Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Catatan di Hari Pendidikan: DUDI, Jangan Lupa Ada PR yang Harus Dikerjakan!

image-profil

Ketua Umum KADIN Indonesia periode 2015-2020 dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat

image-gnews
Peluncuran program beasiswa bagi para pengajar dan calon pengajar di pendidikan vokasi (21/5)
Peluncuran program beasiswa bagi para pengajar dan calon pengajar di pendidikan vokasi (21/5)
Iklan

Masa depan adalah sekarang. Sebaris kalimat singkat yang sering kita dengar dan sedikit terdengar klise, tapi kalau dipikir cukup menohok benak saya, terutama akhir-akhir ini, karena saya melihat sendiri masa depan memang sudah datang.

Bagaimana tidak? Saya masih ingat beberapa tahun lalu masih mencari lembaran uang pas untuk bayar parkir atau bayar tol, masih jalan ke loket atau Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk bayar listrik dan telepon. Sekarang cukup tap kartu, gerbang tol dan parkir langsung terbuka. Tinggal tap dari handphone sudah bisa beli token listrik. Petugasnya pun tidak ada, hanya ada kita dan mesin. Teknologi sudah menghapus sederet pekerjaan dan ia akan menghapus lebih banyak lagi.

McKinsey Institute pernah merilis laporan yang menuliskan 45 persen aktivitas pekerjaan manusia, khususnya pembayaran, sudah dapat diotomatisasi oleh teknologi. Mungkin di Indonesia saat ini persentase kita belum segitu, tapi arahnya sudah ke sana. Self-ordering kiosk (mesin layanan pesan mandiri) di restoran cepat saji atau mesin pencetak kartu ATM makin mudah ditemui di kota-kota besar. Belum lagi chatbot customer service yang dipakai perusahaan besar yang sulit dibedakan apa kita sedang bicara dengan manusia atau mesin. Masih belum cukup? Self-driving car sudah bukan fiksi lagi, tinggal masalah waktu saja kapan teknologi ini sampai di negara kita. 

Lalu, bagian menohoknya di mana? Bukankah bagus kita bisa menikmati teknologi?

Bagian menikmatinya memang bagus, tapi bagian masa depan sudah datang dan persiapan kita belum seberapa, menurut saya itu bahaya. Dalam hal ini, persiapan sumber daya manusialah yang menjadi kekhawatiran saya. 

Kita semua sadar kemajuan teknologi adalah keniscayaan, dan sebenarnya kita pun sudah mengantisipasinya dari tahun-tahun sebelumnya, dengan mempersiapkan anak bangsa yang bakal memiliki kompetensi tinggi di bidang yang mereka sukai dan tekuni. Langkah yang kita ambil juga sudah sangat tepat, yaitu dengan program vokasi yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian dan keterampilan terapan. 

Vokasi  menjadi jalur cepat mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menjawab kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Saya pun optimistis dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dapat menjadi jalan solusi terciptanya SDM yang memiliki kompetensi hard skill, soft skill dan berkarakter kuat. 

Masalahnya sekarang adalah urgensinya makin genting, terutama dengan akselerasi teknologi dan digitalisasi di masa pandemi. Kita berhadapan dengan kesenjangan keahlian dan keterampilan yang butuh segera dijembatani, apalagi yang berkaitan dengan teknologi digital. Sebagai gambaran, saya melihat dua tahun ini banyak perusahaan yang melakukan investasi besar-besaran untuk infrastruktur teknologi, tapi setelah itu mereka baru sadar bahwa mereka tidak punya SDM dengan keahlian dan keterampilan yang benar-benar mampu mendorong nilai teknologi tersebut. 

Tak hanya dari kesenjangan keterampilan saja, dari aspek jenis pekerjaan, Future of Jobs Survey 2020 di World Economic Forum mengungkap 20 pekerjaan akan meningkat permintaannya dalam lima tahun ke depan dan lebih dari setengahnya berkaitan dengan digital. Belum lagi dari segi kebutuhan SDM siap kerja yang jumlahnya sangat banyak yang harus kita persiapkan. Penelitian Bank Dunia menjabarkan, Indonesia butuh 600 ribu talenta digital per tahun atau total 9 juta talenta hingga 2030 nanti.  

Berada di era disrupsi tekonologi seperti sekarang, bonus demografi bisa menjadi potensi yang bagus bagi Indonesia, asal kita mampu mempersiapkan SDM yang berkualitas yang menjawab kebutuhan. Alangkah baiknya jika kita bisa menetaskan anak bangsa dengan usia produktif ini menjadi sosok-sosok berkompeten tinggi. 

Inilah pekerjaan rumah program vokasi saat ini, yang jika dijabarkan terdapat daftar tugas panjang yang harus diselesaikan. Kita, para pemangku kepentingan, pemerintah, pelaku DUDI, institusi pendidikan, dan masyarakat, benar-benar harus cepat merapatkan barisan kolaborasi dan berlari bersama menyelesaikan tugas sembari mengimbangi akselerasi teknologi ini.

