Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memoar Seorang Anak dari Selatan

image-profil

Oleh

image-gnews
Poster film Hillbilly Elegy.
Poster film Hillbilly Elegy.
Iklan

Hillbilly Elegy

Sutradara: Ron Howard
Skenario: Vannesa Taylor
Berdasarkan memoar dengan judul yang sama karya JD Vance
Pemain:  
Glenn Close, Amy Adams, Gabriel Basso, Haley Bennett, Freida Pinto, Bo Hopkins, Owen Asztalos

Ada saatnya, kita dengan giat ingin menghapus jejak masa lalu. Ada saatnya kita justru mengenang-ngenangnya dan ingin mengulang segala yang manis. Untuk waktu yang lama, J.D Vance seorang pengacara dan pemodal ventura alumni Universitas Yale bukan sekadar risih pada masa lalunya yang jauh dari kemegahan hidup di kampus Ivy League. Dia malas memperkenalkan masa kecilnya dan keluarganya pada sang kekasih, lebih karena tak ingin membuka luka lama yang masih sangat basah dan menyakiti hatinya.

Di dalam memoarnya berjudul "Hillbilly Elegy: A Memoir of a Family and Culture in Crisis" (Harper Press, 2016), Vance bercerita bagaimana hidupnya sebagai putera Bev, ibunya orang tua tunggal yang hamil sejak remaja dan ditinggal suaminya; kecanduan narkoba dan alkohol dan berganti-ganti suami dan kekasih dengan tujuan agar anak-anaknya memperoleh ‘rumah yang tentram’. Memoar ini adalah sebuah perjalanan Vance kembali ke masa kecil yang penuh kekerasan di Middletown, Ohio.

Novel yang kemudian menghebohkan ini menjadi peringkat tertinggi The New York Times Best Seller tahun 2016 yang diangkat menjadi film oleh sutradara Ron Howard. Di dalam bentuk film, kisah kemiskinan serangkaian keluarga di beberapa negara bagian Selatan Amerika Serikat dan apa yang disebut sebagai kebudayaan Appalachian dibenturkan dengan snobisme para penghuni 'Ivy League'. Pada sebuah acara makan malam para alumni dan petinggi Universitas Yale langsung risih ketika mendengar tokoh JD Vance (Gabriel Basso) berasal dari Ohio dan merendahkannya dengan sebutan 'redneck' sementara dia tercenung melihat deretan garpu dan pisau di hadapannya.

Howard melakukan serangkaian adegan kilas balik antara Vance masa kecil (diperankan dengan bagus oleh Owen Asztalos) yang menyaksikan ibunya bekerja sebagai perawat rumah sakit, yang berganti-ganti pasangan dan melakukan kekerasan kepada anak-anaknya saat dia sedang di bawah pengaruh narkoba. Lantas kita akan langsung terbang pada Vance dewasa yang berada di tengah kesibukan mencari kesempatan magang setelah lulus sekolah hukum Yale University. Di masa dewasa ini pula kita mengenal kekasih Vance bernama Usha (Freida Pinto) yang sangat mendukung dan mengakomodasi segala kegelisahan Vance menghadapi dunia snob ini.

Tetapi di jagat akademik dan intelektual itu, Vance tetap merasa 'ditarik' ke masa lalunya. Sang Ibu masuk rumah sakit, dan Vance harus segera merelakan jadwalnya koyak-moyak untuk mengurus keluarganya, karena pada akhirnya "saya tetap harus bertanggungjawab atas keluarga saya". Sang ibu (Amy Adam yang menambah beberapa kilogram lemak dan seni peran yang cemerlang) yang sudah terlalu tergantung pada heroin; sudah langganan didepak pacar akhirnya menyeret Vance pada fase yang memaksa dia teringat luka lama. Vance ada pada persimpangan: apakah dia harus memikirkan masa depan atau tetap menemani ibunya yang tergeletak karena heroin di kampung halaman?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ron Howard adalah sutradara yang pernah membuat kita terpana oleh karya-karya seperti "A Beautiful Mind" (2001) dan "Frost/Nixon" (2008). Tapi, dia juga pernah menghasilkan film serial Robert Langdon yang membuat kita garuk kepala.

Problem film ini bukan pada kontroversi para pembaca dan penonton yang menuduh JD Vance (dan juga sutradara Ron Howard) membuat generalisasi tentang kemiskinan struktural yang menyebabkan kemerosotan moral pendidikan, melainkan karena Howard tidak berupaya membuat gaya penceritaan yang unik. Kisah keluarga disfungsional adalah sesuatu yang sudah dilakukan ratusan atau ribuan kali oleh sineas dari negara manapun.

Sineas Hollywood sudah sangat sering mengangkat kisah keluarga Amerika Serikat, lengkap dengan stereotipe mereka yang dianggap anti-orang asing (karena itu anti imigran); mengabdi pada keluarga dan klan (ingat, area ini adalah akar berdirinya Ku Klux Klan), dan anti intelektualisme. Tidak heran memoar Vance menjadi populer di antara kaum demokrat dan liberal, dan menjadi pegangan karena konon mereka ingin memahai mengapa sosok seperti Trump dipilih dianggap bisa menjadi 'penyelamat' bagi warga Selatan dalam pemilu empat tahun silam.

Meski Glenn Close yang berperan sebagai nenek Mamaw dan Amy Adams sama-sama didengungkan bakal meluncur masuk dalam perhitungan Academy Awards 2021, namun film ini secara keseluruhan bukan karya terbaik Ron Howard. Dibanding karya yang mengangkat keluarga di negara bagian selatan Amerika Serikat, sebutlah 'Prince of Tides' (Barbra Streisand, 1991) yang diangkat dari novel Pat Conroy, jauh lebih meninggalkan jejak ketimbang film ini.

Namun "Hillbilly Elegy" tetap wajib ditonton karena, seperti kata JD Vance, ini sebuah komentar sosial dan problem budaya yang berdasarkan pengalaman pribadi yang tak terbantahkan. Pada akhir cerita, Vance mengaku: seberapapun buruk masa lalunya, dia tak akan bisa meralat apalagi menghapusnya. Itu menjadi bagian menjadi dirinya yang akhirnya bisa membawa dia pada keberhasilan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

3 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

7 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

22 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

23 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

43 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

46 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

46 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

52 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

53 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

53 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.