Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang Memerdekakan

image-profil

Panitera Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa

image-gnews
Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Posko Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020. Hari ini merupakan hari terakhir PPDB di DKI Jakarta. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Posko Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020. Hari ini merupakan hari terakhir PPDB di DKI Jakarta. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
Iklan

Pendidikan yang Memerdekakan


Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan supaya anak menjadi makhluk yang insani. Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, kebudayaan dapat dikembangkan sekolah melalui kegiatan ektrakurikuler maupun kokurikuler yang diikuti siswa. Kegiatan tersebut dipilih siswa dengan merdeka, sesuai dengan keinginan mereka. Konsep merdeka yang diusung dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini sesuai dengan Azas Tamansiswa 1922, yaitu hidup merdeka.

Proses pendidikan, menurut Ki Hadjar, diibaratkan sebagai proses bertani. Pengandaian ini selaras dengan kondisi Indonesia yang mayoritas penduduknya saat itu sebagai petani. Kita dapat mengambil kesimpulan, pendidikan harus berjalan sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sesuai dengan perkembangan zaman dan disesuaikan untuk menyipkan siswa dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Pendidik, kata Ki Hadjar, seperti petani karena akan merawat bibit dengan cara menyiangi huma di sekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar tanamannya subur, dan buahnya melimpah. Namun, petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik.

Untuk mencapai pendidikan yang memerdekakan, maka pendidikan hendaknya dapat menjadikan manusia merdeka pula. Sebagaimana Ki Hadjar menyampaikan bahwa mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik  saja, akan tetapi harus juga mendidik si murid mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, pemerintah menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Program Merdeka Belajar, salah satunya menggulirkan Kurikulum Merdeka. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang menitikberatkan kepada keaktifan murid dalam mengembangkan minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka. Kurikulum ini membuka kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi guru, yang berorientasi untuk pengembangan karakter serta budaya Indonesia. 


Harapan Kurikulum Merdeka

Sejak program Kurikulum Merdeka ini digulirkan oleh pemerintah, begitu besar harapan terhadap keberhasilan pada kurikulum ini. Sebagai Kurikulum Merdeka, baik siswa, guru, dan satuan pendidikannya, tidak ada paksaan atau keharusan semua satuan pendidikan langsung menerapkan program Kurikulum Merdeka. Apalagi dampak pandemi Covid-19 sejak 2 Maret 2020 masih sangat dirasakan dan membuat masyarakat Indonesia mengalami perubahan tata kelola kehidupan. Tentulah pemerintah menjadikan kesehatan sebagai fokus utama, tentu berdampak juga pada kebijakan pendidikan.

Dalam kondisi pandemi, pemerintah sadar perlu adanya perubahan pada sistem pendidikan dengan melibatkan teknologi dan kurikulum yang fleksibel terhadap perubahan zaman. Agar tidak terjadi perubahan secara mendadak, pemerintah melaksanakan pilot project untuk mengimplementasikan kurikulum alternatif di sekolah-sekolah yang dipilih. Pemerintah lebih dulu memberi pelatihan kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan. Kurikulum yang dipraktikkan oleh Sekolah Penggerak ini bernama Kurikulum Merdeka, yang pada dasarnya sudah dicetuskan oleh Ki Hadjar 100 tahun silam.

Kurikulum Merdeka Belajar memberikan porsi yang besar dalam proses pembelajaran. Nilai yang diberikan kepada siswa lebih banyak memperhatikan proses siswa dalam menjalankan pembelajaran melalui asesmen diagnostik dan formatif. Konsep ini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar mengenai pendidikan yang bermakna menuntun segala  kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan serta menggapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Ini bermakna pendidikan dijalankan sesuai keinginan dan potensi yang dimiliki siswa. Karena terjalin kecocokan, maka mereka merasa senang dalam belajar sehingga menghasilkan kebahagiaan.

Satuan pendidikan, guru dan siswa yang diberikan kebebasan dalam Kurikulum Merdeka Belajar akan menghasilkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan. Sehingga pendidikan menjadi solusi yang bisa menyelesaikan masalah pada siswa maupun masyarakat di lingkungan satuan pendidikan.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan, guru, dan peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran. Peserta didik memiliki kodrat (bakat) alami, guru sebagai pendidik harus merawatnya sesuai dengan kodrat yang dimiliki peserta didik. Mendidik anak sama dengan mendidik masyarakat.

