Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Snowdrop, Drama Penyanderaan dalam Asrama

image-profil

Oleh

image-gnews
Drama Korea Snowdrop dibintangi Jisoo Blackpink dan Jung Hae In. Foto: JTBC.
Drama Korea Snowdrop dibintangi Jisoo Blackpink dan Jung Hae In. Foto: JTBC.
Iklan

Snowdrop 

Sutradara: Jo Hyun-tak
Skenario: Yoo Hyun Mi
Pemain: Jung Hae-in, Jisoo, Yoo In-na

Kita kembali ke Korea tahun 1987. Ketika warna hidup masih didominasi merah darah dan hitam misteri. Ketika K-Pop belum menggebrak dan K-drama serta film Korea masih jauh dari Piala Oscar. Ini adalah sebuah tahun-tahun rezim militer Chun Doo-hwan yang represif tengah diguncang para aktivis dan mahasiswa.

Dengan latar belakang inilah serial karya sutradara Jo Hyun-tak dan penulis skenario Yoo Hyun Mi berkisah melalui 16 episode yang luar biasa menegangkan. Pada episode pertama, penonton ‘nyaris’ tertipu karena kita berkenalan dengan para penghuni asrama putri mahasiswa Universitas Hosu yang manis-manis dan polos. Adegan awal memberi kesan serial sepanjang 16 episode ini adalah kisah cinta antar-mahasiswa dengan latar belakang pergolakan 1987.

Ternyata, setelah beberapa episode, kita menyadari ternyata sesungguhnya "Snowdrop" adalah kisah korupnya pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara pada masa itu. Sama-sama korup, sama-sama gila kuasa, dan ternyata perbedaan ideologi dibuang ke sampah. Pemerintah Korea Selatan menghadapi pemilu, dan untuk mencapai kemenangan rezim otoriter di masa itu, mereka membutuhkan kerja sama dengan Korea Utara untuk melahirkan 'rekayasa skandal' yang kelak bisa dibereskan. Itu semua adalah latar politik yang perlahan terungkap dalam drama ini.

Jung Hae In dan Jisoo Blackpink dalam adegan di drama Korea Snowdrop. Dok. Disney+ Hotstar.

Tetapi plot serial ini menampilkan tokoh yang saling mencintai meski sejak awal sudah terasa segalanya bisa berakhir tragis. Eun Young-ro (Jisoo Blackpink) mahasiswi jurusan Sastra Inggris Universitas Hosoo, bertemu dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Im Soo-ho (Jung Hae-in). Pada episode awal itu pula terungkap bahwa Im Soo-ho yang tampan itu ternyata intel Korea Utara yang tengah ditugaskan partai menyusup ke Seoul. 

Maka kisah cinta – versi serial drama Korea terbatas pada saling memandang dan berciuman sekilas—itu ternyata justru menjadi sampiran. Dari seluruh drama itu yang ternyata plot utama adalah kisah tiga intel Korea Utara, termasuk Im Soo-ho, menduduki dan menyandera puluhan isi asrama perempuan Universitas Soho. Artinya….ya, Im Soo-Ho yang melelehkan hati penonton itu ternyata akan menyambar leher Eun Yong-ro dan meletakkan pistol di kening gadis cantik itu; gadis cantik yang pernah menyelamatkan dia dari buruan intel Korea Selatan. 

Tetapi tentu saja sutradara Jo Hyum-tak dan penulis skenario Yoo Hyun Mi tidak menyajikan cerita sesederhana itu. Di setiap pojok asrama, di setiap sekumpulan mahasiswa yang ingin perubahan, di antara para pion dan penguasa, akan selalu lahir satu, dua, atau tiga orang yang membelok dari rencana semula alias pengkhianat. Dan di dalam sebuah drama politik, mereka yang berkhianat atau yang 'menyelip' keluar dari rencana selalu dibutuhkan bukan saja untuk sebuah klimaks cerita, tetapi karena dalam kehidupan para pengkhianat selalu tumbuh subur dan hidup di sekeliling kita. 

