Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Balik "Amplop Kiai"

image-profil

Kader Nahdlatul Ulama

image-gnews
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa. TEMPO/M Taufan Rengganis
Iklan

Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, dan Majelis Pertimbangan, saya menyebutnya tiga lembaga elite Partai Persatuan Pembangunan (PPP), secara resmi, telah memberhentikan Suharso Monoarfa (Sumo) dari jabatan Ketua Umum PPP (5/9/22). 

Sebagai pengganti, telah ditunjuk pula Pelaksana tugas (Plt): Muhammad Mardiono. Anggota Wantimpres dengan total kekayaan 1,2 T itu mungkin dianggap figur yang paling pas saat ini. Terlebih jika untuk kepentingan menghadapi “perlawanan” dari pihak Sumo nanti.

Sudah bukan rahasia, konflik terbuka itu merupakan buntut dari pernyataan tentang “amplop kiai” yang disampaikan Sumo saat acara Pembekalan Politik Cerdas Berintegritas di KPK beberapa waktu lalu.

Protes keras terhadap Ketua Umum yang juga Meneg PPN dan Kepala Bappenas itu sudah bergulir dalam beberapa pekan terakhir. Ada yang mendesak agar Presiden memecatnya. Bahkan ada pula yang telah melaporkan ke Bareskrim Polri. Tuduhannya tak main-main: menghina kiai!

Memang pemberitaannya tak seheboh “skandal Duren Tiga” yang menyeret hampir seratus perwira Polri, dan atau kasus mega korupsi lahan sawit Surya Darmaji, misalnya. Namun soal “amplop kiai” itu, bagi saya, merupakan tragedi. Cerita yang menyedihkan untuk partai berlambang kakbah itu khususnya. 

Bayangkan saja, seorang Ketua Umum Partai berbasis Islam yang masih mengandalkan dukungan dari para kiai, tetapi justru telah (dianggap) menghinanya. Tentu ini akan menjadi catatan buruk. Apalagi sebagai menteri. Kesalahan demikian bisa menjadi beban dan memperburuk citra pemerintahan. 

Betapa hiruk pikuk politik saat ini masih selalu saja diramaikan dengan aneka peristiwa dan isu yang justru tak mencerdaskan, dan berujung konflik semata, juga sangat menyedihkan kita semua. Politik seharusnya memberdayakan. 

Keseleo Lidah

Awalnya, saya menduga Sumo hanya salah ucap. “Keseleo lidah” seperti itu sebenarnya hal biasa. Dapat menimpa siapa saja. Tak pandang bulu. Baik pejabat, tokoh agama, maupun rakyat jelata bisa mengalaminya. 

Kesalahan mengucapkan sesuatu biasanya berkaitan dengan “transposisi fonetik”. Ini terjadi di mana baik huruf vokal, konsonan, maupun morfem diucapkan dengan tidak tepat. Bahkan terbolak-balik. 

Fenomena itu lazim disebut Spoonerisme. Istilah yang dinisbahkan kepada William Archibald Spooner (w.1930) dari Oxford Inggris, yang memang sering berbicara begitu. Selip lidah (slip of the tongue) yang timbul karena lidah penuturnya “keseleo”. Pemicunya, bisa karena kegugupan, terlalu cepat berbicara, atau kurang konsentrasi. 

Mungkinkah Sumo mengidap Spoonerisme? Kita tak tahu pasti. Sejauh ini kita hanya menyaksikan dia tampil berpidato, baik sebagai menteri maupun Ketua Umum Partai, cara penyampaiannya enak. Runut dan runtut. Juga meyakinkan.

Saya sendiri pernah bareng di Komisi VII pada 2004-2005 dulu, mengenalnya sebagai orang yang “fasih” berbicara. Apalagi menyangkut angka-angka. Maklum, di Komisi yang membidangi ESDM itu mesti mempunyai kecakapan detail berkaitan dengan perhitungan migas, dan lain-lain. Sumo sangat mumpuni di bidang itu. 

Namun ihwal keseleo lidah memang bukan semata masalah transposisi fonetik. Gejala ini justru lebih dapat dipahami sebagai persoalan psikologis. Ada istilah Freudian Slips atau Parapraxis. Bahwa kesalahan berbicara diyakini merupakan ungkapan yang sebenarnya yang ada di alam bawah sadar seseorang. 

Sigmund Freud (w.1856), penemu teori itu, dengan psiko-analalisisnya meyakinkan: alam bawah sadar merupakan “gudang” yang menyimpan segala pikiran, kenangan, motif, dan keinginan yang tak terungkapkan. 