Dalam Kurikulum Merdeka dengan memberikan pembelajaran Project Based Learning memberikan ruang kepada guru dan peserta didik untuk melihat masalah dalam keseharian dan mencoba menemukan solusi dari masalah tersebut. Sekolah harus memberikan inovasi baru dalam segi fasilitas pembelajaran, kegiatan, ektrakurikuler, kegiatan pembelajaran bekerja sama dengan lingkungan/perusahaan, Guru harus berinovasi dalam pembelajaran, untuk menumbuhkan inovasi dari peserta didik. Dengan lingkungan seperti ini maka pembelajaran menjadi sesuatu yang dirindukan oleh siswa.

Inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran merupakan penerapan dari pemikiran Ki Hadjar, yaitu Tri-N (Niteni, Nirokke, Nambahi). Niteni menunjuk pada kemampuan untuk secara cermat mengenali dan menangkap makna (sifat, ciri, prosedur, kebenaran), berarti proses pencarian dan penemuan makna suatu objek yang diamati melalui sarana inderawi sesuai dengan proses kognitif yang disebut cipta oleh Ki Hadjar. Cipta adalah daya berpikir, yang bertugas mencari kebenaran sesuatu dengan jalan mengamati dan membanding-bandingkan sesuatu obyek, sehingga dapat mengetahui perbedaan dan persamaannya.

Nirokke dan nambahi dapat diterjemahkan sebagai meniru dan mengembangkan/menambah. Ki Hadjar memasukkan dalam ranah “kemauan atau karsa” yang selalu timbul di samping atau seolah-olah sebagai hasil buah pikiran dan perasaan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada kadar dan proses kreaktifnya. Nirokke atau meniru, menurut Ki Hadjar, merupakan kodrat pada masa kanak-kanak. Nambahi atau menambahkan/mengembangkan adalah proses lanjut dari nirokke. Dalam proses ini ada proses kreatif dan inovatif untuk memberi warna baru pada model yang ditiru. Proses nambahi inilah yang diharapkan terjadi dalam diri peserta didik. Dalam hal ini, Ki Hadjar menyatakan bahwa kita tidak meniru belaka, tetapi mengolah. Mengolah dengan memperbaiki, menambah, mengurangi, mengubah, dan mengolah sesuatu obyek yang ditiru.

Kurikulum Merdeka mengeksplorasi kemampuan siswa dengan memperbanyak project yang pada gilirannya  menjadikan siswa lebih mandiri. Khusus untuk sekolah-sekolah SMK lebih meningkatkan keterampilan mereka karena memperbanyak kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri serta menghadirkan guru tamu dari pada profesional.

Dengan memperhatikan kondisi masing-masing daerah dan kesiapan sekolah, pemerintah melaksanakan secara bertahap dan memberikan kebebasan (kemerdekaan) untuk kapan dapat memulainya. Sebagai pilot project, sudah beberapa sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka, dengan harapan dapat menggerakkan sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Pengimbasan sangat diharapkan untuk keberhasilan Kurikulum Merdeka ini, baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Tantangan Kurikulum Merdeka

Namun demikian Kurikulum Merdeka yang memerdekakan semuanya, baik guru, siswa, sekolah swasta maupun negeri, berorientasi pada pengembangan karakter dan budaya Indonesia. Pelaksanaannya tentu tidak mudah, terutama menumbuhkan kesadaran kepada masing-masing sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Inilah tantangannya.

Keberhasilan pilot project supaya memberikan imbas, sangat memerlukan kesadaran dan kebersamaan rasa kekeluargaan dengan menghilangkan ego sektoral. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project di satu sisi merasa bangga karena telah dipercaya oleh pemerintah. Namun demikian, di sisi lain diperlukan rasa tanggung jawab untuk menularkan keberhasilannya kepada sekoah-sekolah lain.

Oleh karena itu, kata kuncinya dalam kesuksesan Kurikulum Merdeka ini adalah diperlukan kesadaran  semua pihak, stakeholder, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, baik  provinsi, kabupaten/kota serta yayasan penyelenggara sekolah swasta. Terutama lagi adalah para kepala sekolah dan para guru-guru yang mengimplementasikannya di lapangan.

