Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Solusi agar Jakarta Tak Tenggelam

image-profil

Technical Assistant Program Ekosistem Kelautan Yayasan KEHATI

image-gnews
Pengendara mobil melintasi banjir di kawasan Monas, Jakarta, Ahad, 2 Februari 2020. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Pengendara mobil melintasi banjir di kawasan Monas, Jakarta, Ahad, 2 Februari 2020. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Iklan

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden baru-baru ini membuat pernyataan yang menyentak warga Jakarta. Dalam pidatonya yang dipublikasikan whitehouse.gov, Biden menyebutkan kenaikan permukaan laut dapat menenggelamkan Jakarta dalam sepuluh tahun ke depan. Pernyataan Joe Biden tersebut disampaikan setelah ia mengetahui adanya dampak dari perubahan iklim yang kian ekstrem, dengan proyeksi peningkatan permukaan laut sekitar dua setengah kaki atau sekitar 76,2 cm.

Memang, daerah pesisir Jakarta beberapa tahun belakangan semakin akrab dengan bencana banjir rob. Hal ini berdampak pada aktivitas pemerintahan dan ekonomi tidak hanya regional Jakarta, bahkan Indonesia. Dimana status Jakarta yang merupakan daerah khusus ibukota sekaligus menjadi pusat ekonomi Indonesia.

Banjir rob sendiri disebabkan fenomena tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang terjadi pada musim hujan maupun musim kemarau. Jadi rob ini tidak berpengaruh terhadap curah hujan. Faktor lain yang mempengaruhi rob adalah kenaikan muka air laut akibat pemanasan global. Kemudian penurunan muka tanah (land subsidence) akibat beban bangunan yang semakin banyak, diperparah dengan pemakaian air tanah yang tidak terkendali. Sayangnya, semua faktor tersebut dapat ditemukan di pesisir Jakarta sehingga memperparah kondisi rob yang terjadi setiap tahun. Selain rob, ancaman abrasi juga terjadi lantaran banyak wilayah di pesisir Jakarta berubah menjadi kawasan industri dan perumahan.

Saat ini, banyak kawasan di daerah pesisir utara Jakarta yang telah ditinggalkan penduduknya akibat sudah tergenang air laut, bahkan beberapa daerah sudah terendam secara permanen. Di beberapa daerah, seperti di daerah Muara Angke, permukaan air laut sudah lebih tinggi dari daratan, yang dipisahkan oleh tanggul. Sepertinya ramalan beberapa ahli yang menyebutkan Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050 makin terlihat kebenarannya.

Berbagai prediksi soal potensi Jakarta tenggelang harus dapat menyadarkan kita semua akan potensi bencana yang sudah di depan mata. Berbagai aksi harus dilakukan untuk mengurangi efek perubahan iklim, diantaranya mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan memperbanyak penggunaan energi terbarukan yang bebas emisi. Komitmen pemerintah harus ditingkatkan dalam transisi penggunaan energi fosil menjadi energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Menurut salah satu Lembaga advokasi dan kampanye penyediaan energi masyarakat, Institute for Essential Services Reform (IESR), pemenuhan bauran energi terbarukan hingga akhir tahun 2020 masih sekitar 11,5 persen, dari target akselerasi pembangunan energi terbarukan sebesar 23 persen hingga tahun 2025. Namun di sisi lain, pemerintah masih akan menambah penggunaan energi fosil dengan menambah jumlah PLTU hingga tahun 2027, sebagaimana tertuang dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030. Hal ini tentu menyulitkan dalam mencapai target penurunan gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim dalam waktu dekat.

Sedangkan untuk mengurangi laju penurunan tanah dapat dilakukan dengan mengurangi penyedotan air tanah dengan mencari sumber-sumber air lain yang dapat dimanfaatkan. Selanjutnya, daerah resapan air harus diperbanyak untuk memudahkan air hujan masuk ke dalam tanah.

Selain pengurangan emisi dan pengurangan penyedotan air tanah diatas, adakah aksi lain yang dapat dilakukan?

Mangrove Sebagai Mitigasi Perubahan Iklim serta Penahan Laju Abrasi.