Sutradara Jo Hyum-tak selalu menyiapkan tiga hal yang pasti dalam setiap episode: pertama, kedua pemerintahan Korea Utara dan Selatan di masa itu, semakin lama semakin terlihat semakin korup, serakah dan mengerikan; kedua, setiap episode akan selalu ada pengkhianat baru atau paling tidak ada seseorang yang terungkap identitasnya. Ringkasnya, hampir semua tokoh dalam serial ini memiliki dua identitas dan topeng yang menutupi identitas asli mereka. Dan semua kejutan di setiap kelokan cerita betul-betul tak bisa diprediksi dan berhasil diramu sebagai bagian cerita yang penting.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Romansa dalam serial ini—yang semula mungkin diharapkan banyak pecinta aktor Jung Hae-in—meski minim, tetapi sebetulnya tetap memiliki benang merah tipis sepanjang 16 episode, karena dalam beberapa titik, sang intel/penyandera/intel Korea Utara tentu saja lemah hati pada gadis manis Eun Yong-ro (yang diperankan Jisoo Blackpink dengan bagus). 

Keistimewaan serial ini adalah kemampuan mempertahankan ketegangan setiap episode, dan menyembunyikan identitas begitu banyak tokoh. Namun, serangkaian gambaran komikal para pejabat tinggi yang serakah dan dungu hampir memasuki slapstick itu mungkin maksudnya ingin satiris, tapi bagi saya memecahkan segala ketegangan yang sudah terbangun.

Jauh sebelum drama ini belum ditayangkan, kontroversi sudah merebak. Dari sinopsis yang beredar, serial ini dituduh melakukan penyimpangan sejarah. Pihak stasiun televisi yang menayangkan serial ini tentu saja segera membantah bahwa drama ini justru satirikal terhadap kedua rezim otoriter di masa itu. Tetapi protes demi protes tetap bermunculan antara lain berisi betapa para keluarga mahasiswa pro-demokrasi yang tewas merasa dilukai. 

Kritik utama mereka adalah bagian tokoh Im Soo-ho sebagai agen Korea Utara yang disangka seorang aktivis pro-demokrasi. Bagian ini dianggap merendahkan perjuangan aktivis sesungguhnya, karena di masa lalu rezim mahasiswa yang betul-betul turun ke jalan ditahan dan disiksa dengan tuduhan bahwa mereka adalah agen dari Korea Utara

Kritik ini memang sah. Mengangkat cerita apapun dengan latar belakang sejarah dalam serial atau film adalah dilema bagaimana meramu fakta dan fiksi, dan bagaimana karya yang sebetulnya sebuah fiksi itu tetap bisa dianggap sebagai kreasi, dan bukan dokumen sejarah. Sejauh apa seorang kreator bisa menggunakan lisensinya untuk berkisah dengan latar belakang sejarah? Pertanyaan ini selalu saja kembali terlontar pada karya-karya fiksi sejarah, baik film maupun serial. 

Serial Snowdrop jelas mempunyai sikap kritis dan bahkan mengejek pemerintah diktator kedua negara, Korea Utara dan Korea Selatan. Kedua pemerintah sama-sama digambarkan sebagai villain, penjahat kemanusiaan. Namun beberapa tafsir dan penggambaran tokoh-tokoh di dalam serial ini seharusnya membutuhkan kepekaan yang lebih dalam.

Serial yang baru saja selesai ditayangkan ini kini tersedia diplatform Disney, dan termasuk salah satu judul yang dicari oleh penggemar drama politik. Dari sisi eksekusi dan kedalaman cerita, drama Snowdrop ini masih jauh di belakang beberapa film dan serial dengan tema mirip, seperti film "1987: When the Day Comes" (Jang Joon-hwan, 2017) atau film "A Taxi Driver" karya Jang Hoon, bahkan "Youth of May" (Moon Jun-ha , 2021).

LEILA S. CHUDORI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

9 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

48 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.