Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Setangkai Yuni

image-profil

Oleh

image-gnews
Film Yuni tayang perdana dan berkompetisi di Festival Film Toronto. Foto: Fourcolours Films.
Film Yuni tayang perdana dan berkompetisi di Festival Film Toronto. Foto: Fourcolours Films.
Iklan

YUNI

Sutradara : Kamila Andini
Skenario: Prima Rusdi dan Kamila Andini
Pemain: Arawinda Kirana, Kevin Ardilova, Dimas Aditya, Neneng Risma, Asmara Abigail, Marissa Anita, Ayu Laksmi
Produksi: Fourcolours Films, Starvision, Akanga Film Asia, Manny Films

Di sebuah desa di Serang, Banten, Yuni berdiri seperti setangkai bunga ungu. Dia menghadapi keseharian seperti remaja SMA seusianya: berseteru rebutan ikat rambut berwarna ungu; belajar sekeras mungkin menghadapi bait-bait puisi Sapardi Djoko Damono meski Yuni (Arawinda Kirana) merasa dia lebih kuat bergulat dengan ilmu pengetahuan alam dan matematika, dan tertawa geli bersama kawan-kawannya membahas tentang pacar, masturbasi, dan segala hal yang ingin mereka ketahui, dan gelisah dengan peraturan baru sekolah ‘tes keperawanan’.

Di antara keasyikannya mengikuti seni bela diri, bergurau dengan kawan-kawan sekelas, dan sesekali melirik kepada Yoga (Kevin Ardilova) yang senantiasa gugup menghadapinya, Yuni adalah gadis biasa yang senang belajar dan masih mencari apa yang ingin dilakukan dalam hidupnya.

Sampai suatu saat yang menghadang kehidupannya: lamaran demi lamaran mengalir ke ruang tamu keluarganya. Pelamar itu beragam: dari anak muda gondrong yang bekerja sebagai buruh hingga kakek tua yang datang dengan isteri tua dan segepok duit dan menyatakan "jika memang perawan, uang ini pasti ditambah". Dan jika sudah dua kali menolak, menurut para handai taulan, pamali. Konon, lamaran ketiga harus diterima.

Baca Juga:

Berbeda dengan kedua film sebelumnya yang berbahasa simbol, warna dan suara, kali ini sutradara Kamila Andini menggunakan narasi linier nyaris gaya dokumenter yang mengasyikkan. Kamila Andini dan penulis skenario Prima Rusdi menggugat patriarkisme tanpa gambar yang meletup-letup atau dialog yang menggelegar bak petir. Deskripsi adegan demi adegan digarap dengan kelancaran seorang storyteller yang unggul, fasih tanpa pretensi.

Yuni digambarkan sebagai remaja SMA yang masih bertanya-tanya tentang dunia yang begitu sempit yang ternyata bisa menguak lebih lebar. Melalui dorongan sang guru Ibu Lis (Marissa Anita) untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi dengan beasiswa, dunia Yuni terasa semakin meluas dan pandangannya melebihi paradigma kawin muda, lalu cerai dan akhirnya terengah-engah mencari nafkah sendiri, seperti yang banyak dialami para perempuan muda di sekelilingnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penggunaan puisi Sapardi Djoko Damono yang populer --Aku Ingin, Hujan Bulan Juni dan Yang Fana adalah Waktu –yang tentu saja bukan suatu hal yang baru mengingat film "Cinta dalam Sepotong Roti" (Garin Nugroho, …..) dan "Ada Apa dengan Cinta" (Rudy Soedjarwo, 2002) kali ini digunakan dengan sangat efektif, terutama ketika Yuni menemukan dirinya pada bait-bait "aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang…." dari puisi "Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari".

Puisi-puisi Sapardi di dalam film Yuni adalah bagian dari napas para remaja—Yuni dan Yoga-- yang sedang meraba dan mengukur seberapa jauh jiwanya bisa menyelinap keluar dari peta yang sudah digariskan masyarakat sekelilingnya. 

Film "Coming of Age" mungkin salah satu tema yang sulit digarap karena kita sebagai orang dewasa selalu merasa tahu dan paham jiwa anak muda. Problemnya kita sering tak cukup rendah hati untuk betul-betul menyelami dan memahami isi hati dan lonjakan emosi mereka. Sutradara Kamila Andini memiliki kepekaan dan belas kasih pada tokoh-tokohnya. Yuni, Suci, dan kawan-kawannya mewakili begitu banyak perempuan muda yang ditekan untuk menikah sedini mungkin. Yuni, bagi Kamila Andini, adalah tetesan hujan di bulan Juni yang kemudian memilih jalannya dengan tabah.

Semua pemain tampil pas dan asyik. Dari yang sekedar muncul sekelebat seperti Ayu Laksmi sebagai rocker, hingga peran utama Arawinda Kirana, sebuah meteor yang melesat dalam perfilman Indonesia. Juga aktor Kevin Ardilova dan Marissa Anita para bunglon yang betul-betul menyelinap ke dalam tokoh-tokoh yang diperankannya hingga Anda tak akan mengenali mereka. Film ini bukan hanya pemenang di Platform Prize Toronto International Film Festival, tetapi juga layak memenangkan hati penonton Indonesia. Karena Yuni adalah sebuah pernyataan bahwa perempuan, seperti mahluk lainnya, memiliki pilihan hidup tak terbatas.

LEILA S. CHUDORI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.