Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Celah Kejahatan Siber Data Kesehatan

image-profil

Pakar keamanan siber dan dosen Politeknik Siber dan Sandi Negara, BSSN

image-gnews
Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)
Iklan

Sejumlah lembaga dan perusahaan riset dunia menyebutkan sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020, serangan terhadap dunia siber meningkat 3-4 kali lipat.  Trend Micro, perusahaan keamanan siber Internasional, lebih spesifik menyebutkan sektor kesehatan paling banyak dilaporkan mengalami serangan siber berupa ransomware dan pencurian data pasien. Dengan kemajuan teknologi internet saat ini, sistem informasi layanan kesehatan dan rumah sakit di dunia bertansformasi ke platform digital. 

Para pelaku kejahatan siber menjadikan layanan kesehatan dan rumah sakit sebagai target utama karena mereka bisa mengunduh informasi dalam jumlah yang besar hanya dalam sekali serangan. Sektor ini menjadi sasaran empuk karena bukan sekadar tingginya nilai data, melainkan juga karena masih lemahnya sistem keamanan teknologi yang dioperasikan. Modus serangannya dilakukan dengan berbagai teknik seperti malware; ransomware; spyware; phising; hingga structure query language injection, sebuah teknik yang menyalahgunakan sebuah celah keamanan yang terjadi dalam lapisan basis data sebuah aplikasi.

Misalnya, pada 2017, dua rumah sakit di Jakarta menderita serangan ransomware yang mengakibatkan terganggunya layanan operasional rumah sakit. Modusnya mengunci akses data, lalu meminta tebusan dengan Bitcoin jika pengguna ingin aksesnya terbuka kembali. 

Ada juga serangan pada pertengahan 2020. Indikasinya ada penawaran data pasien Covid-19 di Indonesia, yang diklaim hasil peretasan, di forum online RaidForums yang diunggah pada 18 Juni 2020. Data yang ditawarkan mencakup nomor induk kependudukan (NIK), nama, kewarganegaraan, usia, jenis kelamin, nomor telepon, tanggal kirim sampel, hingga ke hasil tes Covid-19. Pada Maret lalu, dokumen Kementerian Kesehatan yang berisikan data pribadi jurnalis penerima vaksin Covid-19 beredar melalui media sosial mapun grup-grup percakapan Whatsapp. Data pribadi itu menyangkut nama, tempat tanggal lahir, nomor induk kependudukan, alamat, nomor telepon, asal organisasi, media, serta usia. 

Untuk meningkatan keamanan siber terhadap data fasilitas kesehatan dan rumah sakit, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tengah menjajaki kerja sama dengan Inggris. Selain memiliki National Security Cyber Centre (NCSC) dan membuat National Security Cyber Strategy, pemerintah Inggris melibatkan sektor swasta  dan perguruan untuk menangani masalah keamanan siber, terutama di bidang kesehatan dan rumah sakit. Keseriusan Inggris terhadap keamanan siber juga didukung berbagai universitas, dengan 14 di antaranya kini memiliki pusat penelitian dan pengembangan cyber securitykeamanan siber.

Baca Juga:

Perusahaan rintisan (start-up) perlindungan siber juga terus bermunculan di Inggris. Sebut saja Threatinformer yang menawarkan kajian risiko otomatis keamanan siber. Callsign, yang berbasis di London menawarkan platform otentikasi digital, yang bisa menggambarkan keahlian analisis data. Perusahaan rintisan ZoneFox menawarkan layanan lebih spesifik untuk mendeteksi perilaku jaringan dan menandai kegiatan yang tidak biasa. Ada juga perusahaan rintisan CybSafe di Inggris yang mahir di bidang peningkatan keahlian dalam upaya menghilangkan kesalahan pengguna. Berikutnya, terkait pengamanan siber, perusahaan Templar Executives menyediakan jasa khusus, perusahaan yang menyediakan jasa pengamanan siber di bidang kesehatan, baik untuk instansi pemerintah maupun swasta.

