Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

PPKM: Kegilaan Level 4

image-profil

Pendiri Perhimpunan Pendidikan Demokrasi

image-gnews
Perwakilan PKL Malioboro memasang bendera putih sebagai tanda berkabung atas kebijakan PPKM Level 4 yang memberatkan mereka, Jumat, 30 Juli 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Perwakilan PKL Malioboro memasang bendera putih sebagai tanda berkabung atas kebijakan PPKM Level 4 yang memberatkan mereka, Jumat, 30 Juli 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Iklan

Insanity is doing the same thing over and over again, but expecting different results”. Melakukan hal yang sama berulang-ulang, tapi mengharap hasil berbeda, adalah kegilaan.

Bukan Albert Einstein, melainkan Rita Mae Brown yang menulis dalam novelnya “Sudden Death” (1983) kalimat yang menjadi sangat populer dalam hampir empat dekade itu. Saya teringat padanya saat mendengarkan pengumuman pemerintah memperpanjang PPKM untuk ke empat kali.

Pada 3-20 Juli 2021, pemerintah memberlakukan PPKM darurat Jawa-Bali. Lalu diganti PPKM level 4 pada 21-25 Juli. Ini diteruskan hingga 2 Agustus 2021. Diteruskan lagi sampai nanti 9 Agustus 2021.

Jokowi terus mengubah-ubah nama kebijakan. Dari PSBB, PSBB transisi, PSBB ketat, Pembatasan Sosial Berskala Mikro atau Kecil (PSBM/PSBK), Pembatasan Sosial Kampung Siaga (PSKS), PPKM Darurat, hingga kini: PPKM Level 4. Tujuh nama berbeda untuk kebijakan serupa.

Apakah hasilnya? Jauh dari kabar gembira. Pada 20 Juli 2021, tanggal di mana PPKM darurat berakhir, angka kematian adalah 1280 orang. Kemarin, sehari sebelum PPKM Level 4 kembali diperpanjang, pada 1 Agustus 2021 jumlah kematian adalah 1604 orang. Untuk beberapa lama di antara tanggal tanggal itu, jumlah kematian dalam satu hari pernah mencapai 2000-an orang.

Sebenarnya, memang tak tersedia cukup alasan untuk sangat optimis. Namun, sejujurnya kita masih berharap: kebijakan pemerintah, dalam cara yang belum kita ketahui, kali ini akan benar-benar menyumbang pada upaya Indonesia menghindari spiral pandemi (pandemic spiral). Itu adalah mimpi paling buruk: jebakan pandemi tak berkesudahan, dengan tingkat penyebaran virus dan kematian warga yang naik turun. Seperti permainan yoyo.

Negara Pariah

Presiden Jokowi bukan saja tak belajar dari pengalaman negara lain yang terbukti lebih maju menangani pandemi. Ia juga tak kelihatan telah belajar dari pengalaman atau kesalahannya sendiri.

Saat virus Corona pertama kali merebak di Wuhan, Cina, banyak negara di dunia buru-buru mengunci pintu perbatasannya. Presiden Jokowi sebaliknya. Ia justru membuka lebar-lebar pintu Indonesia, bahkan menggelontorkan dana untuk promosi pariwisata dan merayu kunjungan turis, tak sedikit dari Cina.

Presiden mengulangi kesalahan ini, ketika dunia dikejutkan oleh serangan varian delta di India. Pintu perbatasan Indonesia lagi-lagi tak dikunci dari kedatangan turis India.

Pada kenyataannya, angka kasus Covid-19 aktif kini melonjak tinggi. Pada hari PPKM Level 4 diperpanjang, ada hampir tiga setengah juta kasus aktif dengan positivity rate sekitar lima ratus ribu orang dan angka kematian lebih dari sembilan puluh lima ribu jiwa. Excess death tidak diketahui pasti. Tapi organisasi mandiri Lapor Covid-19 pernah menyebut, ada belasan ribu kematian tidak dilaporkan.

Indonesia kini adalah episentrum pandemi di Asia. Disebut-sebut sebagai negara dengan penanganan pandemi terburuk di dunia.

