Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Obi-Wan Kenobi, Munguak Kisah Sang Guru

image-profil

Oleh

image-gnews
Star Wars: Obi-Wan Kenobi. Dok. Disney+ Hotstar.
Star Wars: Obi-Wan Kenobi. Dok. Disney+ Hotstar.
Iklan

OBI-WAN KENOBI

Sutradara: Deborah Chow
Skenario: Joby Harold
Berdasarkan tokoh-tokoh “Star Wars” ciptaan George Lucas
Pemain: Ewan McgGregor, Joel Edgerton, Hayden Christensen
Produksi: Lucas Film dan Disney+

* * *

Kini kita kembali ke Tatooine.

Di gurun yang kering inilah, tempat Obi-Wan Kenobi merunduk dan menetap di sebuah kediaman yang terpencil. Dia dikenal sebagai Ben, seorang buruh yang sudah menyimpan senjata lightsaber di sebuah kotak berselimut debu dan berkali-kali menyatakan "semua Jedi telah mati," karena diburu dan dibunuh oleh Order 66 atas arahan para Inquisitor, tangan kanan Darth Vader.

Perlu diingat, bagi para penonton setia Star Wars, setting serial baru yang saat ini masih ditayangkan di platform Disney Hotstar adalah sepuluh tahun setelah peristiwa di dalam film “Revenge of the Sith” di mana Anakin Skylwalker (Hayden Christensen) menyeberang dan berpihak pada kegelapan. Dia memutuskan menjadi murid Supreme Chancellor Palpatine alias Sith Lord, untuk mempelajari berbagai ilmu hitam, termasuk menghidupkan mereka yang tewas. 

Dan itu berarti dia sudah meninggalkan segala ajaran dan aturan Jedi. Dia sudah meninggalkan dan mengkhianati kepercayaan sang guru Obi-Wan Kenobi yang sebelumnya sangat yakin si kecil Anakin yang ditemukan di Tatooine dan tumbuh sebagai lelaki sakti yang gelisah, penuh amarah itu adalah Yang Terpilih. Nyatanya, Anakin memilih untuk menyeberang ke jalan gelap.

Maka pada pembukaan serial ini, kita bertemu dengan Obi-wan Kenobi, tokoh Jedi kesayangan kita yang didera apatisme akan ‘runtuhnya masa kejayaan jedi’. Yang masih merasa gagal karena murid kesayangannya (yang dia kira sudah tewas) berpaling pada dunia hitam sementara kini Obi-wan hanya bisa menyaksikan putera Anakin, si kecil Luke Skywalker dari jauh. 

Star Wars: Obi-Wan Kenobi. Dok. Disney+ Hotstar.

Tentu saja pada suatu saat, Obi-Wan akhirnya harus mengeluarkan light-saber dan kembali mengasah kemampuannya menggunakan Force (kesaktian yang dimiliki para Jedi). Persoalannya Senator Bail Organa (Jimmy Smits), ayah angkat Leia dengan resah melaporkan hilangnya si kecil kembaran Luke itu. Organa menduga penculiknya adalah orang-orang bayaran para Inquisitor, dalam hal ini Reva (Moses Ingram) yang ambisius ingin menangkap Obi-Wan. Hidung Reva yang tajam dan strategis tahu betul, dengan menculik si kecil Leia –putri kandung Anakin alias Darth Vader— akan menyebabkan Obi-Wan yang berhati Jedi itu keluar dari persembunyian untuk menyelamatkannya.

Sejak 2012, seluruh katalog Star Wars memasuki periode Disney. Ini berarti produksi terbaru mereka semacam “Star Wars : The Force Awaken” (2015) atau cerita independen macam “Solo: a Star Wars Story” (2018) dengan sendirinya memiliki sentuhan Disney yang ingin meraup penonton 13 tahun ke atas: kesucian, kemurnian dan sebisa-bisanya adegan pertarungan yang lebih mirip game daripada peperangan berdarah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para penggemar fanatik Star Wars –katakanlah yang di Indonesia— cukup kecewa melihat penampilan Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan yang seharusnya layak menampilkan adegan pertarungan fisik yang dahsyat di dalam “Star Wars: The Force Awaken”. Film “Solo: A Star Wars Story” dianggap tak berhasil meraup penonton sebanyak-banyaknya hingga akhirnya kisah Obi-Wan Kenobi yang semula direncanakan untuk film layar lebar dengan penulis skenario Hossein Amini dan sutradara Stephen Daldry akhirnya dipindahkan ke mini seri berjumlah enam episode yang disutradarai oleh Deborah Chow.

