Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Aroma Tak Sedap Pemilihan Rektor dan Dekan Universitas Negeri

image-profil

Ketua Asosiasi Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Indonesia (APPSANTI)

image-gnews
Ilustrasi pendidikan anak (pixabay.com)
Ilustrasi pendidikan anak (pixabay.com)
Iklan

Sirkulasi kekuasaan di kampus sering luput dari perhatian publik. Padahal praktiknya seringkali sangat politis. Akibatnya kampus menjadi ajang politik praktis yang pada titik tertentu sangat memprihatinkan. Kaum akademis tercerabut dari akar idealismenya sebagai penjaga marwah republik dan benteng moralitas.

Suasana universitas menjadi tidak asyik, hubungan antar kolega diwarnai penuh curiga dan intrik. Karena peta politik kampus tiba -tiba terbentuk dan terbelah akibat pemilihan Rektor dan Dekan. Agenda besar kampus seringkali terabaikan, apalagi agenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lalu, dimana akar persoalannya?

Membaca Akar Persoalan

Akhir April lalu Presiden hendak melakukan reshuffle kabinet yang ke-6 sepanjang enam tahun pemerintahannya. Tiba-tiba ada pertemuan menteri dengan Ketua umum partai politik. Pertemuannya di publikasi dan viral. Menteri ini saat itu dikabarkan bakal di-reshuffle karena berbagai kekeliruan kebijakannya. Setelah pertemuan itu beberapa hari kemudian sang Menteri tidak jadi di-reshuffle, tetapi justru dilantik kembali bahkan diberi wewenang tambahan karena ada perubahan nomenklatur perluasan tugas.

Poinnya bukan pada siapa menteri yang bertemu dengan ketua umum partai itu, tetapi pertemuan dengan ketua umum partai berkuasa itu adalah isyarat bahwa betapa berkuasanya partai politik dalam urusan kementerian. Mirisnya itu terjadi di kementerian yang seharusnya minim intrik politik karena mengurusi masa depan sumber daya manusia Indonesia. Ya, Kemendikbud.

Memang begitulah sirkulasi kementerian, ujungnya ada di Presiden, karena itu hak prerogratif Presiden sesuai UUD 1945. Tetapi praktiknya selalu melipir dulu lewat partai berkuasa. Maka jangan heran jika langkah-langkah kementerian itu sering bermasalah ketika ada perbedaan pandangan antara presiden dengan para ketua umum partai. Jadi kesamaan pandangan antara presiden dengan ketua umum partai koalisi menjadi sangat penting.

Bagaimana dengan pemilihan rektor di mana akar persoalannya sehingga begitu sangat politis? Akarnya ada pada Peraturan Menristekdikti Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pemimpin Perguruan Tinggi Negeri. Dalam aturan inilah Mendikbud memiliki hak suara 35 persen untuk memilih rektor dan senat universitas memiliki hak suara 65 persen.

Hak 35 persen suara Mendikbud itu dibuat karena perguruan tinggi negeri itu milik negara dan sebagian uang negara digelontorkan ke universitas tersebut. Itu benar, bahwa negara berhak punya otoritas itu.Tetapi persentase sebesar itu terlalu rawan mengebiri suara mayoritas di universitas. Ada banyak kasus pemilihan rektor yang menang pemilihan ditingkat senat universitas negeri akhirnya kalah karena suara 35 persen menteri itu diberikan kepada yang lain.

Kasus pemilihan Rektor ITS beberapa tahun lalu. Hasil pemilihan Senat Universitasnya menyebutkan bahwa Priyo Suprobo mendapat suara 60, disusul kemudian Triyogi Yuwono 39 suara dan Daniel M. Rosyid 3 suara. Tetapi karena mendikbud memberikan mayoritas suaranya kepada Triyogi Yuwono maka Triyogi Yuwono inilah yang kemudian menjadi Rektor ITS. Kasus semacam ini juga terjadi di kampus-kampus lain hingga saat ini.

