Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Stalin dan Kawanan Buzzer

image-profil

Pendiri Perhimpunan Pendidikan Demokrasi

image-gnews
Deretan mobil ambulans pengantar jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Selasa, 6 Juli 2021. Kasus kematian akibat Covid-19 menembus rekor baru pada 6 Juli 2021, yakni bertambah 728 orang dalam satu hari. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Deretan mobil ambulans pengantar jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Selasa, 6 Juli 2021. Kasus kematian akibat Covid-19 menembus rekor baru pada 6 Juli 2021, yakni bertambah 728 orang dalam satu hari. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Iklan

Pada saat naskah ini mulai ditulis, 19 Juli 2021, Inggris sedang bersuka ria. Inilah hari pertama rakyat di negara Ratu Elizabeth tersebut kembali ke normalitas. Aturan interaksi sosial dan fisik, yang ditetapkan sejak Inggris menerapkan lockdown, resmi dilonggarkan. Warga masih dianjurkan memakai masker, misalnya dalam kendaraan umum. Tapi rumah makan, bar dan klub malam, sudah boleh dibuka. Begitu pula kantor dan pabrik. Sekolah pelan pelan akan menyesuaikan diri.

Indonesia, pada hari yang sama: ada 1300 warga negara dilaporkan meninggal karena Covid-19. Hari sebelumnya: 1093 nyawa telah lebih dulu melayang. Entah berapa kematian lagi besok, lusa, minggu depan. Lelayu, yang datang sudah sejak tahun lalu, kini justru makin bertalu-talu.

Bulu Yang Sama

Tapi tak semua orang sama memandang apa masalahnya. Sebut, misalnya, salah satu pendukung Jokowi yang berani pasang badan, terutama di media sosial.

Tahun lalu, saat pandemi mulai mengetuk pintu, ia menyiarkan pandangan bahwa virus Covid-19 tak begitu berbahaya. Klaim mengentengkan ini sejalan dengan pandangan pemerintahan Jokowi pada masa awal pandemi.

Ketika Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia menyiarkan penilaian bahwa Jokowi adalah The King of Lip Service, sang pendukung setia ini langsung menyerang mahasiswa. “Dangkal” dan “pandir”, sergahnya. Bahkan menurutnya, ada kemungkinan para mahasiswa yang kritis ini masuk UI karena “nyogok”.

Burung-burung yang berbulu sama biasanya membentuk kawanan. Selain ada yang mengkritik BEM Universitas Indonesia, ada pendukung lain Jokowi yang ketika pandemi corona mulai terjadi di Indonesia, ia memusuhi orang yang mencemaskan bahaya Covid-19. “Binatang”, katanya.

Menurutnya, wabah Covid-19 adalah isu politik untuk menghalangi strategi Jokowi meraup peluang devisa. Strategi ini sungguh out of the box. Di tengah wabah mulai mengepung dunia, Jokowi justru membuka pintu pariwisata Indonesia. Padahal negara-negara lain mengunci pintu.

Dalam kasus revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi, ketika arus besar opini publik menggugat Jokowi, sang pendukung militan ini menyebarkan omong kosong seolah KPK dikendalikan “Taliban”. Ia mungkin ikut bersorak ketika banyak penyidik KPK yang jujur dan berani disingkirkan.

Dua orang ini, satu yang mengkritik BEM UI dan satu lagi yang menyebarkan ada “Taliban” di KPK, dipandang dengan terpukau oleh kawanan pendengung yang dijuluki netizen: “Buzzerp”. Ini istilah yang menggabungkan kata “buzzer” dan "rupiah". Maksudnya: pendengung di media sosial yang bekerja sebagai juru propaganda penguasa dengan menerima imbalan.

Kawanan Buzzerp ini menggebuk suara-suara kritis warga dan mendiskreditkan oposisi. Mereka memaksa orang percaya pemerintah tak bisa salah. Ini berbahaya. Apalagi dalam kegentingan menghadapi pandemi.

Inggris dan Indonesia

Baru-baru ini, pendengung yang mengritik BEM UI menulis bahwa angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia lebih rendah dibanding Inggris. Populasi Indonesia dua ratus tujuh puluh juta jiwa, kurang lebih tiga kali lebih banyak dari Inggris. Tapi, ujarnya, angka kematian di sini tujuh puluhan ribu. Padahal di Inggris sekitar seratus duapuluhan ribu.

Cara berpikir demikian sebenarnya menyelipkan propaganda. Dia dengan perbandingan itu mau bilang Indonesia lebih baik dari Inggris?

Tunggu dulu. Jelas sekali tingginya jumlah kematian di dua negara bukan kabar gembira. Itu justru melukiskan kegagalan dua negara dalam mencegah tingginya korban jiwa dalam pandemi global yang paling menghancurkan selama sekian dekade. Apa yang mau dibanggakan dari kematian?

