Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perubahan Iklim dan Gelombang Elektrifikasi Dunia Kedua

image-profil

Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI

image-gnews
Freiburg menggunakan energi terbarukan, salah satunya kincir angin untuk mendapatkan listrik. Kincir angin ditempatkan di pinggiran kota, jauh dari permukiman penduduk. Foto: Spiegelhalter/@visit.freiburg?
Freiburg menggunakan energi terbarukan, salah satunya kincir angin untuk mendapatkan listrik. Kincir angin ditempatkan di pinggiran kota, jauh dari permukiman penduduk. Foto: Spiegelhalter/@visit.freiburg?
Iklan

Guru besar Argo Dahono dari Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, dalam sebuah tulisan singkat menyampaikan keresahannya tentang kurangnya minat mahasiswa terhadap ilmu ketenagalistrikan. Kebanyakan mahasiswa STEI ITB memilih program studi terkait teknologi informasi, khususnya Teknik Informatika.

Sebetulnya ini bukan fenomena baru. Lebih seperempat abad yang lalu ketika saya menjadi mahasiswa ITB, program studi Teknik Tenaga Listrik (biasa dikenal dengan sebutan “arus kuat”) juga tidak terlalu populer. Pada saat itu mahasiswa berbondong-bondong memilih program studi Teknik Telekomunikasi, karena industri telekomunikasi memang tumbuh sangat pesat.

Pilihan mahasiswa STEI ITB untuk  memilih program studi terkait teknologi informasi tentu sangat dipahami dan bahkan perlu didukung, karena teknologi informasi akan terus menjadi salah satu mesin utama dalam mendorong pertumbuhan dan produktivitas ekonomi. Namun, apakah artinya ini dengan menggeser prioritas ketenagalistrikan?

Guru besar Pekik Argo Dahono mengingatkan pertumbuhan populasi dan ekonomi Indonesia akan membutuhkan tenaga listrik yang terus meningkat.  Namun, dalam pandangan saya sebagai praktisi lingkungan hidup, ada faktor lain yang akan lebih kritikal memicu ledakan investasi dan pertumbuhan industri ketenagalistrikan, yaitu: perubahan iklim.

Berbagai bencana perubahan iklim, yang disebabkan oleh pemanasan global, terus meningkat belakangan ini. Pemanasan bumi dipicu oleh semakin bertumpuknya gas rumah kaca, terutama CO2, di atmosfer. Gas rumah kaca yang semakin tebal di “atap” bumi, menyebabkan semakin banyak panas matahari terperangkap, dan menjadikan bumi semakin pengap dan panas.

Dari mana sumber gas rumah kaca tersebut? Sebagian besar, sekitar tujuh puluh persen, berasal dari penggunaan energi yang berbasis fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas. Emisi gas rumah kaca lainnya berasal dari deforestasi, pertanian dan peternakan, proses industri, sampah, dan lain-lain.

Ilmuwan dan pemimpin dunia telah sepakat bahwa pemanasan global harus dihentikan segera. Jika tidak, dunia akan menghadapi konsekuensi bencana iklim, ekologi, sosial, dan ekonomi yang sangat berat. Dalam konferensi mengenai perubahan iklim di Paris tahun 2015, para pemimpin dunia sepakat untuk menahan laju kenaikan suhu planet bumi. Agar kenaikannya tidak melebihi 2C, atau jika memungkinkan 1,5C, dibandingkan awal abad 20.

Saat ini suhu bumi telah naik sekitar 1C, jadi kita hanya punya “kuota” 0,5C-1C lagi. Karena kenaikan suhu berasal dari emisi gas rumah kaca, kita juga punya limit seberapa besar gas rumah kaca yang bisa kita lepaskan ke angkasa. Mengingat sebagian besar emisi gas rumah kaca ini berasal dari penggunaan energi berbasis fosil, artinya kita juga punya batas kuota berapa banyak lagi batu bara, minyak bumi, dan gas yang dapat kita pakai dalam tahun-tahun mendatang.

