Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perlunya Kader Penggerak Pendidikan

image-profil

Ketua Umum Jayanusa; Pembina Gerakan Towel Indonesia

image-gnews
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (berdiri) menyapa sejumlah siswa saat kegiatan pembelajaran daring oleh Calon Guru Penggerak (CGP) di SD Inpres 109 Kota Sorong, Papua Barat, Kamis, 11 Februari 2021. Masih dalam kunjungan kerjanya, Mendikbud melakukan tatap muka dengan 15 Calon Guru Penggerak (CGP) dan melakukan sosialisasi terkait program Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (P3K) bagi tenaga pendidik bukan PNS. ANTARA FOTO/Olha Mulalinda
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (berdiri) menyapa sejumlah siswa saat kegiatan pembelajaran daring oleh Calon Guru Penggerak (CGP) di SD Inpres 109 Kota Sorong, Papua Barat, Kamis, 11 Februari 2021. Masih dalam kunjungan kerjanya, Mendikbud melakukan tatap muka dengan 15 Calon Guru Penggerak (CGP) dan melakukan sosialisasi terkait program Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (P3K) bagi tenaga pendidik bukan PNS. ANTARA FOTO/Olha Mulalinda
Iklan

Pandemi Covid-19 belum jelas kapan berakhirnya. Ada yang memperkirakan, situasi ini masih akan berlangsung hingga dua tahun lagi. Dan sudah setahun terakhir ini, kita berada pada tahap new normal. Kita harus melakukan adaptasi baru. Meninggalkan kebiasaan lama dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baru menjadi keniscayaan. Ini bukan untuk "penyelamatan" diri semata tapi demi keselamatan generasi kita di masa depan.

Tanpa kecuali, adaptasi baru di bidang pendidikan. Proses belajar-mengajar pun mengalami penyesuaian. Pada pertengahan Maret ini, tepat satu tahun proses pembelajaran mengalami perubahan cukup mendasar. Para peserta didik tidak lagi secara langsung bertatap muka dengan guru. Mereka justru diharuskan menatap android tiap hari guna mengikuti proses pembelajaran itu sendiri. Inilah yang kita kenal dengan “daring” atau dalam jaringan, sistem pembelajaran online yang tak lagi terelakkan karena tuntutan keadaan.

Absennya interaksi dalam proses pembelajaran kita, bagaimanapun telah membawa implikasi yang tak sederhana. Sistem online, tak lain masuk dalam jaringan internet, selain berbiaya cukup tinggi, ternyata juga sangat berdampak pada “mentalitas” para siswa. Di sini, pembentukan karakter sebagai salah satu misi utama pendidikan kita memperoleh tantangannya tersendiri.

Keteladanan

Sejatinya, pendidikan merupakan proses yang menyeluruh. Tidak sekadar alih pengetahuan semata. Pendidikan adalah proses transformasi. Dalam konteks ini, KH. Said Aqil Siradj (2006) menjelaskan tentang “konsepsi” transformasi tersebut.

Menurut Ketua Umum PBNU itu, dalam tradisi pesantren khususnya, dikenal beberapa istilah kependidikan yang masing-masing mempunyai makna tersendiri.

Pertama, at-ta'lim, di mana proses transformasi ilmu pengetahuan lebih menitikberatkan pada aspek kualitas, bukan kuantitas. Di sini, keseimbangan antara fisik-metafisik, rasional-irrasional, juga substantif-formalistik, benar-benar diperhatikan dan dikembangkan.

Kedua, at-tadris. Yaitu, proses pendidikan yang mampu menumbuhkan transformasi ilmu pengetahuan (ilmiyah) sekaligus pengalaman keilmuan (amaliyah). Di sini, antara teori dan praktek benar-benar diterapkan.

Ketiga, at-ta'dib. Yakni, proses transformasi yang menumbuhkan nilai-nilai kesadaran, membentuk sikap dan moralitas: menjunjung tinggi etika, beradab, berbudaya, dan taat hukum, membangun integritas yang justru dimulai dari diri sendiri.

Keempat, at-tarbiyah. Tak lain, proses pendidikan yang menumbuhkan kesadaran ilahiyah. Bahwa Tuhan adalah penguasa semesta, Maha Segalanya.

Itulah yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan pada umumnya. Namun saat ini kita tidak akan bermaksud mengkontraskan soal perbedaan itu. Masing-masing memiliki keunggulannya sendiri.

Sungguhpun demikian, kita harus sepakat, jika pendidikan dimaksudkan sebagai pembentukan karakter, maka tak salah menjadikan sistem pendidikan pesantren sebagai model yang tepat. Inilah habitus nusantara, model pendidikan tertua kita.

Yang paling menonjol dari sistem pendidikan pesantren tak lain keberadaan kiai itu sendiri. Pesantren memang tak lepas dari kiai. Sebagai pengasuh, kiai tak sekadar mentransformasikan ilmu. Lebih dari itu, juga memberikan keteladanan. Apalagi, antara kiai dan santri berada dalam lingkungan yang sama, setiap hari, tentu sikap dan perilaku akan sangat mudah terdeteksi. Kiai secara langsung dapat mengontrol para santri. Sebaliknya, para santri mendapatkan teladan langsung dari pengasuhnya.

Tak hanya itu. Ada yang lebih utama, yaitu berkah doa. Para santri selalu didoakan kiai, dimohonkan agar memperoleh ilmu manfaat, menjadi pribadi saleh dan salehah. Berkah, tak lain, ziyadat al-hair, bertambahnya kebaikan, agar para santri benar-benar maslahat untuk masyarakat.

Pelajar Pancasila

Model pendidikan pesantren kini telah banyak diadopsi dengan munculnya boarding schol atau sekolah berbasis pesantren. Tentu ini menggembirakan. Dapat dipastikan, pendidikan yang mengutamakan pembentukan karakter akan menjadi pilihan realistik ke depan.