Biasanya, seseorang akan terus menekan dan membatasi untuk mengungkapkan sesuatu. Namun, alam bawah sadar bisa menjebolnya secara spontan, seketika. Maka ketika seseorang keceplosan menyatakan sesuatu secara tak disengaja, misalnya, itu bukan murni kebetulan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tetapi hal itu merupakan kondisi di mana “sensor” pikiran tengah mengalami kerusakan dalam memroses informasi yang harus diungkapkan. Di sini, keseleo lidah menunjukkan kondisi psikologis yang mendalam pada seseorang. 

Tradisi Bisyarah

Tentu tak elok jika kita harus menilai terlalu jauh kondisi psikologis seseorang. Ini ranah batiniyah. Nahnu nahkumu bil-dzawahir; waLlahu yahkumu bil-bawathin. Demikian dinasihatkan. Bahwa kita menilai dari yang tampak saja; adapun yang tersembunyi biarlah Allah yang menghakimi. 

Yang kita tahu, Sumo adalah politisi senior. Dia sudah kenyang makan asam garam politik. Dua periode menjadi Anggota DPRRI (sejak 2004), dua kali menjadi menteri, dan pernah menjabat Wantimpres (2015-2019), sudah sangat cukup untuk mengukur kompetensi politiknya. Rekam jejak di dunia akademik dan profesional, juga terbilang panjang. 

Ketika dia dipercaya menggantikan Romahurmuzy sebagai Ketua Umum PPP, pada akhir Maret 2019, tertambat harapan besar: partai ini akan makin berkibar. Dia tampil pada saat yang tepat ketika PPP benar-benar tengah “berduka” karena berturut-turut dua Ketua Umumnya dicokok KPK.

Jika kemudian dia harus segera membersihkan anasir-anasir koruptif di partainya, itu agenda utama yang tak bisa lagi ditunda. Sebagai Ketua Umum partai berbasis Islam, dia harus menjunjung tinggi moralitas, mewujudkan praktek politik berintegritas. Sebagai partai tertua, PPP tak boleh salah langkah.

Saya yakin, dengan segala “bekal” kemampuan dan komitmennya itu, Sumo bukan tidak tahu akar masalah korupsi yang sebenarnya. Persoalan money politics, dan sebangsanya, tentu dia sangat paham. Namun, ketika "sekadar pemberian kepada kiai" kemudian ditafsirkannya sebagai bagian dari praktek korupsi, inilah yang jadi persoalan.

“Ada kesalahpahaman saja,” kata Sumo, enteng. Seolah tak ada masalah. Padahal, justru di sini kesalahan besar terjadi. Bahwa seorang Ketua Umum partai yang sekaligus pejabat tinggi, tidak berbicara secara mendasar tentang upaya pencegahan korupsi. 

Bagaimana, misalnya, mewujudkan Pileg dan Pilpres yang lebih efisien, tanpa politik uang? Bagaimana setiap calon dalam Pilkada bebas dari segala pungutan, dlsb, adalah beberapa hal yang lebih layak disampaikan di hadapan KPK. 

Dan masih sangat banyak hal yang bisa dicontohkan sebagai kategori suap (risywah) di sana. Risywah tentu beda dengan “sekedar pemberian” atau bisyarah (baca: bisyaroh). Ketika yang disebut terakhir ini harus dibawa ke forum KPK, maka sama saja telah menganggapnya sebagai persoalan korupsi juga. 

Bisyarah, di lingkungan masyarakat pesantren khususnya, merupakan kelaziman. Bahkan sudah menjadi tradisi untuk “ngalap berkah” kiai. Dari sononya, ya begitu. Tanpa motif politik. Karena bisyarah itu sendiri berarti hadiah, sesuatu yang membahagiakan. 

Masyarakat Jawa mengartikannya dengan “bebungah”. Terambil dari kata dasar “bungah” yang berarti senang atau bahagia. Rumusnya sederhana: dengan membahagiakan kiai, orang saleh, maka doa akan mengalir, kita akan “kecipratan” kesalehan dan kebaikannya. 

Meskipun kita tak memungkiri, istilah bisyarah itu sendiri pernah salah kaprah digunakan. Viral juga pada 2019, karena menjadi pembahasan dalam persidangan terbuka tentang “jual beli” jabatan di lingkungan Kemenag yang akhirnya menyeret Ketua Umum Romahurmuzy saat itu. Juga beberapa pejabat Kemenag Jatim. 

Mungkin, persoalan itulah yang selalu “menghantui” Sumo selama ini. WaLlahu a'lam.

Kalisuren, 6 September 2022

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.