Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Mesti Cari Panggung?

image-profil

Ketua Umum Jayanusa, Pembina Komunitas Pedagang Kecil (KOMPAK) Wonosobo

image-gnews
Ekspresi vokalis God Bless Achmad Albar, saat melakukan latihan gladi resik menjelang konser God Bless Panggung Sandiwara, di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta, 6 Agustus 2015. TEMPO/Imam Sukamto
Ekspresi vokalis God Bless Achmad Albar, saat melakukan latihan gladi resik menjelang konser God Bless Panggung Sandiwara, di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta, 6 Agustus 2015. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan

Kali ini saya akan “bermusik”. Jangan salah, jujur saja, saya sebenarnya paling gak bisa nyanyi. Saya hanya penikmat saja. Ini pun tergolong pasif.

Bermusik, bagi saya, menghayati lagu dan liriknya. Paling tidak, tau juga siapa yang membawakannya. Kalau ditanya, jenis musik apa yang disuka? Hampir semua genre musik saya suka. Kalau dangdut, tentu Rhoma Irama. Dari kecil juga sudah sering nonton film-filmnya.

Yang lain? Pokoknya yang berkarakter. Baik lagu, lirik, maupun karakter suara penyanyinya. Sangat banyak jika disebutkan. Salah satunya, Ahmad Albar. Dia tergolong musisi sepuh, seumuran dengan Rhoma Irama, yang saya kagumi. Usianya kini sudah menginjak 75 tahun.

Tentu bukan hanya karena dia seorang habib, di mana sejak kecil saya selalu diajarkan untuk “mencintai” habaib. Bukan pula karena dia mempunyai ayah sambung bernama Jamaludin Malik (ayah kandung Camelia Malik), tokoh NU pelopor perfilman nasional dan penggagas FFI. Bukan sekadar karena soal ke-NU-an itu.

Panggung Sandiwara

Yang pasti, Iyek—demikian Ahmad Albar biasa disapa—tergolong musisi langka. Iyek atau Ayik, tak lain, panggilan sayang untuk sayyid ketika masih kanak-kanak. Sayyid Ahmad Syekh Albar, nama lengkapnya, di mata saya mempunyai karakter khas. Lagu, lirik dan musiknya sangat mengena. Apalagi ketika dia bawakan lagu Panggung Sandiwara. Syairnya, sungguh luar biasa.

Maklum, lirik itu diciptakan Taufiq Ismail. Sastrawan Angkatan 66 asal Bukittinggi itu memang dikenal dengan karya-karyanya yang sarat makna. Puisi-puisinya inspiratif, menggugah kesadaran terdalam keberagamaan kita. Tak sedikit juga yang kemudian dilantunkan musisi kenamaan. Sebut saja, Bimbo, Chrisye, dan bahkan Rocker Ucok Harahap, pernah melantunkannya.

Panggung Sandiwara diciptakannya pada 1977. Saat itu, Ahmad Albar membawakannya pada 1978 ketika masih tergabung dalam group band “Duo Kribo” bersama Ucok Harahap. Kita tau, keduanya memang berambut kribo, gaya trendy 1970an, sebagaimana juga Michael Jackson sebelum bertransformasi.

Apa makna terdalam dari lagu tersebut? Taufiq Ismail meminjam suara Iyek untuk menyampaikan pesan akan pentingnya mempunyai kesadaran bahwa dunia ini memang permainan. “Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan sendau gurau.” Demikian firman-Nya (Qs. al-An'am: 32).

Saya meyakini, dari sanalah Sang Penyair itu mencipta karya Panggung Sandiwara. Dengan nada bertanya, “Mengapa kita bersandiwara?” yang diulang-ulang hingga 13 kali, pesannya sangat jelas. Bahwa kita harus mempunyai “konsistensi“ dalam kehidupan dunia yang memang hanya permainan belaka.

Permainan dan senda gurau, sebagaimana ayat di atas, ditafsirkannya sebagai sandiwara. Sedang kehidupan dunia, dengan segala pernak-perniknya, merupakan panggungnya.

Istilah sandiwara itu sendiri diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII (1916-1944), bangsawan Surakarta yang berpandangan modern, yang telah berkonstribusi banyak terhadap kelangsungan kebudayaan Jawa.

Terambil dari bahasa Jawa, Sandhi berarti rahasia, sedang Warah artinya pelajaran. Sandiwara dengan demikian dimaksudkan sebagai pelajaran yang diberikan secara rahasia atau diam-diam (Herman J. Waluyo, 2002). Sering juga kemudian disebut drama, lakon, atau pertunjukan teater. Ada yang bersifat tragedi, horor, komedi, atau roman dan percintaan.

Tahun 1980-an, misalnya, sangat populer sandiwara Saur Sepuh yang menjadi legenda terbesar dari sandiwara radio di Indonesia. Ceritanya, mengambil latar pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu Budha terbesar di Nusantara.

Karena kesuksesannya, pada 1987 sutradara Tantowi Yahya kemudian mengangkatnya dalam layar lebar. Kita pun mengenal tokoh utamanya yaitu Brama Kumbara yang diperankan Fendy Pradana dan Murti Sari Dewi yang memerankan Lasmini.

Makna rahasia atau diam-diam dari definisi sandiwara itu, bukan berarti diam tanpa suara atau rahasia sebagai sesuatu yang disembunyikan. Namun dalam setiap lakon yang bernama sandiwara itu, apapun bentuknya, pastilah terkandung makna di dalamnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Panggung sandiwara, ludruk sekalipun atau yang beberapa tahun terakhir ini ngetrend seperti stand up comedy misalnya, selalu membawa pesan mendalam. Tak cukup mengandalkan kepintaran saja untuk bisa menangkap maknanya.