Perubahan iklim terjadi karena adanya pemanasan global. Meningkatnya karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya di atmosfer merupakan faktor terkuat terjadinya pemanasan global. Peningkatan suhu atmosfer terjadi sangat signifikan. Jika tidak ada upaya mitigasi yang dilakukan, para ahli memperkirakan gunung es di kutub utara dan kutub selatan akan mencair dan habis pada tahun 2050, serta akan menenggelamkan kota-kota di dunia, termasuk Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan menyerap karbon sebanyak-banyaknya di atmosfer. Salah satu ekosistem yang dapat menyerap karbon dalam jumlah besar adalah mangrove. Mangrove merupakan ekosistem hutan yang tumbuh di daerah pesisir dan tergenang oleh fenomena pasang surut air laut. Indonesia merupakan negara dengan luas mangrove terbesar di dunia dengan luas sekitar 3,31 juta hektar. Di saat yang bersamaan, mangrove merupakan vegetasi yang paling cepat terdegradasi di Indonesia. Sering kali mangrove hanya dianggap sebagai “lahan sampah” yang menunggu untuk dibersihkan dan dibangun. Salah satu faktor degradasi terbesar adalah alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman dan industi.

Mangrove yang populer dengan blue carbon diketahui dapat menyerap karbon lebih banyak dari tanaman tropis. Karbon di atmosfer diserap dan disimpan sebagai biomassa di tegakan pohon serta di tanah atau sedimen. Sebaliknya, menebang mangrove berarti melepas karbon kembali ke atmosfer. Terdapat banyak sekali jasa ekosistem yang diberikan mangrove terhadap alam dan manusia selain sebagai penyerap karbon, salah satunya adalah sebagai penahan abrasi. Sistem perakaran yang kokoh dan efisien dapat menahan tanah di pesisir dari pengikisan akibat terjangan ombak dan arus laut.

Sudah banyak contoh daerah di Indonesia yang dibangun tidak berwawasan lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan, seperti menebang hutan mangrove untuk daerah tambak dan pemukiman. Contohnya di Daerah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi yang berjarak sekitar 70 km dari Ibukota Jakarta. Pada decade 1990an daerah ini dikenal sebagai Kampung Dolar karena penghasilan warga dari produksi tambak mencapai 10 juta per minggu.

Masalah bermula ketika terjadi krisis moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan banyak nelayan memperluas tambak mereka dengan membabat hutan mangrove. Tambak tersebut hanya berjaya hingga tahun 2005. Setelah tahun tersebut, barulah muncul masalah dengan terjadinya banjir rob yang datang sepanjang tahun, diiringi dengan abrasi. Hingga kini banyak rumah yang hilang dan warga terpaksa direlokasi, contohnya di kampung Muarajaya dimana sekitar 50 rumah hilang akibat abrasi, dan warganya terpaksa direlokasi ke Kampung Baru di Desa Pantaimekar.

Tidak hanya menghindari pesisir dari abrasi, mangrove yang ditanam dapat memberikan jasa lingkungan lain seperti mencegah erosi, dan mencegah intrusi air laut.  Jakarta dapat melakukan kegiatan serupa agar bisa mengurangi dampak rob di daerah-daerah yang sudah tergenang. Dengan menanam mangrove di daerah tersebut, maka akan menahan akses air menggenangi daerah di belakangnya, dengan perlahan-lahan mengembalikan lahan yang sudah tergenang. Selanjutnya pembangunan ibukota harus berwawasan lingkungan, dengan menjadikan lingkungan sebagai alat dukung kehidupan.

Dalam skala yang lebih luas, untuk memitigasi perubahan iklim, pemerintah telah mengakselerasi kebijakan pemulihan ekosistem mangrove yang tertuang pada Perpres tahun 21 tahun 2020. Presiden Jokowi memandatkan pemulihan ekosistem mangrove seluas 600.000 hektare dalam waktu 4 tahun. Ini merupakan target yang ambisius mengingat pada draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 (RPJMN 2020-2024) sebesar 50.000 hektar pada tahun 2024.

Tingginya target pemulihan ekosistem mangrove, yang diamanatkan kepada Badan Restorasi Gambut Mangrove (BRGM) juga merupakan salah satu Program Pemulihan Ekonomi (PEN) yang melibatkan masyarakat dalam penyediaan bibit mangrove. Diharapkan kegiatan ini dapat mendukung pemulihan ekonomi masyarakat yang terdampak karena pandemik COVID-19.

Selanjutnya, ditengah APBN yang terbatas, kegiatan pemulihan ekosistem mangrove ini juga harus didukung oleh perusahaan BUMN, Private Sector, maupun pendanaan internasional. Salah satunya dengan pengalokasian anggaran dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk program pemulihan mangrove. Lebih lanjut, dukungan kementerian-kementerian terkait hingga pemerintah daerah juga harus diperkuat agar target pemerintah pusat dapat terintegrasi hingga ke daerah.

Di luar pro dan kontra, pernyataan Presiden Joe Biden harus dijadikan pemantik semangat seluruh pemangku kepentingan untuk lebih gencar menjalankan program mitigasi perubahan iklim. Karena entah sepuluh atau 50 tahun lagi, dampak besar perubahan menjadi keniscayaan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

23 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

21 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

33 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

49 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.