Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masyarakat Miskin yang Terjepit

image-profil

image-gnews
Masyarakat Miskin yang Terjepit
Masyarakat Miskin yang Terjepit
Iklan

Bagong Suyanto
Guru Besar Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

Peningkatan jumlah penduduk miskin akibat pandemi Covid-19 sebetulnya sudah bisa diprediksi. Tapi, ketika Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka penduduk miskin Indonesia per Maret 2020, tetap saja kita terperangah. Baru satu-dua bulan wabah corona melanda Tanah Air, jumlah penduduk miskin telah mencapai 26,42 juta jiwa, naik 1,63 juta jiwa dari kondisi pada September 2019.

Meski masih dalam kisaran di bawah dua digit, tingkat kemiskinan sebesar 9,78 persen dari total populasi ini tentu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Bukan tidak mungkin jika pendataan BPS dilakukan hingga Juli, maka jumlah penduduk miskin akan jauh lebih besar. Jika tidak ada upaya yang benar-benar signifikan dan efektif, pada September 2020, BPS niscaya akan mengumumkan angka kemiskinan yang melonjak drastis.

Menurut prediksi bank dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia bukan tidak mungkin akan mencapai 34 juta jiwa karena berbagai peluang untuk keluar dari efek domino pandemi Covid-19 seolah-olah menemui jalan buntu. Upaya menurunkan angka kemiskinan seolah-olah sia-sia ketika imbas wabah Covid-19 tak kunjung usai.

Pandemi itu tidak hanya menyebabkan terjadinya pendalaman kemiskinan, tapi juga membuat ketimpangan antar-kelas menjadi semakin lebar. BPS melaporkan, pada Maret 2020, rasio gini 0,381 atau naik 0,001 poin jika dibanding September 2019. Rasio gini yang mendekati angka 1 menunjukkan ketimpangan yang semakin lebar. Pengalaman di berbagai negara telah banyak mengajarkan bahwa, dalam kondisi kesenjangan antar-kelas yang semakin lebar, upaya pengentasan kemiskinan niscaya menjadi jauh lebih sulit.

Baca Juga:

Wabah corona tidak hanya menimpa masyarakat miskin, tapi juga golongan masyarakat menengah ke atas di lapisan yang terbawah. Kelas menengah baru, yang sebelumnya hidup berkecukupan, tiba-tiba kehilangan pekerjaan atau usahanya bangkrut karena daya beli masyarakat anjlok.

Dalam kondisi seperti di atas, di mana peluang masyarakat miskin dapat kembali bangkit mengembangkan usahanya yang berskala mikro dan kecil? Yang mereka butuhkan bukan sekadar bantuan sosial untuk bertahan hidup atau bantuan modal untuk mengembangkan kembali usaha mereka, melainkan kemungkinan harus berkompetisi dengan kelas sosial di atasnya, yang kini sama-sama berusaha bangkit dari keterpurukan. Bersaing dengan mereka tidaklah mudah karena kelas sosial di atasnya lebih berpendidikan, memiliki akses ke jaringan yang lebih luas, dan memiliki literasi digital yang mumpuni.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kebijakan pemerintah yang meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan tidak hanya akan membatasi ruang gerak masyarakat miskin untuk bertahan hidup, tapi juga membuat roda perekonomian mereka lamban untuk dapat bangkit kembali. Di berbagai daerah, sudah bukan rahasia lagi kalau kehidupan masyarakat golongan menengah ke bawah sudah kembang-kempis. Daya tahan masyarakat miskin mungkin tidak lagi dalam hitungan bulan. Dalam minggu atau hari pun mereka kemungkinan akan masuk dalam pusaran kemiskinan yang mematikan.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya? Jawabannya tentu bukan hal yang mudah. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah tidak banyak manfaatnya, kecuali sekadar memperpanjang napas mereka agar tidak langsung terjerembap. Alokasi dana penanganan pandemi yang mencapai Rp 700 triliun lebih itu ternyata tidak semua berdampak signifikan. Program Kartu Prakerja, misalnya, dilaporkan mengidap berbagai kelemahan dan bahkan kontraproduktif. Akibat tidak didukung data yang memadai, bantuan sosial untuk masyarakat miskin malah rawan bias dan rawan dipolitisasi oleh sejumlah pihak. Alih-alih mengurangi jumlah penduduk miskin, berbagai bantuan pemerintah itu justru menghasilkan efek samping yang tidak diharapkan.

Kesenjangan digital makin membuat masyarakat miskin terpuruk. Pada masa pandemi ini, peluang pelaku usaha yang mampu bertahan adalah mereka yang masih bisa bekerja dan beraktivitas dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Namun masyarakat miskin acap kali masih gagap beradaptasi dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga mereka umumnya sulit untuk bertahan.

Daya beli dan aktivitas perekonomian yang masih bertahan umumnya adalah ekonomi online. Konsumen yang masih memiliki dana cadangan biasanya membeli berbagai keperluan secara online. Usaha yang hanya mengandalkan aktivitas offline jelas akan ditinggalkan konsumen.

Masalahnya, masyarakat miskin kebanyakan bekerja di sektor informal dan memerlukan kehadiran fisik yang tidak bisa digantikan secara virtual. Pelan tapi pasti, mereka telah tergilas oleh iklim persaingan yang makin kompetitif. Seberapa besar pun bantuan modal diberikan, mereka niscaya tidak akan dapat mengalahkan para pesaing dari kelas sosial di atasnya yang lebih melek teknologi informasi.

Lantas apa yang masih tersisa dan perlu dikembangkan agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk? Harapan satu-satunya adalah bila ditemukan vaksin Covid-19. Daripada bersikap utopis dengan memberdayakan kembali usaha masyarakat miskin, yang lebih realistis dilakukan adalah bagaimana kita berusaha memperpanjang napas mereka selama enam bulan ke depan sembari menunggu vaksin diedarkan.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

44 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.