Tidak mudah juga untuk melakukan perubahan sebuah sistem. Selama ini sudah terlalu lama berbagai kebijakan dilaksanakan secara terkomando dari atas ke bawah. Semua melaksanakan secara serempak tanpa pengecualian. Sehingga dengan memberikan “kemerdekaan” seperti sekarang ini perlu diikuti dengan penumbuhan dan peningkatan kesadaran semua pihak dalam melaksanakannya.

Setiap perubahan kebijakan akan memberikan dampak, baik skala kecil maupun besar khususnya kepada para guru di lapangan. Sebagai contoh kecil, yaitu terkait dengan sertifikasi guru (untuk beberapa guru mata pelajaran tertentu). Ada beberapa mata pelajaran yang berkurang dan dihilangkan, sehingga pemenuhan jam mengajar sebagai syarat utama mempertahankan/mendapatkan sertifikasi menjadi terganggu. Tentulah hal ini menjadi faktor pengganggu yang negatif dalam keberhasilan program Kurikulum Merdeka, karena kenyamanan guru sebagai pelaksana terusik dengan kehadiran program ini.

Faktor senioritas para guru juga bila tidak dikelola dengan baik, bisa memicu faktor negatif di lapangan. Di satu sisi para guru yang yunior memiliki semangat, motivasi, kreativitas dan inovasi  yang sangat tinggi dan lebih banyak menguasai teknologi sebagai tuntutan Kurikulum Merdeka. Sementara di sisi lain para guru senior cenderung berkurang dalam penguasaan teknologi, sehingga mempengaruhi keberhasilan program Kurikulum Merdeka ini. Terdapat gap antara guru senior dan guru yunior.

Khusus untuk sekolah swasta, persoalan yang paling klasik adalah ketidakstabilan jumlah siswa yang dikelolanya. Sehingga program Kurikulum Merdeka menjadi terganggu dan terkendala manakala jumlah siswanya tidak stabil. Bahkan di banyak daerah terjadi penurunan sangat besar, salah satunya dampak pandemi yang berkepanjangan. Fokus dari sekolah-sekolah swasta pada umumnya dimulai dari PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), bagaimana memperoleh murid baru, dan minimal mempertahankan jumlah siswa. Sehingga berbagai kehadiran   kebijakan baru dari pemerintah, termasuk Kurikulum Merdeka senantiasa dikaitkan dengan masalah utama yaitu dampak kepada jumlah siswa yang dikelolanya. Barulah setelah itu, diikuti dengan usaha-usaha lain.



Kebijakan yang Komprehensif

Dengan demikian, karena setiap kebijakan baru tentulah berimbas dan memberi dampak kepada situasi dan kondisi yang ada. Sehingga perlu diikuti perubahan kebijakan lain yang dapat meminimalkan dampak dari Kurikulum Merdeka. Diperlukan kebijakan secara komprehensif dari hulu hingga ke hilir, menyasar semua yang berhubungan dengan kesuksesan program Kurikulum Merdeka.

Kebijakan yang mempermudah dan memotivasi para guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya, merupakan salah satu yang utama karena gurulah sebagai unjung tombak di lapangan. Demikian juga ketersediaan sarana dan prasarana sebagai pendukung program Merdeka Belajar tidak kalah penting untuk menjadi kebijakan yang harus diselesaikan sejak awal. Khususnya sekolah swasta yang pada umumnya masih minim dan belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

Selanjutnya, evaluasi perlu dilakukan secara terus menerus dan lebih intens untuk mengetahui secara lebih mendalam di mana kelebihan dan kekurangan tingkat pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Dengan mengindentifikasi berbagai kekurangannya, diharapkan mempermudah untuk menerbitkan berbagai kebijakan yang komprehensif dalam mensukseskan program Kurikulum Merdeka.

Pada giliriannya kesuksesan Kurikulum Merdeka ini akan menjadikan pendidikan yang memerdekakan sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hadjar sejak satu abad lalu dengan menitikberatkan pada keaktifan murid dalam mengembangkan minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka. Kurikulum ini membuka kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi guru, yang berorientasi untuk pengembangan karakter dan budaya Indonesia dalam mendidik anak menjadi manusia merdeka batinnya, merdeka fikirannya, dan merdeka tenaganya. Semoga.

---

Artikel ini merupakan konten kerja sama Tempo dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.