Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gotong Royong Melawan Covid-19

image-profil

Sekretaris Jenderal PMI, Ketua Institut Harkat Negeri (IHN)

image-gnews
Seorang anak mengikuti vaksinasi Covid-19 di Ancol bersamaan dengan peringatan Hari Anak Nasional, Jumat 23 Juli 2021. Dok. Ancol
Seorang anak mengikuti vaksinasi Covid-19 di Ancol bersamaan dengan peringatan Hari Anak Nasional, Jumat 23 Juli 2021. Dok. Ancol
Iklan

Indonesia kita, sungguh kaya.  Kaya dengan anak-anak muda kreatif, yang menyimpan energi dan niat baik. Kaya dengan pemuda-pemudi penggerak sosial, penggiat kemanusiaan yang tulus ikhlas. Kaya dengan kader bangsa berbeda asal muasal, yang memiliki banyak warna; mereka memiliki banyak minat, dan beragam cara dalam mencintai negerinya.  

Bangsa yang memiliki generasi muda yang peduli, kreatif, dan aktif mendorong berbagai inisiatif warga adalah bangsa yang kaya.  Karena di dalamnya sudah pasti ada akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, cita-cita luhur, dan semangat yang menggerakkan. Semangat menggerakkan—a  movement—telah terbukti, selalu menjadi sumber dari harapan dan daya hidup bagi Indonesia.  Perjalanan sejarah kita dari waktu ke waktu, memberi pelajaran betapa pentingnya peran “the movement”, berbagai pergerakan yang dilandasi oleh spirit mencari solusi, memperbaiki keadaan, dan keluar dari berbagai persoalan.

Orkestrasi Kemanusiaan

Dan, Indonesia memang kaya! Dengarlah Ni Kadek Dwi Oktapiani, penggiat Karang Taruna dari Pulau Dewata, yang dengan gigih mengajak rekan-rekan sekampungnya memberikan bantuan pada warga: membagi masker, beras dan sayur mayur, menghimpun berbagai bantuan warga untuk warga lainnya yang kesulitan karena covid.  Tanpa instruksi dari siapapun, gadis Bali ini terus bergerak.

Simak juga filosofi  keren organisasi “Klaten Peduli” yang dijelaskan Mas M. Ansori: “Ini organisasi bukan milik siapa-siapa, tetapi siapa saja boleh memilikinya.  Tidak ada pengurus resmi, tetapi banyak yang terpanggil untuk mengurusnya”. Tagline yang disusunnya dalam Bahasa Jawa sungguh menggugah, kalau diterjemahkan bebas kurang lebih begini: “Tidak usah menyalahkan siapa-siapa, tidak perlu berharap pada siapa-siapa;  lakukan saja apa yang kita bisa, yang dalam jangkauan kita”. Peduli Klaten bergerak terus membantu sesama jauh sebelum wabah Covid-19, dan karenanya jejaring kerja sosialnya sudah menyebar dan mengakar di desa-desa.

Baca Juga:

Atau, dengarlah cerita Karlina Octaviany, seorang sosiolog, penggiat gerakan Sembuh Bersama BTS Army, yang dengan ceria memaparkan betapa tingginya semangat anggota komunitasnya dalam membantu sesama. BTS Army adalah komunitas penggemar berat grup band asal Korea, yang konon jumlahnya paling banyak di dunia. Demikian asyik suasana yang terbangun, sampai-sampai tidak terasa forum itu menjadi sarana curhat, bahkan sarana “muhasabah”, melakukan introspeksi diri.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin, Taufiq Hidayat punya cerita lain: tradisi saling bantu yang hidup di masyarakat Sulawesi, dan semangat mengkonversi budaya malu menjadi energi untuk tidak membiarkan orang-orang lain menderita.  “Aib rasanya bagi kami, bila ada tetangga atau saudara yang menderita, tanpa pertolongan. Karena itu mahasiswa Unhas bergerak membantu warga, sambil terus menjalankan tugasnya sebagai mitra yang kritis pada kekuasaan”, tutur Taufiq.

Ada juga Wahyu Aji, penggagas dan CEO “Good News for Indonesia” (GNFI). Sejak lama komunitas ini mengisi ruang kosong tiadanya berita baik tentang negeri kita. Mengidentifikasi, menyusun dan menyebarkan hal-hal baik ini menjadi pola, dan sekarang mereka lakukan untuk menyebarluaskan hal-hal baik dalam penanganan Covid-19. Suatu sisi lain gerakan yang diharapkan dapat membantu optimisme.  Mereka bercerita, berbagi semangat dan pengalaman dalam dialog lintas generasi dengan Tajuk: “Saling Tolong Melalui Gerakan Solidaritas Kemanusiaan”, yang digelar oleh Forum 2045.

Cerita di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan, mungkin jutaan inisiatif warga dalam berbagai cara dan skala.  Mereka sedang bahu membahu saling tolong mengatasi berbagai kesulitan akibat wabah Covid-19. Sungguh, ini bukan saja mengharukan, tetapi juga membanggakan, dan memberi rasa optimis yang amat besar bagi perjalanan bangsa kita di hari-hari yang penuh tantangan. Indonesia punya jutaan Ni Kadek, Ansori, Karlina, Taufik Hidayat, dan Wahyu Aji; anak-anak muda yang bergerak sendiri, tanpa anggaran atau instruksi, tak berharap penghargaan dan puja puji. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang mereka pikirkan adalah solusi, bagaimana keluar dari keadaan ini. Romo V. Adi Prasojo Pr,  Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta, yang hadir tekun menyimak diskusi menggambarkannya sebagai: “Suatu orkestrasi kemanusiaan, yang menghasilkan nada-nada harmoni pemberi harapan”.