Pemerintah Inggris juga telah membuka dua pusat inovasi siber di Cheltenham dan London untuk mendukung perusahaan yang mengembangkan teknologi digital. Di Indonesia, Pemerintah Inggris juga menjalankan Digital Access Programme yang membuka akses digital yang terjangkau dan aman untuk masyarakat marginal dengan salah satu fokus untuk keamanan siber. Dibandingkan Inggris, Indonesia tentu saja jauh ketinggalan dan perlu belajar dari negara itu seiring pesatnya ancaman keamanan siber. Seperti apa kondisi keamanan siber Indonesia dan apa yang harus dilakukan untuk melindungi data pelayanan kesehatan dan rumah sakit, berikut wawancara dengan pakar kemanan siber dan juga dosen Politeknik Siber dan Sandi Negara, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Yusuf Setiadji.

Menurut Anda bagaimana soal ancaman keamanan siber fasilitas kesehatan dan rumah sakit di Indonesia?

Pengalaman saya, fasilitas kesehatan di kita mulai faskes pertama hingga rumah sakit rujukan nasional atau swasta belum memiliki ekosistem digital yang memadai. Mungkin di Jakarta bisa dibilang lebih baik, tapi di daerah-daerah rasanya belum seperti yang diharapkan. Ada celah atau gap dalam ekosistem digital nasional yang menimbulkan kerawanan terjadi kebocoran. Kondisi geografi Indonesia juga menjadi kendala untuk membuat sistem keamanan digital Indonesia terintegrasi dengan baik.

Apakah adanya celah ini yang dimanfaatkan oleh peretas untuk melakukan serangan siber di fasilitas kesehatan dan rumah sakit?

Gap atau jurang pemisah ini mejadi kelemahan atau kerawanan yang menurut saya paling riskan dalam rantai keamanan siber. Manusia atau orang yang mengerjakan itu adalah rantai terlemahnya. 

Kenapa manusia dianggap faktor paling lemah?

Paling mudah serangan lewat manusia. Ada kesenjangan yang membuat sumber daya manusia di fasilitas kesehatan tidak standar. Contoh saja, saya pernah ke sebuah cabang bank BUMN, di luar pusat kota. Di sana saya melihat ada tukang parkir yang sampai mengetahui informasi rinci tentang jam buka bank, apakah ada gangguan, dan informasi lainnya. Kondisi yang sama dapat terjadi dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu harus diperbaiki. Tidak boleh ada celah yang menimbulkan kerawanan seperti ini.

Bagaimana semestinya sistem teknologi fasilitas kesehatan dan rumah sakit agar tidak rawan peretasan?

Sistem BPJS, misalnya, memerlukan akses ke sebuah basis data terpusat. Standar keamanan harus disamakan mulai dari fasilitas kesehatan tingkat satu hingga rumah sakit rujukan nasional. Tentu saja harus dari wilayah terpencil hingga kota besar. Jika berbeda-beda atau tidak standar, ini akan menimbulkan titik rawan untuk terjadinya serangan siber ke sistem.

Artinya Indonesia sejauh ini belum memiliki sistem teknologi dan informasi yang baik untuk fasilitas kesehatan dan rumah sakit?

Betul. Tidak standar atau tidak sama antara kota besar dengan fasilitas kesehatan di wilayah terkecil seperti di desa. Sumber daya manusia juga menjadi tantangan, termasuk budaya soal pentingnya keamanan siber di Indonesia.

Kelemahannya seperti apa?

Kalau melihat kondisinya, yang terstandar itu ada di kota besar. Data tercatat di pusat data secara nasional. Di pelosok, kemungkinan besar tidak seperti ini. Perlu ada SOP (standard operating procedure) yang ketat.

Orang yang menjalankan juga harus terlatih dan berintegritas. Pertanyaannya, apakah kita sudah memiliki itu semua? Sepanjang masih ada celah kelemahan, serangan siber masih akan terjadi.

Dalam hal keamanan siber layanan kesehatan dan rumah sakit, Indonesia tertinggal jauh dengan negara lain?

Kalau dalam konteks nasional, masih banyak yang harus dikerjakan. Tapi untuk daerah-daerah tertentu seperti kota besar, perkembangannya semakin pesat.