Secara idealistik, di atas kertas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga telah merumuskan itu. Hal ini terbaca dalam visi Kemendikbud itu sendiri, yaitu menciptakan Pelajar Pancasila, tiada lain, merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman - bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - berakhlak mulia, kebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar ktitis, dan kreatif.

Rumusan idealistik itulah yang kemudian dipopulerkan saat ini dengan istilah profil pelajar Pancasila. Tentu, ini tak sebatas istilah. Mendikbud Nadiem Makarim juga tidak sedang bermain kata belaka. Dia, meskipun tak punya cukup pengalaman dibidang pendidikan, namun terlihat keseriusannya membangun sistem pendidikan yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Pengalaman sukses bisnisnya, mungkin yang lebih banyak menginspirasi kebijakannya saat ini.

Terlihat, bagaimana gebrakan yang dilakukannya sejak awal menduduki posisi itu. “Merdeka Belajar” menjadi pilihan yang dicanangkan. Salah satunya, dengan menghapus kebijakan Ujian Nasional (UN). Meskipun kemudian dia merevisinya setelah cukup ramai menjadi perbincangan, bahkan perdebatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dikatakannya, bukan menghapus UN tetapi menggantinya dengan sistem baru, yaitu “Asesmen Kompetensi Minimum dan Survey Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.”

Pada aspek itulah, lagi-lagi, kita semua harus diyakinkan bahwa “merdeka belajar” tidak hanya berhenti pada upaya “liberalisasi” pendidikan. Proses pembelajaran bebas, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, seakan justru menemukan alasan yang kuat.

Karena, memang sudah cukup lama “idealisme” sistem pendidikan kita mengalami pergeseran sedemikian rupa. Selama ini telah nyata terjadi, meminjam istilah ahli pendidikan Endin AJ Soefihara (2020), “komoditasi pendidikan nasional.” Tak lain, karena pengaruh konstelasi kuasa ekonomi dan kapital sebagai representasi kapitalisme dan ideologi pasar bebas.

Mungkin, harus dikatakan, Mendikbud Nadiem Makarim adalah “produk” sukses dari sistem pendidikan itu. Maka tak salah jika sistem belajar online atau daring dinilai sarat muatan bisnis, kepada siapa kebijakan itu lebih menguntungkan?

Relawan Pendidikan

Yang sebenarnya perlu dikedepankan, bagaimana kita harus menggerakkan proses pendidikan dengan model pembelajaran yang tepat, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini.

Tiadanya tatap muka antara guru dan siswa, dan menggantinya dengan sistem belajar daring, bisa jadi lebih efektif jika hanya diukur dari standar modernitas alih pengetahuan. Namun, sekali lagi, pendidikan bukanlah sekadar transfer keilmuan. Di sini, transformasi kultural bahkan yang harus mengedepan.

“Pendidikan merupakan proses kekayaan budaya non-fisik yang dipelihara atau dikembangkan dalam pengasuhan anak-anak dan pengajaran orang-orang dewasa.” Demikian Filsuf Pendidikan Kingsley B. Price (w.2009) dari Berkeley AS.

Justru di sinilah kita menemukan tantangannya. Dalam proses belajar daring, saat ini kita mengenal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), bagaimana “kepengasuhan” itu harus diterapkan?

Tak sedikit orang tua yang “stres” juga ketika proses pembelajaran itu harus “dirumahkan.” Memang merekalah yang sebenarnya paling bertanggungjawab mengasuh anak. Namun ketika kepengasuhan itu harus sesuai dengan standar formal proses belajar mengajar, dapat dipastikan, hanya sedikit orang tua yang bisa melakukannya.

Di situlah pendampingan sangat diperlukan. Harus ada pihak “ketiga” yang dapat melakukan itu semua. Di sini, kehadiran relawan pendidikan sangat diperlukan. Bahkan, menurut saya, pemerintah harus segera menjadikan itu sebagai kebijakan yang diprioritaskan.

Dalam konteks itu, inisiasi program kegiatan para remaja millenial yang tergabung dalam Gerakan Together We Life Indonesia—populer dengan sebutan Towel—di kota dingin Wonosobo haruslah diapresiasi. Dengan kesadarannya, sudah tiga bulan ini mereka mengorganisasikan diri membentuk relawan pendidikan, melakukan pendampingan pembelajaran jarak jauh.

Dengan segala keterbatasannya, mereka sudah melangkah jauh, terjun ke desa-desa. Lebih dari 1.500 siswa menjadi peserta pendampingan, mengikuti proses PJJ. Secara bergiliran, 80 orang relawan keliling setiap hari. Mereka, terdiri dari mahasiswa aktif dan alumni beberapa perguruan tinggi, tak hanya mengajari mata pelajaran, tetapi juga “bermain” secara kreatif, inovatif, dan penuh kemandirian dengan para siswa.

Proses pembelajaran yang lebih banyak dilakukan di mushalla dan pesantren, juga tempat peribadatan, bahkan di alam terbuka, memungkinkan mereka semua dapat berinteraksi dengan sempurna, nilai-nilai moralitas dan aspek mentalitas pun bisa terjaga.

Dalam Pembekalan Relawan beberapa waktu lalu, program kegiatan Towel tersebut mendapatkan apresiasi khusus dari Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo. “Ini menjadi pilot project, karena baru kali ini dilakukan di Indonesia,” tegas Kepala Dinas, Moh Kristijadi.

Saya kira, Mendikbud Nadiem Makarim harus segera merumuskan kebijakan yang mencerdaskan. Mengadopsi Gerakan Towel di Wonosobo itu mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat.

Kalisuren, 6 Maret 2021

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

25 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.