Masalahnya kemudian menjadi problematis di kampus dan mempengaruhi kinerja universitas. Bahwa rektor yang terpilih kurang memiliki legitimasi di internal kampus karena minimnya dukungan dari senat universitas. Fenomena ini mengganggu sinergi dan kinerja di internal kampus, sampai membutuhkan waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk membangun soliditas internal kampus dan itu buang-buang energi. Itupun bergantung kemampuan leadership sang rektor, jika lemah leadership—nya bisa-bisa sampai akhir jabatannya masih sibuk memecahkan problem bawaan dari pemilihan rektor ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Itulah salah satu problem bawaan dari 35 persen suara Mendikbud itu. Hal yang lebih parah adalah maraknya lobi-lobi tingkat tinggi jelang pemilihan rektor. Dari lobi ke petinggi di Kemendikbud, ke partai politik hingga ke Istana. Pemilihan rektor menjadi sangat politis. Dalam perspektif politik itu juga bisa menjadi pintu kendali kekuasaan pada universitas negeri padahal universitas sejak kelahirannya memiliki kebebasan akademik yang tidak membenarkan kendali dominan dari kekuasaan.

Suara 35 persen Mendikbud itu memang berpotensi besar mengebiri demokrasi di universitas negeri. Lebih membahayakan lagi jika lobi politik lebih dipegang dibanding kualitas sang calon rektor. Sebab bisa saja kualitas rektor yang dimenangkan Mendikbud kualitasnya di bawah kualitas yang dimenangkan senat universitas.

Hal yang juga cukup memprihatinkan di internal universitas juga terjadi pola yang sama dalam proses pemilihan dekan universitas negeri. Pola pemilihan dekan ini juga bisa dimaknai sebagai mengebiri demokrasi di internal kampus. Sebab senat fakultas hanya dibolehkan memilih tiga calon dekan, selanjutnya yang menentukan siapa yang akan jadi dekan adalah rektor. Jadi meskipun sang calon dekan itu memiliki suara terbanyak dalam pemilihan di senat fakultas maka tidak serta merta akan jadi dekan. Di sejumlah kampus bahkan rektor pada akhirnya 100 persen berkuasa penuh untuk memilih salah satu dari hasil pemilihan ditingkat senat fakultas. Proses Demokrasi tidak berjalan justru di institusi yang semestinya menjadi miniatur demokrasi.

Dua Solusi Penting

Lalu, apa solusinya? Mendikbud perlu membuat aturan baru untuk mengurangi 35 persen suara menjadi 25 persen suara saja. Alasannya agar Mendikbud tetap punya hak suara tetapi tidak terlalu menggoda para calon rektor untuk melakukan lobi-lobi politik. Selain itu Mendikbud perlu menambah aturan bahwa proses pemilihan rektor universitas harus menerapkan dua sistem yaitu selection & election agar siapapun nanti yang dipilih Mendikbud betul-betul layak memiliki kualifikasi sebagai rektor

Sistem selection (seleksi) calon rektor ini harus dimuat dalam statuta universitas dan peraturan rektor (Pertor) yang isinya memuat kewajiban panitia pemilihan rektor di universitas negeri untuk menggandeng lembaga profesional yang kredibel dan tidak partisan untuk melakukan semacam asessment atau semacam uji kompetensi terhadap para calon rektor. Di Amerika pola ini dilakukan dalam pemilihan Rektor Harvard University.

Setelah lolos asessment itulah mereka boleh menjadi calon Rektor untuk dipilih melalui pemilihan (election) di senat universitas. Lebih progresif lagi jika usai sistem seleksi lalu dilakukan pemilihan langsung dimana pemilihannya dilakukan secara terbuka melibatkan semua dosen juga melibatkan mahasiswa di semua fakultas. Model pemilihan secara terbuka ini diantaranya dipraktekkan di Glasglow University Inggris.

Demikian juga dalam pemilihan dekan. Di tingkat fakultas ada senat fakultas yang panitia pemilihan dekannya harus melaksanakan pemilihan dekan melalui sistem selection & election. Ada seleksi atau uji kompetensi terlebih dahulu oleh lembaga independen baru kemudian dilakukan pemilihan oleh senat fakultas.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

26 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.