Bagaimana fasilitas kesehatan atau rumah sakit mendeteksi serangan siber?

Kita harus menghitung risiko dari awal. Kita harus kembalikan lagi pada saat kita mengerjakan layanan atau sistem teknologinya. Di awal semestinya sudah mulai menghitung risikonya. Saat kita mau buat layanan digital faskes, semestinya berhitung risiko apa serangan yang akan muncul. Risiko bisa diminimalkan dengan kontrol pengamanan berkala.

Serangan siber apa yang kerap terjadi pada sistem teknologi dan informasi layanan kesehatan dan rumah sakit?

Serangan yang sering terjadi ransomware. Data pasien itu terkunci, tak bisa diakses. Sebenarnya kalau disiapkan data backup sebelumnya, risikonya tidak akan terlalu besar. Sangat mudah solusinya, tapi harus disediakan data backup sebelum terjadi serangan. Kondisi yang sering terjadi, tidak ada backup data, sehingga dampak buruknya besar.

Bagaimana dengan pencurian data pasien? 

Kalau pencurian data ini pihak peretas akan mengambil data pribadi. Bagi mereka, yang berguna bukan rekam jejak pasien sakit, tapi yang diperlukan adalah data pribadinya. Seperti KTP, kartu keluarga (KK), alamat, dan nomor telepon. Itu bisa disalahgunakan untuk mengajukan pinjaman online menggunakan data pasien yang dicuri. Ini yang berbahaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sesering apa pencurian data pribadi pasien ini?

Pencurian data pribadi fasilitas kesehatan dan rumah sakit di Indonesia belum marak. Di luar negeri itu ada istilah identity fraud. Ini penyalahgunaan data pribadi orang lain. Ada orang yang menyamar dengan data pribadi orang lain. Identitas orang itu diambil. Di kesehatan, data pribadi ini ada kaitannya dengan urusan pembayaran dan pendanaan. Ada risiko seperti itu juga.

Menurut Anda, dalam kasus peretasan, data pribadi atau rekam jejak kesehatan pasien yang paling rawan disalahgunakan?

Pertanyaannya, data apakah yang berguna untuk diambil? Kapan pasien harus cek, kapan dia ganti obat, itu bukan sesuatu yang berharga bagi peretas. Bagi mereka, yang berharga itu data pribadi. Nama, KTP, KK, alamat. Itu yang berguna. 

Artinya, peretas akan lebih memilih melakukan ransomware?

Bagi mereka yang memiliki niat jahat, poin pentingnya adalah bagaimana cara mengeksploitasi kerawanan dan mendapatkan keuntungan maksimal. Dalam pelayanan kesehatan akan lebih menguntungkan data tersebut tak bisa diakses dibandingkan datanya diambil lalu dijual. Bagi peretas, lebih berharga jika data itu dikunci, lalu fasilitas kesehatan atau rumah sakit dikasih tenggat waktu mau bayar atau tidak. Rumah sakit sangat butuh data itu untuk mengetahui riwayat perawatan pasien dan sebagainya. Kalau faskes atau rumah sakit tidak backup data, mereka mau tak mau harus membayar tebusan yang diminta.

Apa celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk mencuri data pribadi pasien di fasilitas kesehatan atau rumah sakit?

Kesalahan-kesalahan kecil dalam menempatkan data dan konfigurasi sistem. Sistem, sumber daya manusia yang berintegritas, dan uji penetrasi ke sistem secara berkala, akan mencegah risiko serangan siber.

Apa yang dimaksud dengan kesalahan menempatkan data?

Ada konfigurasi tidak tepat dalam sistem sehingga data bisa diambil. Tapi, kalau kita sering melakukan uji penetrasi secara berkala, kelemahan ini bisa diketahui lebih awal. Uji penetrasi ini salah satu cara mencegah risiko kebocoran data.

Kesalahan menempatkan ini yang Anda maksud seperti terjadi dalam kasus kebocoran data jurnalis yang menerima vaksin Covid-19?

