Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenang Profesor Conny R. Semiawan: Ilmuwan Berintegritas yang Menjadi Pelindung Demonstran

image-profil

Pengajar Sosiologi Politik Universitas Negeri Jakarta

image-gnews
Conny R. Semiawan
Conny R. Semiawan
Iklan

Hari ini, 1 Juli 2021, Profesor Cony R. Semiawan berpulang keharibaan Allah pada usia 90 tahun lebih 7 bulan. Dunia pendidikan Indonesia kehilangan salah satu tokoh terbaiknya. Saya dan dosen Universitas Negeri Jakarta lainnya sangat kehilangan. Kami berduka.

Rektor Insitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (kini UNJ) 1984-1992 itu adalah pribadi yang berkharisma. Dia orang yang menyenangkan dan banyak menggugah nalar untuk berpikir out of the box. Bahkan, termasuk hal sensitif seperti kritik mahasiswa pada rezim otoriter Soeharto.

Setelah selesai tak memangku jabatan sebagai rektor, dia berkiprah lebih luas di bidang pendidikan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia pernah menjabat Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan selain menjadi rektor. Tidak heran jika kemudian dia diberi penghargaan oleh UNESCO sebagai tokoh yang berjasa di bidang pendidikan di Indonesia.

Masih terngiang nasihat-nasihanya tentang pendidikan, integritas ilmuwan, dan pentingnya pembelaan pada pikiran merdeka mahasiswa. Ia menyampaikan itu sewaktu saya beranjangsana ke rumahnya sebelum dia sakit tiga tahun lalu. Pada umurnya yang sudah 87 tahun saat itu, semangatnya masih menyala-nyala ketika membicarakan dunia universitas.

Prof. Conny marah ketika pembicaraan bergeser ke soal plagiarisme dan praktik koruptif di kampus di Indonesia. “Plagiarisme dalam bentuk apa pun tidak dapat ditoleransi,” katanya.

Pemikirannya yang progresif di bidang pendidikan dan keberpihakannya pada kebenaran ilmiah menjadi inspirasi dan memberi pengaruh dalam perjalanan pemikiran saya secara pribadi—dan mungkin kawan kawan akademikus muda lain.

Jasa dan Karya Intelektualnya

Tiga puluh lima tahun lalu, Prof. Conny berjasa besar dalam penerapan student-centered learning, pembelajaran yang berpusat pada siswa—bahwa siswa adalah subjek, bukan objek dalam pembelajaran. Maka saat itu populerlah “CBSA” (Cara Belajar Siswa Aktif), yang juga menjadi istilah bagi kurikulum yang berlaku saat itu.

Kebijakan CBSA ini mirip kebijakan “Merdeka Belajar” saat ini. Jadi boleh dibilang, “Merdeka Belajar” sesungguhnya ide yang pernah dipraktikkan 35 tahun lalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat itu, saya yang duduk di kelas 6 sekolah dasar, merasakan dididik oleh kepala sekolah yang berwibawa dan guru muda yang kreatif yang menggunakan metode CBSA. Dalam mengajar, mereka selalu membuat pertanyaan-pertanyaan kritis tentang alam dan manusia, yang membuat kami bersemangat untuk menjawab.

Setelah pensiun, Prof. Conny tak berhenti mengabdikan diri untuk pengembangan ilmu pendidikan. Karya intelektualnya terus hadir menghampiri para akademikus. Ia menulis lebih dari seratus karya. Di antaranya, buku Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu, Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat; Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar; Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu; dan Kreatifitas dan Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana? Buku terakhir yang dia tulis menjelang umur 90 tahun adalah Strategi Pengembangan Otak: Dari Revolusi Biologi ke Revolusi Mental (2017).

Melindungi Demonstran

Sosok mantan Ketua Pengurus Yayasan dan Pembina Yayasan LIA ini dikenal sangat dekat dengan mahasiswa yang “nakal”, berani, kritis, dan berbakat. Tidak sedikit aktivis di kampus yang diam-diam sering bertemu Prof. Conny untuk sekadar berdiskusi, mendengarkan nasihat, dan berbagi cerita.

Pernah suatu ketika sejumlah aktivis mahasiswa di kampus berdemontrasi. Sebagai rektor, dia diingatkan oleh aparat keamanan bahwa kampus bisa diserbu aparat. Dia pasang badan. “Aparat jangan masuk kampus! Saya yang akan menjamin mahasiswa bahwa mahasiswa tidak akan melampau batas! Berikan kebebasan berekspresi kepada mahasiswa! Kampus memiliki kebebasan akademik!” Begitulah cara Prof. Conny melindungi mahasiswa saat akan direpresi aparat. Pada zaman Soeharto, tindakan tersebut sangat luar biasa.

Pada masa dia menjadi rektor, represi aparat ke kampus-kampus jamak terjadi, termasuk penangkapan terhadap aktivis mahasiswa, seperti di Institut Teknologi Bandung. Saat itu, marak demonstrasi mahasiswa menolak kehadiran para menteri Soeharto memberikan ceramah di kampus, termasuk di IKIP Jakarta. Prof. Conny memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya.

Dari Prof. Conny R. Semiawan, saya belajar tentang makna integritas seorang ilmuwan dan pentingnya merawat kebebasan akademik di kampus. Dia paham bahwa kebebasan akademik di kampus adalah lahan subur bagi munculnya kreativitas dan inovasi—hal yang sangat dibutuhkan untuk memajukan negeri.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

3 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

7 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

22 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

23 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

43 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

46 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

46 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

52 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

53 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

53 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.