Lagi pula, perlu diingat, angka-angka itu tidak menetap selama pandemi masih di sini. Ia bergerak. Ia terus merayap. Adalah kompetensi dan komitmen para pemimpin yang menentukan jumlah kematian itu pada titik tertentu akan merayap turun atau malah kembali naik. Itu sebabnya para pemimpin perlu memiliki pandangan jernih. Dan karena itu, kritik dibutuhkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika pada awal 2020 balatentara Covid-19 memasuki pantai-pantai Inggris, Boris Johnson tak segera memasang kuda-kuda. Ia awalnya memandang enteng. Februari 2020, Perdana Menteri Inggris ini, juga pejabat-pejabat senior dalam pemerintahannya, masih pergi berlibur, sebagian bermain ski.

Walhasil, Inggris saat itu jadi salah satu negara dengan tingkat penyebaran virus terburuk di dunia. Pers Inggris kompak menilai Johnson gagal gotal (failed disastrously). Birokrasinya dinilai lamban dan bertele-tele. Segan menerima pendapat saintis, kritik warga, dan sorotan pers. Johnson sendiri terpapar oleh Covid-19.

Saat ini, jumlah rakyat Inggris yang terinfeksi sebenarnya terhitung masih tinggi. Itulah sebabnya kebijakan Open Up hari ini ditentang banyak saintis. Johnson sendiri mengakui ini. Tapi sekarang ia punya alasan untuk percaya diri.

Inggris saat ini berhasil menekan tingkat kematian warganya secara sangat signifikan—bahkan pada juni 2021, jumlahnya nol selama berhari-hari. Resepnya adalah lockdown, vaksin bermutu, dan manajemen vaksinasi yang unggul.

Kita semua tahu: virus ini terus bermutasi. Selama sains masih berusaha memecahkan teka teki ini, penyebaran virus dan kecepatan menginfeksinya masih sulit dijegal.

Mungkin karena itu Johnson menetapkan program vaksinasi sebagai prioritas. Tujuannya mencegah akibat mematikan dari Covid-19 pada rakyatnya. Dalam strategi ini, ia bergegas: Inggris berhasil jadi salah satu negara paling cepat menyelesaikan program vaksinasi minimum.

Di Inggris, jumlah warga yang terinfeksi bisa saja masih tinggi. Tapi setelah vaksin, orang pulih dengan lekas. Akibatnya, jumlah orang yang membutuhkan perawatan bisa dikurangi. Pelan tapi pasti, tingkat hospitalisasi menurun ke bawah 50 persen. Lalu, sebab fasilitas kesehatan bisa dihindarkan dari kolaps, maka orang dengan gejala serius bisa dengan cepat mendapat tempat perawatan di rumah sakit.

Buahnya manis: tingkat kematian karena Covid-19 di Inggris menurun drastis. Johnson berhasil bebenah.

Sekarang, ayo kita bercermin. Bisakah Indonesia dibandingkan dengan Inggris? Kenyataannya, Indonesia hari ini adalah episentrum pandemi di Asia—atau malah di dunia? Banyak negara, termasuk tetangga kita Singapura, menutup pintu perbatasannya bagi orang Indonesia.

Bagaimanapun, jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih sulit dibayangkan bisa ditekan. Selama Presiden Jokowi belum meletakkan kesehatan publik sebagai mahkota kebijakan politik, jumlahnya akan terus merayap naik.

Stalin atau Tucholsky?

Tapi di atas semua itu: memperlakukan kematian sebagai statistik belaka adalah amoral. Josef Stalin sering dituduh sebagai orang berhati beku itu. Tapi, kata sebuah sumber yang ragu-ragu, sebenarnya tak ada bukti Stalin pernah benar-benar mengatakan itu. Andai pun pernah, amat mungkin sebenarnya Stalin cuma mengutip Kurt Tucholsky dalam esainya tentang humor di kalangan diplomat Prancis, yang sepenuhnya fiksional.

The war?”, kata diplomat Prancis dalam esai Tucholsky itu. “I cannot find it to be so bad! The death of one man: this is a catastrophe. Hundreds of thousands of deaths: that is a statistic!”

Jurnalis asal Jerman ini menulis satir tentang kengerian perang dan kematian yang diakibatkannya. Jadi sebenarnya ia sedang menggugatnya

Para pendengung di Indonesia berpikir sebaliknya. Mereka berbulu sama, memandang kematian dalam pandemi ini cuma angka. Lebih buruk, mereka menggunakan angka itu untuk memenangkan kebijakan presiden yang dikeluhkan rakyatnya lebih mendahulukan ekonomi dan beton dari nyawa manusia.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

25 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.