Dengan memperhatikan kritik media dan pecinta Star Wars, mini seri yang saat ini sudah mencapai tiga episode sudah memenuhi bayangan apa yang sesungguhnya terjadi pada Obi-Wan Kenobi. Apa yang terjadi pada mentalitas sang Jedi setelah kekalahannya dalam film “Revenge of the Sith” dan pertemuannya kelak dengan Luke Skywalker dewasa (Mark Richard Hammil) di dalam film “Star Wars: a New Hope”.

Serial Obi-Wan Kenobi tayang perdana mulai Rabu, 25 Mei 2022. Dok. Disney+ Hotstar.

Di balik heroisme jedi yang membela mereka yang tertindas dan mempertahankan demokrasi, mereka juga adalah manusia yang bisa menjadi rapuh dan lemah hati. Hanya sebuah urgensi yang akan menumbuhkan keinginan Obi-Wan untuk kembali pada fitrahnya sebagai jedi: menyelamatkan yang tertindas, menyelamatkan Leia, puteri Anakin dan Padme. Demi mencari informasi posisi para penculik Leia, Obi-Wan harus ke ujung galaksi di planet Daiyu yang memiliki setting seperti Hong Kong di malam hari, gedung-gedung pencakar langit gemerlap sekaligus penuh dengan jalan-jalan kecil dan bar yang banyak kisah dan rahasia. 

Dari informasi di planet Daiyu, Obi-Wan akhirnya bertemu dengan si kecil Leia, berusia 10 tahun, yang diperankan oleh Vivien Lyra yang lincah bak burung dan cerdas luar biasa. Pada episode dua ini, sutradara Chow menggarap kisah persahabatan keduanya dengan bagus dan cemerlang, karena Obi-Wan bukan saja menyelamatkan anak kecil dari cengkeraman Inquisitor, tetapi dia juga teringat pada sang Ibu Padme (Natalie Portman) yang wafat setelah melahirkan kembar Luke dan Leia. Ini episode yang bukan saja penuh perkelahian fisik, tetapi juga pertarungan batin. Sebab pada titik ini, Leia belum mengetahui apa latar belakang jedi yang menyelamatkannya.

Bagian yang sangat ditunggu penonton tentu saja adalah munculnya sang pemimpin di dunia gelap Darth Vader yang secara fisik diperankan oleh Hayden Christensen, sementara pengisi suara (di balik perangkat yang menutupi wajah dan tubuhnya) tetap dilakukan oleh aktor senior James Earl Jones. Kemunculannya di episode tiga yang menggegerkan: bagaimana dia menggunakan Force, bagaimana dia diperlihatkan ‘bangkit kembali’ dan bagaimana pula nanti Darth Vader berhadapan dengan mantan gurunya, jedi kita Obi-Wan Kenobi.

Serial ini, sejauh episode yang sudah tayang, menurut saya, berhasil menuangkan air segar pada mulut yang haus yang berkepanjangan yang selama ini dialami oleh para penggemar Star Wars, terutama pemuja trilogi original (A New Hope, The Empire Strikes Back, dan Return of the Jedi). Tentu saja sekuel buatan Disney dengan tokoh-tokoh baru dan pemain keren seperti Daisy Ridley dan Adam Driver perlu dihargai karena berhasil mengobati rindu. Namun manis-manis gulali yang ditebarkan di banyak adegan serta plot yang agak mencengangkan bukan dalam arti yang positif. Misalnya mengapa tokoh Kylo Ren ingin betul mengenakan seragam Darth Vader, misalnya, kenapa tak diciptakan seragam yang berbeda saja. Ini menunjukkan bahwa tak semua masterpiece harus dibuat anak pinaknya. 

Di dalam mini-seri “Obi-Wan Kenobi”, kemunculan Darth Vader betul-betul mewakili kekejian dan kejahatan yang tak perlu dibalut lagi, betul-betul garang dan ganas. Jika perlu, sila nyatakan ini sebagai klasifikasi 18 tahun ke atas karena gambaran visual kekerasan yang mengerikan tetapi sangat tepat.

