya karena beberapa alasan. Yang jelas, tak ada satupun ayat al-Quran maupun Hadits Nabi yang secara tegas menyebutkan tentang keharaman atau membolehkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal situasi dan kondisi sosial ketika Nabi Saw masih hidup mengharuskannya untuk memberikan fatwa hukum atas masalah tersebut. Kenapa? Nabi dan para sahabatnya saat itu hidup berdampingan dengan kalangan Yahudi dan Nasrani. 

Karena tidak ditemukan ayat Al-Quran dan Hadits Nabi yang dengan jelas dan tegas menyebutkannya, maka permasalahan tersebut termasuk dalam kategori “ijtihadi”.

Dengan demikian, baik ulama yang membolehkan maupun mengharamkan itu, hanya berpegang pada keumuman (generalitas) ayat atau Hadits yang diyakini terkait dengan hukum atas permasalahan tersebut. Itulah kenapa mereka berbeda pendapat.

Generalitas dimaksud, bagi yang mengharamkan, misalnya, berpegang pada ayat: “Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, maka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Qs. Al-Furqan: 72).

Bahwa mengucapkan selamat Natal diyakini telah memberikan kesaksian palsu karena sama halnya dengan mengikuti keyakinan Kristiani. Maka hindari segala aktivitas yang tidak ada faedahnya. “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” Hadits riwayat Imam Abu Dawud ini pula yang dijadikan dalil.

Sebaliknya, ulama yang membolehkan bersandar pada ayat: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8).

Bahwa menyampaikan ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani adalah termasuk kebaikan. Mereka bukan musuh, juga tidak memusuhi, karena faktor agama.

Apalagi tahniah itu juga disebutkan dengan jelas, sebagaimana ayat: “Salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku....” (Qs. Maryam: 33). Inilah yang oleh Prof. Dr. Quraish Shihab disebut ucapan selamat Natal versi Al-Quran.

Jika menyampaikan ucapan itu diperbolehkan, maka menjaga keberlangsungan penyelenggaraan hari raya Natal, seperti yang dilakukan oleh Banser selama ini, sebenarnya juga bisa dimaklumi.

Dasarnya, jelas. Sayyidina Umar ibn Khattab, saat “penaklukkan” Yerussalem, juga memberikan jaminan keberlangsungan peribadatan dan perayaan yang dilakukan kaum Nasrani Aelia, Quds, Palestina.

* * *

Singkat kata, “banyak jalan menuju Roma.” Demikian Raja Dangdut Rhoma Irama. Nasihatnya, jangan terpaku pada satu cara untuk menggapai cita-cita. Banyak jalan, selalu ada pilihan. “Janganlah dirimu mengenal putus asa,” tegasnya.

Nasihat itu juga berlaku dalam kehidupan beragama kita. Tak seharusnya kita meributkan persoalan yang di dalamnya jelas ada perbedaan pendapat dan pemahaman. Bagi umat awam seperti saya, misalnya, tinggal mengikuti: “dalil” mana yang diyakini. Tanpa mereduksi sedikitpun keyakinan hakiki di dalam hati.

Dalam “beragama” itu, jika dirumuskan, bukan hanya 5 + 5 = 10 yang pada akhirnya melahirkan pandangan sempit dan sikap kaku. Tetapi 10 itu merupakan hasil dari 4 + 6 atau 5 x 2 atau 15 - 5 atau 60 : 6. Rumus inilah yang justru akan membuat kita lebih terbuka dengan segala perbedaan yang ada.

Karena sejatinya, perbedaan itu tak terhindarkan. Apalagi bagi kita, bangsa Indonesia, yang memang dikaruniai keberagaman. Perbedaan karena faktor alamiyah atau primordial, haruslah kita terima apa adanya. Inilah sunnatuLlah.

Perbedaan secara ilmiyah, karena hasil pemikiran (ijtihad), jika masih perlu didialogkan, lakukanlah dengan kejernihan hati dan sikap terbuka. Demikian pula, perbedaan karena faktor amaliyah berkaitan dengan (praktek) keberagamaan, tak seharusnya membuat kita bersitegang dan berujung saling menyesatkan.

Akhirul kalam, “saya mengajak seluruh umat Kristiani menjadikan peringatan Natal tahun ini sebagai momentum untuk merawat harmoni dan kerukunan dalam keragaman dan kebhinekaan.” Demikian Menag Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan pesan Natal 2022.

Kalisuren, 26 Desember 2022

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

26 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.