Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Film Broker: Kisah Mereka yang Tersia-sia

image-profil

Oleh

image-gnews
Film Broker. Instagram
Film Broker. Instagram
Iklan

KISAH MEREKA YANG TERSIA-SIA

Film terbaru sutradara Jepang   Hirokazu Kora-eda yang tengah beredar masih memperlihatkannya sebagai  maestro dalam drama keluarga. Aktor Song Kang-ho mendapatkan predikat Aktor Terbaik dalam festival film Cannes tahun ini.

BROKER

Sutradara     : Hirokazu Kore-eda

Skenario       : Hirokazu Kore-eda

Pemain          : Song Kang Ho, Kang Dong Won, Bae Doona, Lee Ji Eun, Lee Joo Young 

                                                ****

Ketika malam turun, seluruh  isi kota lelap, seorang perempuan muda perlahan menuju ke sebuah pojok gereja. Dari balik jaketnya,  dia mengeluarkan sebuah mahluk mungil , seorang bayi yang kemudian ditinggalkannya di depan pintu. Sepasang mata perempuan yang marah, menanti sang ibu muda pergi, lalu dia diam-diam menghampiri sang bayi dan meletakkannya ke dalam boks bayi. Dari malam yang menentukan itu, cerita sutradara Jepang Hirokazu kemudian bergulir dari sebuah pojok kota Busan. Ibu muda itu bernama So-Young (Lee Ji Eun, yang lebih dikenal dengan nama panggung IU). Sementara perempuan yang geram tadi  ,yang memindahkan sang bayi ke dalam boks  bayiagar dia tak kedinginan, adalah Detektif Soo-jin ( Bae Doona) yang berambisi mengungkap jaringan perdagangan bayi.

Sang bayi , subyek terpenting dalam film ini, yang bernama Woo Sung adalah putera So-young. Sang Ibu semula  ingin menyerahkan bayinya dalam sebuah sistem ‘penampungan’ –lazimnya di gereja atau panti sosial --yang disebut “Baby Box”. Di beberapa negara Asia, sistem “Baby Box” adalah sebuah solusi yang kontroversial karena  dianggap menyuburkan keinginan para orangtua yang tak mau bertanggungjawab untuk seenaknya membuang bayinya. Syahdan,  malam yang jahanam itu sungguh berbisa.  Sang bayi Wo Sung ternyata dicaplok oleh  dua makelar bayi bernama Sang-heyon (diperankan Song Kang-ho, aktor Korea terkemuka yang antara lain dikenal dalam film “A Taxi Driver” dan “Parasite” ) dan Kang Dong Won (Dong-soo).  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keesokan hari, So Young berubah pikiran berkeliling mencari bayinya. Pada akhirnya , dia berhasil bertemu dengan duo makelar yang kemudian membujuknya berkongsi menjual bayinya kepada “keluarga yang membutuhkannya”.  So Young tergoda dengan tawaran ini. Tetapi, tunggu sebentar, jangan langsung menghakimi keputusan So Young yang tampak laknat itu. Ingat ini penulis skenario dan sutradara Hirokazu Kore-eda yang dikenal sebagai  maestro dalam film-film keluarga. Mereka yang sudah mengenal karya-karyanya pasti tahu jangan pernah menebak, menghakimi atau menuduh tingkah laku para tokohnya pada  15 menit pertama penayangan filmnya. Kore-eda sudah mahir membuat lekuk dan belokan yang membuat penonton terpana, terkejut sekaligus memahami logika cerita dan karakterisasi.

Film Broker yang  menjadi salah satu bintang saat Festival Film Cannes tahun ini—terutama karena seni peran Song Kang Ho yang memperoleh penghargaan sebagai Aktor Terbaik—karena Kora-eda selalu menghasilkan karya yang menyitir diskusi dan perenungan.

Seperti yang diutarakan Kora-eda di dalam berbagai wawancara, dia selalu tertarik mencoba berbagai genre, tetapi inti  storytelling yang dipilihnya  selalu berpusar pada drama keluarga. Film Broker yang bisa dikatakan sudah memasuki genre road movie, tetap saja bercerita tentang “sebuah keluarga yang tidak biasa”. Adapun  arti ‘keluarga  tidak biasa’ di sini adalah  karena mobil van bobrok yang pintunya senantiasa harus ditendang agar bisa tertutup rapat itu, berisi orang-orang dengan catatan kriminal yang cukup hitam: pendagangan anak dan pembunuhan.

Namun mengapa kita tetap bersimpati kepada orang-orang di dalam kendaraan van bobrok itu? Dan bagaimana orang-orang yang hidup dalam dunia hitam dan sepanjang dua jam bermaksud menjual bayi itu tetap tak terasa sebagai sekumpulan sampah masyarakat yang keji?

Itulah kedahsyatan sutradara Kore-eda yang secara perlahan mengupas lapisan-lapisan batin manusia yang berwarna-warna.Tokoh So Young yang sejak awal sudah didisain sebagai perempuan muda tanpa hati,  yang dingin karena tega menjual bayinya , belakangan terungkap betapa rumitnya jika dia tak segera “menjauhkan” putranya dari kegelapan dunia di sekelilingnya.  Tokoh Sang-heyon, si bapak tua yang sebetulnya mempunyai warung binatu kecil-kecilan juga mendapat giliran pengungkapan sejarahnya, bagaimana perlahan-lahan dia terpaksa terjun ke bisnis jual-beli bayi. Dong-so , partner Sang-heyon yang  paling keras menghakimi sang Ibu muda ternyata mempunyai sejarah pahit sebagai ‘alumni’ rumah yatim piatu yang merasa tak diinginkan orangtuanya . Ditambah salah satu anak lelaki kecil dari asrama yatim yang menyelinap ke dalam mobil van mereka karena “kepingin diangkat anak oleh Sang-heyon”, bayangkan nasib perjalanan ‘keluarga jadi-jadian’ ini mencari pembeli bayi Sung Woo.