Selain “The Mandalorian”, serial Obi-Wan Kenobi adalah yang paling relevan pada jagat Star Wars yang pernah dekat dengan penontonnya.

LEILA S. CHUDORI

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

6 jam lalu

Ilustrasi gaya liburan (pixabay.com)
Tips Berwisata saat Musim Hujan agar Rencana Liburan Tidak Berantakan

Mulai dari memilih tempat yang tepat sampai jadwal penerbangan, berikut traveling saat musim hujan.


Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyampaikan paparan dihadapan ribuan orang kepala desa dan pengurus Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia di GOR C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2023. Prabowo Subianto bersama mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menghadiri Rakerda Apdesi Jawa Barat yang dihadiri sekitar 5.000 orang kepala desa dan pengurus pemerintah desa. TEMPO/Prima Mulia
Pemilihan Presiden Tanpa Penyalahgunaan Jabatan

Agar pemilihan presiden dan wakil presiden terhindar dari mudarat kecurangan dan ketidakadilan, semestinya para menteri dan kepala daerah yang menjadi calon melepas jabatan.


4 hari lalu


Bapak-isme

8 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Bapak-isme

Adakah jalan untuk mencegah kemunduran demokrasi? Panduan dari Bung Hatta perlu dijadikan pedoman


Wajah Kusam Penegakan Hukum

8 hari lalu

Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro (depan) dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan pasca terjaring Operasi Tangkap Tangan KPK, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 16 November 2023. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahanan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap 4 orang tersangka baru Kepala Kejaksaan Negeri Bondowoso, Puji Triasmoro dan Kepala seksi Tindak Pidana Khusus Kejari Bondowoso, Alexander Kristian Diliyanto Silaen, dua orang pengendali CV. Wijaya Gumilang, Yossy S. Setiawan dan  Andhika Imam Wijaya, serta mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp.225 juta dalam tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji dalam rangka pengurusan perkara di Kejaksaan Negeri Bondowoso Jawa Timur. TEMPO/Imam Sukamto
Wajah Kusam Penegakan Hukum

Satu per satu aparat penegak hukum tertangkap kasus korupsi. Nasib penegakan hukum kian buram.


Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

8 hari lalu

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Fanatisme Pemilih Indonesia Dalam Kontestasi Politik

Ada sebuah tantangan besar bagi penyelenggara pemilu dan Pemerintah dalam pengejawantahan demokrasi tersebut yakni fanatisme politik dari sebagian pemilih di Indonesia.


Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Perlindungan Hak Intelektual Pendidikan

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjadi penguji ahli disertasi mahasiswa S3 Ilmu Hukum UNPAD yang mengangkat tema tentang Urgensi Pengaturan Penggandaan Karya Tulis Ilmiah di Perguruan Tinggi.


Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

14 hari lalu

Sebagian demonstran di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, yang mendatangi Gedung Mahkamah Konstitusi (MK)  hari ini, Senin 16 Oktober 2023. MK membacakan putusannya atas sejumlah gugatan terhadap batasan usia capres dan cawapres. Tempo/ I Gusti Ayu Putu Puspasari.
Lika-liku Mahkamah Konstitusi dan Gejala Kemerosotan Sejak 2020

Majalah Tempo pada Maret lalu menyebut Mahkamah Konstitusi atau MK mengalami kemerosotan sejak 2020.


Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

15 hari lalu

Ekspresi Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penyelenggara Pemilu di Jakarta, Rabu 8 November 2023. Rakornas diikuti sekitar 1.200 penyelenggara pemilu yang terdiri dari dari Ketua KPU dan Ketua Bawaslu provinsi dan kabupaten/kota serta Sekretaris KPU se-Indonesia. TEMPO/Subekti.
Wajah Neo Orba di Ujung Pemerintahan Jokowi

Intimidasi menimpa sejumlah kalangan dan kelompok yang menentang dinasti politik keluarga Jokowi. Meniru tindakan lancung Soeharto.


Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

22 hari lalu

Anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) Jimly Asshiddiqie memimpin rapat rapat MKMK di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2023. Rapat dengan  agenda klarifikasi kepada pihak-pihak terkait laporan dugaan pelanggaran kode etik hakim konstitusi. TEMPO/Subekti.
Kesempatan MKMK Menjaga Demokrasi

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi akan membuat putusan penting besok. Kesempatan menyelamatkan demokrasi.