Dua Sisi Kepemimpinan

Covid-19 ini adalah suatu persoalan besar, yang menghadirkan kemuraman warga, bahkan kegelapan bagi sebagian warga. Dari gelap menuju terang, dari kerumitan persoalan menuju solusi; jembatannya adalah inisiatif, kreativitas, kemauan bergerak, dan tindakan kepemimpinan (leadership act). 

Khasanah literatur dan pengamatan praktik di berbagai lapangan, memberi pelajaran pada kita bahwa kepemimpinan memiliki dua sisi. Sisi pertama adalah bagian depan kepemimpinan, yang merupakan wajah formal yang terbaca, ia melekat pada jabatan dan kedudukan seseorang.  Sisi formal ini identik dengan kekuasaan dan otoritas; bekerjanya sisi ini dengan menggunakan instrumen instruksi, perintah, tekanan, atau pemberian sangsi apabila tak mengikuti kemauan sang pemimpin.  Sisi formal atau bagian depan kepemimpinan seseorang pada umumnya memproduksi ketaatan, bahkan tidak jarang ketakutan.    

Sisi kedua ada di bagian dalam kepimpinan, karakternya lebih “soft” tak mudah dilihat; sering disebut sisi luhur, atau sisi intrinsik. Sisi luhur atau intrinsik identik dengan karakter kerendahatian (humility), kemauan untuk melayani, integritas dan kejujuran, ketulusan, inisiatif, dan kerelaan berkorban untuk orang banyak. Aspek intrinsik kepemimpinan bekerja dengan instrumen pengaruh, ajakan, “rayuan”, himbauan untuk meyakinkan orang lain melakukan sesuatu ikut serta secara sukarela. Yang dihasilkan oleh cara-cara “soft” ini akan membuahkan respek, rasa hormat, dan keinginan bergerak; baik untuk mensukseskan rencana, maupun berbagai persoalan yang tengah dhadapi.  

Program yang sedang dikerjakan oleh anak-anak muda sebagaimana dijelaskan di atas, adalah suatu “leadership act” yang berbasis pada nilai-nilai luhur kepemimpinan. Dan itulah yang menjadi warna utama gerakan sosial kemanusiaan; bekerja sukarela, tanpa instruksi dan tekanan, bahkan kadang tak dimulai dengan ketersediaan sumber daya memadai.  Kesukarelaan hanya muncul dari suasana saling percaya. Menunjuk hidung, menghardik, memaksakan kehendak mungkin akan menghadirkan ketaatan, bahkan mungkin ketakutan. Tetapi ketaatan dan ketakutan tak akan menumbuhkan empati dan respek.  Respek dan empati hanya tumbuh dalam lahan persemaian yang dirabuki oleh kejujuran, kerendahatian, ketulusan, pelayanan, dan rasa senasib sepenanggungan sebagai sesama manusia.  Itulah nilai-nilai intrinsik, sisi luhur dari kepemimpinan.

Persoalan yang dihadapi bangsa ini, berupa wabah Covid-19 dengan segala implikasinya sungguh besar. Tak ada satu pihak pun yang boleh klaim mengetahui dan berpengalaman untuk menananganinya. Oleh sebab itu, diperlukan kekuatan kolektif, keharmonisan, kesiapan berbagi penderitaan, dan kemauan untuk saling tolong.  Upaya-upaya untuk membangun dan memperkuat solidaritas kemanusiaan berskala masif, mutlak harus didukung. Kita memahami bahwa jalannya negara akan sangat kuat bila tiga pilar penyangga berjalan seiring: lembaga-lembaga publik (states), dunia usaha (corporate), dan kelompok warga negara yang terus bergerak aktif membantu sesama (civil society).   Bila ketiganya dapat berkolaborasi saling mengisi, niscaya problem seberat apapun akan dapat diatasi bersama. Karena itu, harus ada upaya memperkuat sisi luhur kepemimpinan. 

Krisis akibat Covid-19 ini akan berdampak luas dan dalam, meliputi banyak aspek kehidupan.  Masyarakat yang sedang dalam tekanan baik karena derita sakit, kecemasan akan nasib keluarga, maupun beratnya beban hidup, membutuhkan penguatan dan pengharapan.  Beban berat menjadi ringan bila digotong bersama, kebersamaan dan solidaritas hanya hadir bila ada rasa saling percaya.  Tutur kata, sikap tindak yang menampilkan keluhuran, kerendahan hati, kejujuran, sikap rela berkorban, kesiapan melayani warga akan menjadi sumber harapan.  Sebaliknya, sikap arogan, manipulatif, aji mumpung, dan “ambil kesempatan” ketika orang banyak sedang didera kesulitan, akan makin menggerus kepercayaan publik dan rasa saling percaya antar warga.  Penulis mengajak kita semua untuk menyemai sisi luhur kepemimpinan publik, kiranya akan menjadi jaring pengaman, penjaga keselamatan seluruh bangsa.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.