Ini adalah film pertama sutradara Jepang Hirokazu Kore-eda menggarap film dengan setting, pemain dan produksi Korea Selatan. Para penggemar karya Kore-eda  tentu saja bisa merasakan bagaimana  dia memperlakukan orang-orang yang terpinggirkan di dalam Broker ,seperti halnya sekelompok orang-orang marjinal di dalam “Shoplifter” yang hidup nyaris seperti sebuah keluarga.  Karakteristik lainnya yang selalu muncul dalam filnya adalah: tema anak-anak yang disia-siakan sebagaimana yang  dia persoalkan dalam film Nobody Knows (2004) atau film “Like Father, Like Son” (2013) yang menuntut sebuah definsi ulang tentang konsep keluarga sesungguhnya (apakah orangtua berarti yang berhubungan darah dengan kita atau mereka yang membesarkan kita?

Di dalam Broker pesoalan itu kembali terlontar. Tetapi cara Kore-eda yang halus dan puitis selalu memilih menggunakan nuansa, daripada gelora dalam dialog. Ketika kita memahami alasan So -Young untuk “menyerahkan” puteranya kepada orang lain, kita baru menyadari bahwa ibu seburuk apapun, hampir selalu mengutamakan keselamatan anaknya dari maut. Itu semua disajikan dengan adegan-adegan sederhana bagaimaan sikap So Young yang ternyata jauh lebih galak dan selektif saat menyeleksi ‘pembeli’. Tentu saja penonton Kore-eda cenderung lebih mengunggulkan “Shoplifter” daripada “Broker”, bukan saja karena keberhasilannya meraih Palm D’or, tetapi lebih karena akhir cerita  “Shoplifter” yang lebih gelap  yang terasa lebih realistik dalam hidup orang-orang marjinal).

Leila S. Chudori

           

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

6 jam lalu

Ilustrasi gaya liburan (pixabay.com)
Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

Mulai dari memilih tempat yang tepat sampai jadwal penerbangan, berikut traveling saat musim hujan.


Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan paparan dihadapan ribuan orang kepala desa dan pengurus Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia di GOR C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2023. Prabowo Subianto bersama mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menghadiri Rakerda Apdesi Jawa Barat yang dihadiri sekitar 5.000 orang kepala desa dan pengurus pemerintah desa. TEMPO/Prima Mulia
Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

Agar pemilihan presiden dan wakil presiden terhindar dari mudarat kecurangan dan ketidakadilan, semestinya para menteri dan kepala daerah yang menjadi calon melepas jabatan.


4 hari lalu


Bapak-isme

8 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Bapak-isme

Adakah jalan untuk mencegah kemunduran demokrasi? Panduan dari Bung Hatta perlu dijadikan pedoman


Wajah Kusam Penegakan Hukum

8 hari lalu

Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro (depan) dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan pasca terjaring Operasi Tangkap Tangan KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 16 November 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap 4 orang tersangka baru Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, dua orang pengendali CV. Wijaya Gumilang, Yossy S. Setiawan dan  Andhika Imam Wijaya, serta mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp.225 juta dalam tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji dalam rangka pengurusan perkara di Kejaksaan Negeri Bondowoso Jawa Timur. TEMPO/Imam Sukamto
Wajah Kusam Penegakan Hukum

Satu per satu aparat penegak hukum tertangkap kasus korupsi. Nasib penegakan hukum kian buram.


Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

8 hari lalu

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

Ada sebuah tantangan besar bagi penyelenggara pemilu dan Pemerintah dalam pengejawantahan demokrasi tersebut yakni fanatisme politik dari sebagian pemilih di Indonesia.


Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjadi penguji ahli disertasi mahasiswa S3 Ilmu Hukum UNPAD yang mengangkat tema tentang Urgensi Pengaturan Penggandaan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi.


Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

14 hari lalu

Sebagian demonstran di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, yang mendatangi Gedung Mahkamah Konstitusi (MK)  hari ini, Senin 16 Oktober 2023. MK membacakan putusannya atas sejumlah gugatan terhadap batasan usia capres dan cawapres. Tempo/ I Gusti Ayu Putu Puspasari.
Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

Majalah Tempo pada Maret lalu menyebut Mahkamah Konstitusi atau MK mengalami kemerosotan sejak 2020.


Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

15 hari lalu

Ekspresi Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penyelenggara Pemilu di Jakarta, Rabu 8 November 2023. Rakornas diikuti sekitar 1.200 penyelenggara pemilu yang terdiri dari dari Ketua KPU dan Ketua Bawaslu provinsi dan kabupaten/kota serta Sekretaris KPU se-Indonesia. TEMPO/Subekti.
Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

Intimidasi menimpa sejumlah kalangan dan kelompok yang menentang dinasti politik keluarga Jokowi. Meniru tindakan lancung Soeharto.


Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

22 hari lalu

Anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie memimpin rapat rapat MKMK di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2023. Rapat dengan  agenda klarifikasi kepada pihak-pihak terkait laporan dugaan pelanggaran kode etik hakim konstitusi. TEMPO/Subekti.
Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi akan membuat putusan penting besok. Kesempatan menyelamatkan demokrasi.