Walhasil, banyak negara kini mengunci pintu bagi Indonesia. Singapura termasuk di dalamnya. Beberapa negara melangkah lebih jauh: melarang warganya ke Indonesia dan menarik pulang mereka yang masih di sini. Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan Rusia ada di barisan ini.

Arab Saudi bahkan lebih keras. Raja Salman bukan cuma menarik warganya keluar dari Indonesia, ia juga menghukum mereka yang berani mengunjungi kita.

Indonesia kini negara pariah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Revisi kebijakan!

Tujuh kali kebijakan berganti nama, selalu ada hal hal yang terus menerus sama. Pertama, upaya mati-matian Jokowi menyelamatkan ekonomi. Termasuk ke dalamnya: pembangunan infrastruktur. Padahal, nun ke belakang di awal pandemi, bahkan para ekonom sudah bernubuat: selamatkanlah manusia lebih dulu!

Kerusakan ekonomi bisa diperbaiki. Manusia mati tak bisa dihidupkan lagi. Semakin lama pandemi tak ditangani sepenuh hati, semakin ia akan tak terkendali. Akibatnya, akan semakin lama dan sulit ekonomi diperbaiki.

Kedua, penolakan Jokowi pada UU Kekarantinaan Kesehatan tahun 2018—dimana lockdown atau karantina wilayah adalah norma fondasionalnya. Padahal UU ini ditandatangani dan diberlakukan Jokowi sendiri.

Presiden Jokowi sebenarnya adalah satu-satunya orang di republik ini yang paling mampu menyelamatkan negeri kita. Ia memegang artileri kebijakan yang ampuh untuk itu. Salah satunya adalah Perpu Covid tahun 2020, yang menarik hak budgeting DPR sepenuhnya ke tangan Presiden.

APBN, bagi Presiden Jokowi, kini laksana selembar cek kosong. Ia bisa menulis angka berapa saja dan untuk apa saja. Secara konstitusional, isi perpu tersebut sebenarnya bermasalah. Namun karena sudah diberlakukan, kenapa itu tidak digunakan saja untuk keperluan yang sangat mendesak?

Misalnya menyusun ulang prioritas APBN. Agar negara bisa membiayai test PCR gratis untuk rakyat. Menyediakan vaksin unggul untuk rakyat dengan manajemen vaksinasi yang lekas. Membangun Rumah Sakit darurat. Melindungi dan menambah tenaga kesehatan. Menyediakan tabung oksigen gratis. Dan seterusnya.

Juga untuk memberi rakyat makan. Lockdown atau karantina wilayah dalam pandemi besar ini sangat krusial. Kombinasi lockdown dan percepatan vaksinasi di Inggris terbukti mampu menekan tingkat kematian. Tapi supaya tujuan karantina dicapai, negara wajib memenuhi kebutuhan pokok warganya. Agar rakyat tak lapar dan memaksa mencari makan keluar rumah.

Sangat disarankan, Presiden merevisi kebijakan penanganan pandemi dengan terutama mendengarkan pendapat para ahli. Jangan mengulang-ulang kebijakan yang sama, tapi mengharap hasil berbeda. Kebijakan sekarang ini terbukti kurang berhasil menekan angka kematian.

Pandemi dan politik

Bagaimanapun, tujuan utama penanganan pandemi di negeri ini seharusnya melindungi kehidupan dari kematian. Siapapun di dalam tubuh kekuasaan yang membina para Buzzer, harus dilarang mempolitisasi pandemi.

Jangan keterlaluan menganggap seolah permintaan agar kesehatan publik mendapat prioritas lebih di dalam APBN adalah jebakan. Sebab spiral pandemilah jebakan sesungguhnya yang harus ditakuti.

Proposal lockdown bukan gerilya oposisi untuk menjatuhkan Presiden. Sorotan kritis terhadap prioritas APBN bukan taktik politik supaya proyek infrastruktur mangkrak.

Kebijakan penanganan pandemi saat ini perlu segera direvisi atau diganti. Kegilaan level 4 ini harus diakhiri.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.