Sebagai pengamat sekaligus pelaku usaha, saya melihat meski orientasi vokasi sudah berubah menjadi demand driven, namun relevansi lulusan vokasi dengan kebutuhan masih belum optimal. Link and match-nya belum ketemu ‘klik’ yang pas, padahal program link and match vokasi sudah dikoordinasikan bersama lintas kementerian dan asosiasi, dalam hal ini Kamar Dagang dan Industri (KADIN). 

Jika sedikit ditarik ke belakang ketika saya menjabat sebagai Ketua KADIN Indonesia, saat itu KADIN proaktif mengupayakan kegiatan program pendidikan yang tujuannya fokus mengasah keterampilan anak bangsa di berbagai sektor, bahkan di tengah pandemi. Mulai dari vokasi pelatihan, seminar hingga magang dilaksanakan secara mandiri maupun dengan lintas pemangku kepentingan. 

Memang, upaya ini mesti dilakukan berkesinambungan dengan kolaborasi yang tak boleh terputus. Sedangkan untuk bisa begitu kita butuh komitmen jangka panjang, yang sejatinya tidak mudah dijalankan. Apalagi banyak pihak yang sedang memulihkan diri, berbenah dan fokus dengan tujuan utama masing-masing. Mungkin ini yang jadi salah satu faktor kenapa link and match belum ketemu kliknya dan membuat kita jadi sulit berlari mengimbangi akselerasi.

Kabar baiknya, ini tidak berlaku di semua bidang usaha dan industri. Ada beberapa industri dan program vokasi sudah ketemu kliknya. Contoh sukses bisa kita lihat pada vokasi bidang kemaritiman. Link and match program vokasi dan DUDI kemaritiman mampu menciptakan sistem pembelajaran yang tak hanya menciptakan lulusan yang kompeten, tapi juga berdaya saing, mampu menjawab industri standar internasional, turut memajukan industri maritime, dan turut berkontribusi dalam perekonomian nasional. 

Kolaborasi institusi pendidikan dan DUDI bidang maritim sudah berjalan optimal, di mana setiap pemangku kepentingan menjalankan perannya masing-masing. Konsep MBKM berjalan dengan semestinya. Semua sama-sama terlibat dalam proses pendidikan, mulai dari membangun kurikulum, berkontribusi mengajar dari para praktisi, hingga membuka program magang dan membuka penempatan kerja. Dan bisa dilihat outputnya, vokasi di bidang ini diminati oleh banyak pelajar, serta yang terpenting dan perlu digarisbawahi, program vokasi kemaritiman secara berkelanjutan mampu menjawab demand industri.  

Langkah yang diterapkan vokasi kemaritiman adalah langkah yang sudah berhasil dijalankan di banyak negara. Jerman dan China adalah dua negara teladan dengan sistem vokasi berbasis link and match yang kuat dan andal, terutama di bidang manufaktur. Saya tidak akan serta-merta mengatakan, ‘Kita contek saja langkah mereka’. Jadinya naif dan jelas tidak akan semudah itu. Namun, kita bisa mengambil pelajaran dari mereka, dan kemudian diadaptasi sesuai kebijakan, kondisi dunia pendidikan dan industri kita. Salah satu kesuksesan vokasi mereka adalah besarnya keterlibatan DUDI dalam sistem pendidikan vokasi.

Teladan inilah yang menurut saya perlu diseriusi. Pelaku DUDI mesti manfaatkan hak suaranya dan lebih proaktif menyampaikan kebutuhan industri dalam penyusunan sistem pendidikan vokasi. Karena kita yang tahu SDM dan kompetensi seperti apa yang dibutuhkan, terutama dalam hal teknologi digital yang hampir ada di setiap industri. 

Kita harus terlibat dalam pengembangan program studi, kurikulum, bahkan pembekalan para pengajar, di samping tentunya secara berkala terlibat sebagai pengajar tamu. Bukan semata berbagi ilmu, tapi berbagi pengalaman, karena pelajar butuh perspektif langsung tentang dunia apa yang akan mereka masuki. Jadi pelajar vokasi dapat konsep Merdeka Belajar yang sesungguhnya.

Lebih terbuka dan menfasilitasi pelajar vokasi untuk menyicipi industri lewat program magang saya rasa juga akan membawa perubahan yang besar, internship maupun apprenticeship. Magang akan memberikan pemahaman menyeluruh dan kesiapan yang lebih matang sebelum terjun ke pekerjaan nyata. Dan yang tak kalah penting, bersama kementerian dan institusi terkait, kita bisa mengeluarkan sertifikasi dari industri atau asosiasi sebagai pengakuan standarisasi kompetensi secara resmi. Ini akan memacu pelajar siap kerja untuk meningkatkan kompetensi mereka ke level tertentu. Kontribusi-kontribusi seperti inilah yang dibutuhkan dari DUDI agar anak bangsa berkompetensi dan berkarakter bisa tercipta.

Cukup panjang ya daftar pekerjaan rumah yang harus DUDI selesaikan. Ingat, ini tugas kelompok kok, tidak mungkin dikerjakan DUDI sendiri, apalagi dengan tenggat mepet seperti ini. Kolaborasi adalah kunci. Jadi, yuk kita ngerjain tugas bareng!

---

Artikel ini merupakan konten kerja sama Tempo dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

5 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

21 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

22 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

42 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

52 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

52 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.