Saya menduga itu keteledoran. Penempatan dalam sebuah sistem dengan tidak hati-hati dan rahasia memiliki kerawanan yang bisa dieksploitasi orang lain. Ini menyangkut kemampuan teknis dan integritas manusianya. Bisa juga sistemnya yang mudah dibobol. Tapi kalau melakukan uji penetrasi secara berkala, pembobolan bisa dicegah.

Bagaimana dengan kesadaran masyarakat Indonesia dalam keamanan data pribadi ini?

Dalam kondisi saat ini, masyarakat harus betul-betul sadar soal pentingnya keamanan data pribadi. Contoh kecil saja, kalau kita membeli pulsa di kios, konsumen diminta mencatat nomor teleponnya atau mengirim nomor itu ke sebuah nomor tertentu yang terpusat. Nomor-nomor itu kerap disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Dalam konteks data pasien, masyarakat harus memastikan fasilitas kesehatan mana yang bisa menjamin kerahasiaan data pribadi mereka.

Apa masukan Anda kepada fasilitas kesehatan atau rumah sakit agar bisa mengantisipasi serangan siber ke sistem mereka?

Kita harus melihat negara lain. Di luar negeri, ada negara yang pelayanan kesehatannya di serahkan ke swasta. Ini kapitalis banget. Ada juga negara dengan sistem kesehatannya yang mahal, tapi belum tentu perlindungan data kesehatannya bagus. Menurut saya, kita harus belajar dari Inggris.

Kenapa Inggris?

Inggris itu memiliki layanan kesehatan seperti Indonesia, National Health Service, yang mirip BPJS. Iurannya juga terjangkau, termasuk untuk kalangan pendatang atau pelajar. Pemerintah Inggris dan sektor swastanya juga serius memberikan perlindungan terhadap data pribadi milik pasien. Di sana ada banyak Perusahaan rintisan (start-up) yang menawarkan jasa pengaman siber, juga pencegahannya, termasuk soal pelatihan.

Bisa Anda jelaskan soal peran pemerintah dan swasta di Inggris untuk mencegah dan menangani perlindungan data pribadi di sektor kesehatan?

Di Inggris, pemerintah hadir untuk menjaga kerahasiaan data. Ini berkolaborasi dengan pihak industri atau swasta. Di sana memang ketat standar kerahasiannya. 

Bagaimana kolaborasinya?

Pemerintah memiliki standar keamanan siber. Pihak Swasta yang memastikan kalau mereka punya sertifikasi untuk itu. Sehingga sistem informasi itu sudah diuji atau punya standar internasional. Kita belum punya opsi digital solution seperti itu di Indonesia. Mereka sudah mengumpulkan dataset puluhan tahun lalu tentang riwayat pasien di rumah sakit atau fasilitas kesehatan. Data itu bisa digunakan untuk penggalian informasi bagi kebutuhan pasien bersangkutan atau penelitian, tanpa perlu membuka data pribadi pasien. Mereka punya teknik khusus memisahkan dua data itu.

Apa yang Anda maksud dengan dataset?

Data yang disimpan dan dikumpulkan dari riwayat pengobatan sebelum-sebelumnya. Misalnya jumlah pasien yang menderita sakit gigi dalam kurun waktu sepuluh tahun. Dari data ini ketahuan kapan pasien tersebut pernah sakit gigi. Dataset ini tidak mengungkap data pribadi, termasuk asal daerah dan sebagainya. Adapun data pribadi diamankan secara khusus dengan teknik perlindungan yang ketat. Indonesia harus belajar dari Inggris. Perlu kerjasama dengan Inggris untuk mengelola keamanan data pasien sehingga tak bocor.

Bagaimana Anda melihat inovasi keamanan siber di Inggris?

Ada sekitar 100 inovator keamanan siber kesehatan di Inggris yang bersinggungan langsung dengan kesehatan pasien. Ini yang belum ada di Indonesia. Sedangkan Indonesia adalah pasar yang besar, penetrasi internet sudah masuk ke berbagai dimensi kehidupan. Semestinya ada kerja sama dengan perusahaan rintisan atau inovator di Inggris untuk belajar soal perlindungan data di bidang kesehatan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.