Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebuah Hari Esok untuk Nana

image-profil

Oleh

image-gnews
Poster film Before, Now & Then. Foto: Instagram Kamila Andini.
Poster film Before, Now & Then. Foto: Instagram Kamila Andini.
Iklan

BEFORE, NOW & THEN (NANA)

Sutradara: Kamila Andini
Skenario: Ahda Imran dan Kamila Andini
Berdasarkan satu bab roman biografi  “Jais Darga Namaku” oleh Ahda Imran
Pemain: Happy Salma, Laura Basuki, Arswendy Beningswara, Ibnu Jamil
Produksi: Fourcolours Films dan Titimangsa 

* * *

Di ujung lorong itu, Nana (Happy Salma) dengan kebaya biru, selendang biru muda dan payung cantik berdiri memandang siluet seorang lelaki berseragam dari kejauhan. Perlahan-lahan mereka melangkah di tengah lorong yang remang itu. Ditimpa seberkas cahaya, wajah sang lelaki tampan (Ibnu Jamil) itu mendekat wajah Nana yang ayu yang menunduk malu, “Kunaon urang teh bet kudu kiue atuh Na” 

Ada kepedihan, ada yang tertahan dalam kalimat, “Mengapa kita bisa begini." Raden Icang seolah mengusap wajah Nana dengan matanya, tetapi tak bisa menyentuhnya karena Nana adalah isteri Menak Sunda Raden Dargawijaya (Arswendy Beningswara).

Baca Juga:

“Nana” adalah film ke empat sutradara Kamila Andini yang kini sudah ditayangkan di platform Prime Video. Film yang bertanding di Berlin International Film Festifval tahun ini bukan saja dipuji puji kritikus karena temanya yang personal sekaligus memiliki setting sejarah sebagai latar, tetapi juga karena Kamila Andini berhasil mengarahkan seluruh elemen sinema dan para pemainnya sebagai kesatuan yang pas.

Di dalam bahasa Inggris, film ini berjudul “Before, Now & Then” yang sebetulnya mewakili kisah hidup Raden Nana Sunani, ibunda art dealer Jais Darga yang biografinya ditulis Ahda Imran dan diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia. Adapun kisah Nana yang diangkat menjadi film adalah satu bab dalam novel ini yang bertutur tentang ibunda Jais Darga.

Nana ‘masa kini’ di dalam film adalah seorang isteri menak, Raden Dargawijaya (Arswendy Nasution) beranak tiga, salah satunya adalah Dais (Chempa Puteri ) hubungannya dekat dengan Nana. Kehidupan keluarga menak di tanak Priangan yang digambarkan pada awal film terlihat damai, tentram, mesra. Nana memotong rambut Darga, sementara sang suami memuji kecantikan isterinya yang tak kunjung punah. Setelah beberapa menit kesan keharmonisan pasangan itu, dengan halus Kamila Andini menguak luka yang  mengucurkan darah. Adegan demi adegan subtil—surat dari seorang perempuan yang mempersoalkan absensi Darga—atau perempuan lain, atau perempuan lain lagi yang menunjukkan Dargawijaya, betapapun dia mencintai isterinya, toh memiliki beberapa perempuan di mana-mana. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Paruh kedua film ini semakin mengejutkan, karena paradigma klise tentang perseteruan perempuan merebut seorang lelaki ternyata tak pernah terjadi. Apa yang terjadi justru sebuah persahabatan yang kuat dan solid penuh solidaritas antara Nana, sang istri, dan Ino, sang selir. Persahabatan Nana yang lembut dan pendiam dengan Ino yang asertif dan  pemberontak itu terjadi karena mereka cocok berdiskusi di antara asap rokok dan cipratan air sungai. Akrab, intim, penuh rasa percaya dan merobohkan segala stereotip buruk tentang perempuan. Mungkin adegan-adegan persahabatan Nana dan Ino adalah segmen yang paling refreshing, inovatif sekaligus misterius.

Sutradara Kamila Andini mengaku, dia hanya mengambil satu  bab dari roman biografi  “Jais Darga Namaku” karya Ahda Imran “karena film ini (menceritakan) tentang ibu Jais (Raden Nana Sunani) dan memang hanya bab itu yang bercerita tentang ibunya,” demikian Kamila Andini.

Satu bab inilah yang ternyata menjadi sebuah film sunyi, slowburning yang sesungguhnya menyajikan nyala api di dalam para perempuan. Nana dengan nyala api cinta yang tak pernah padam kepada lelaki yang “harum tubuhnya tak bisa dilupakan” dan Ino yang nyala api kemerdekaan dirinya. Tentu, tentu semua dilakukan dengan suara lirih, tetapi di masa itu, ketika kehidupan politik dan sosial tengah berkobar-kobar, persoalan-persoalan cinta dan rumah tangga memang bukan sebuah prioritas. 

Suasana politik tahun 1960-an di dalam film ini hanya seliweran melalui berita radio atau bisik-bisik gosip tentang Ino atau mereka yang diburu. Ini bisa dilihat sebagai ‘kelemahan’ bagi penggemar film berlatar belakang sejarah. Namun sejak awal, Kamila Andini sudah memilih dan menunjukkan sikap: dia tertarik untuk menyorot kehidupan Nana. Karena itu  fokus kamera dan cerita lebih mengutamakan kisah (cinta) Nana dan pelbagai pilihan hidupnya.

Meski hanya Laura Basuki yang diberi ganjaran penghargaan Silver Bear untuk penampilannya sebagai pemeran pendukung, tentu saja tak bisa kita tak mungkin mengabaikan penampilan Happy Salma sebagai Nana. Seorang ibu, seorang istri, seorang perempuan yang mempunyai hasrat yang tak pernah padam. Juga penampilan Arswendy Beningswara  dan Ibnu Jamil yang berperan sebagai dua lelaki penting dalam hidup Nana sungguh bersinar. Belum lagi wardrobe para menak yang sederhana, tidak menyala-nyala sesuai jamannya ditangani dengan baik oleh Retno Ratih Damayanti atau pilihan musik yang pas (dengarkan lagu tradisional dan beberapa lagu karya Mochtar Embut  itu). 

Semuanya itu ditangkap oleh sinematografi Batara Goempar yang mampu menciptakan puisi hanya dari gerakan kecil Happy Salma. Dan itu semua adalah berkat tangan Kamila Andiri yang juga merupakan ibu sekaligus bapak dari seluruh tim ini.

LEILA S. CHUDORI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

15 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.