Atau, yang saat ini tengah digandrungi emak-emak, yang tayang setiap habis isya', seperti Ikatan Cinta adalah juga sandiwara dalam bentuk terkini. Sinetron yang diperankan Amanda Manopo sebagai Andini dan Arya Saloka sebagai Mas Al itu, bahkan memperoleh rekor MURI sebagai sinetron prime time terpopuler, berhasil mendapatkan audience share nasional tertinggi, di atas 40 persen berturut-turut dalam 100 hari di awal penayangannya. Dalam soal ini, ia hanya kalah dengan pertandingan final Liga Champions UEFA 2020-2021, antara Manchester City vs Chelsea, pada 30 Mei yang lalu.

Itulah sandiwara yang sebenarnya. Sandiwara sebagai “profesi”, dilakonkan para pemain profesional dengan segala totalitasnya, selain untuk meraup keuntungan, jelas di dalamnya juga ada kepentingan. Meski dinilai sebagai sinetron yang (maaf) lebay sekalipun, sandiwara itu tetap punya makna.

Bungen Tuwo

Namun, terhadap pertanyaan “Mengapa kita bersandiwara?” justru mempertanyakan setiap gerak dan langkah yang diperankan dalam panggung kehidupan nyata. Disadari atau tidak, hal itu akan mempunyai dampak dan konsekuensi tersendiri.

“Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura”. Demikian dijelaskan, merupakan peran dimaksud. Peran nyata dalam panggung politik, misalnya. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, peran wajar itu merupakan peran yang harus dimainkan oleh masing-masing pihak sesuai tupoksinya. Baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif.

Itulah representasi “negara” yang memang mempunyai tanggungjawab besar terhadap seluruh warga bangsa, tanpa kecuali. Tanggungjawab untuk melindungi, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan, sesuai amanat konstitusi.

Peran wajar itu tak lain peran dengan penuh pertanggungjawaban. Ada akuntabilitas yang tak sekadar untuk memenuhi standar formal prosedural. Lebih penting dari sekadar itu, memenuhi rasa keadilan publik. “Negara” benar-benar hadir mengayomi, melindungi, dan memenuhi “aspirasi” masyarakat. Bukan sebaliknya. Apalagi dalam situasi pandemi saat ini.

Yang paling sederhana saja, misalnya, bagaimana Legislatif terutama di tingkat daerah—yang bersentuhan langsung dengan masyarakat—lebih proaktif menyelesaikan berbagai keluhan dan kesulitan. Tidak justru menghilang ketika masyarakat datang. Memfasilitasi penyelesaian persoalan yang berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat vis-a-vis pemerintah juga merupakan bagian dari tugas pengawasan yang harus dilakukan.

Demikian pula eksekutif. Namanya juga eksekutif, ya harus mempunyai “nyali” untuk melakukan langkah-langkah eksekusi. Menjadi pemimpin eksekutif khususnya, tentu harus cerdas membaca persoalan. Kecerdasannya akan diuji, bukan hanya karena kelihaiannya meraih dan mempertahankan jabatan. Kecerdasan pemimpin, salah satunya, justru ditentukan dalam hal kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan.

Tanpa itu, hanya akan menyimpan “bom waktu” yang bisa meledak setiap saat. Apalagi jika jelas-jelas membiarkannya. Seorang pemimpin, di level manapun, jangan sekali-kali berkeyakinan bahwa masalah akan selesai dengan menunda dan membiarkannya. Ini keyakinan yang keliru.

Terhadap berbagai suara masyarakat, yang sumbang sekalipun, tak boleh diabaikan. Apapun, suara masyarakat harus didengarkan. Jika tak mau, ya jangan jadi pemimpin. Titik! Bersikap abai atau hanya “bungen tuwo” (mlebu kuping tengen, metu kuping kiwo; masuk telinga kanan, keluar telinga kiri) terhadap setiap kritik, saran, dan masukan, justru akan dapat memunculkan dampak yang berkepanjangan.

Apalagi jika salah menilai. Menganggap setiap “gerakan” masyarakat, sekecil apapun itu, hanya sekadar mencari panggung dan sensasi, jelas akan sangat kontra produktif. Menurut saya, kenapa mesti cari panggung? Justru masyarakat telah dibuatkan panggung tersendiri secara khusus oleh pemimpinnya yang bungen tuwo itu!

Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura. Mengapa kita bersandiwara?

Kalisuren, 26 September 2021

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

12 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

12 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

33 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

35 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

35 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

41 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

42 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

43 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Ini Keputusan Lengkap ICJ Soal Gugatan Afrika Selatan terhadap Israel

52 hari lalu

Pengunjuk rasa pro-Palestina berfoto di depan Mahkamah Internasional (ICJ) ketika hakim memutuskan tindakan darurat terhadap Israel menyusul tuduhan Afrika Selatan bahwa operasi militer Israel di Gaza adalah genosida yang dipimpin negara, di Den Haag, Belanda, 26 Januari 2024. REUTERS/Piroschka van de Wouw
Ini Keputusan Lengkap ICJ Soal Gugatan Afrika Selatan terhadap Israel

Hakim ICJ mengabulkan sebagian permohonan Afrika Selatan, namun tidak menyerukan gencatan senjata di Gaza.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

56 hari lalu

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.