Idealnya, dunia harus mencapai net zero, yaitu tidak ada lagi tambahan emisi gas rumah kaca, pada tahun 2050. Dalam waktu kurang dari 30 tahun, kita harus meniadakan atau mengurangi secara signifikan, penggunaan energi berbasis fosil tadi. Kunci dari semua ini adalah listrik.

Pembangkit tenaga listrik dunia saat ini masih didominasi oleh bahan bakar fosil, terutama batu bara. Batu bara ini merupakan sumber energi yang paling kotor di antara bahan bakar fosil lainnya. Pembangkit listrik di seluruh dunia harus bertransformasi secara agresif, dengan mengganti batu bara, minyak, dan gas, dengan sumber energi bersih terbarukan yang tidak menghasilkan gas rumah kaca.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Transformasi ini telah mulai berlangsung, terutama di negara-negara barat. Sebagian besar sumber pembangkitan tenaga listrik baru di Eropa dan AS berbasis angin dan surya. Sementara PLTU, yang berbahan bakar batu bara, mulai dilengserkan satu persatu.

Untuk menyelamatkan bumi dari bencana iklim, dalam tahun-tahun mendatang dunia harus lebih agresif mentransformasikan sumber energi listrik dari batu bara dan bahan bakar fosil lainnya menuju energi bersih yang terbaharukan. Transformasi ini akan membutuhkan investasi besar, membutuhkan keahlian baru, membutuhkan sumber daya manusia termasuk di bidang ketenagalistrikan.

Lalu, apakah kita berhenti di sini? Tidak. Perlu diingat bahwa listrik bukanlah satu-satunya sumber energi kita, dan hanya mencakup kurang dari sepertiga sumber energi yang kita gunakan sekarang. Kita juga mengkonsumsi energi dalam jumlah yang sangat besar untuk transportasi. Penggunaan mobil, truk, kapal, pesawat udara, berkontribusi hampir sepertiga dari total konsumsi energi dunia.

Saat ini, hampir semua sumber energi sektor transportasi secara langsung menggunakan bahan bakar fosil, seperti bensin atau diesel. Oleh karena itu, dalam rangka menuju net zero, sektor transportasi pun perlu bertransformasi seperti sektor pembangkitan tenaga listrik. Untuk mengganti sumber energi fosil dengan sumber energi bersih dan terbarukan, sektor transportasi membutuhkan media listrik.

Kendaraan dengan motor bakar yang menggunakan sumber energi bahan bakar fosil, perlu dirubah menjadi kendaraan dengan baterai yang menggunakan tenaga listrik. Kendaraan besar seperti pesawat atau truk yang membutuhkan energi sangat besar, kemungkinan lebih praktis menggunakan hidrogen daripada baterai.  Tentu, hidrogen yang “hijau”, yang diproduksi melalui proses elektrolisis dengan sumber energi listrik bersih dan terbarukan.

Saat ini ada sekitar 1,4 miliar kendaraan bermotor di seluruh dunia, dan diperkirakan masih akan tumbuh, yang nantinya harus bertransformasi menjadi kendaraan listrik. SPBU di jalanan akan digantikan oleh charging station, yang disuplai oleh pembangkit listrik.

Kita tidak hanya akan melihat kesibukan dunia mentransformasikan pembangkit listrik berbasis batu bara dan bahan bakar fosil lainnya dengan sumber energi bersih dan terbarukan, tetapi dunia juga perlu menambah kapasitas pembangkitan listrik.

Gelombang elektrifikasi dunia yang dimulai pada awal abad 20 berfokus untuk rumah tangga dan industri. Gelombang elektrifikasi kedua pada abad 21 akan dimulai segera untuk “menyalakan” miliaran alat transportasi di seluruh dunia.

Pertanyaannya, tentu, seberapa siap kita menyongsong ini semua, termasuk dengan kesiapan sumber daya manusia. Jika tidak, kita barangkali hanya akan menjadi penonton, atau berisiko menjadi tempat pembuangan sampah energi kotor, listrik kotor, atau kendaraan kotor dunia.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

5 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

21 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

22 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

42 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

51 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

52 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.