Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebuah Cerita dari Lapisan Terbawah New Delhi

image-profil

Oleh

image-gnews
Abhishek Banerjee, Neeraj Kabi, Jaideep Ahlawat, Ishwak Singh, Jagjeet Sandhu, and Aasif Khan dalam Paatal Lok (2020)
Abhishek Banerjee, Neeraj Kabi, Jaideep Ahlawat, Ishwak Singh, Jagjeet Sandhu, and Aasif Khan dalam Paatal Lok (2020)
Iklan

Dunia ini terbagi atas tiga wilayah, demikian Inspektur Polisi Hathi Ram Chaudhary menggumam. Dia dan anak buahnya, polisi yang masih hijau Imran Ansari (Ishwak Singh) yang dengan takzim mendengarkan kuliah gratis pak inspektur di atas mobil yang menembus gelapnya malam di jalan New Delhi yang geradakan penuh lubang. “Svarg lok adalah surga, di mana para dewa menetap; di tengah ada Dharti Lok, tempat tinggal warga biasa. Sedangkan di bawah sana adalah ‘Pataal Lok’ sebuah neraka tempat kutu dan kuman menyelinap dari segala badai yang terjadi di wilayah lain,” demikian Chaudhary menjelaskan. Dengan nada pahit, Chaudhary mengatakui dia adalah anggota tetap Paatal Lok yang hanya bisa berfantasi tentang kehidupan di dua loka lainnya.

Saat itu, kata Chaudhary (Jaideep Ahlawat), mereka tengah memasuki wilayah Pataal Lok, di mana para bandit, pelacur, pencoleng semua bersekutu dan mungkin berzinah dengan penduduk wilayah di atasnya. Chaudhary mengucapkan itu dengan seperti suara seorang yang sudah kalah diinjak-injak sistem dan usia. Dia adalah seorang polisi di usia senja yang dianggap berkemampuan pas-pasan, tak pernah memperoleh gelora keemasan dalam karirnya dan bahkan anak-anak buahnya sudah melampaui dan menjadi bosnya, menerima nasibnya dengan pahit. Dia sudah dicap pecundang, dan dia tetap harus bekerja mencari nafkah.

Maka sungguh mengherankan ketika sebuah kasus yang menjadi pusat perhatian satu negeri dilimpahkan kepadanya. Seorang wartawan senior, pimpinan TV terkemuka Sanjeev Mehra (Neeraj Kabi) menjadi sasaran tembak (yang gagal) di suatu malam. New Delhi heboh, berita pecah, dan Chaudhary yang karirnya sudah terseok-seok itu malah dilimpahkan tugas sebesar itu. Maher, sebagaimana seorang pimpinan media menggunakan kamera sebagai panggung persona, mencoba menggunakan sisa-sisa kejayaannya dan upaya ‘pembunuhan’ dirinya untuk sekali lagi mencapai sukses. Sejauh itu, paling tidak, wartawan junior Sara—muda, sintal dan bermata yang menyiratkan haus pengetahuan—terpikat oleh magnet Maher. Selama dalam penjagaan polisi—khawatir Maher akan dihantam peluru—maka Maher dan Sara bergulat di tempat tidur.

Tetapi si polisi pecundang kita tidak mudah terpesona oleh pahlawan kesiangan macam Sanjeev Mehra. Dia tak mudah percaya begitu saja pada segala yang terjadi dengan begitu ‘rapi’ dan tertata. Apalagi ketika ada empat orang tersangka yang tertangkap yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda: Vishal Tyagi (Abhishek Banerjee), Tope Singh (Jagjeet Sandhu), Kabir M. (Aasif Khan) dan Cheeni (Mairembam Ronaldo Singh). Mereka semua memang bagian dari dunia kriminalitas, penghuni Paatal Lok; tetapi penangkapan mereka belum terbukti memiliki hubungan langsung terhadap upaya pembunuhan Mehra.

Maka hanya Chaudhary, ditemani Ansari yang takzim itu merasa ada yang tak beres. Mereka mulai mengendus ke sana kemari, hingga keluar kota menyusuri keluarga dan latar belakang ke empat . Semakin mereka mengetahui masa kecil empat tersangka itu, semakin terasa bahwa kasus Mehra bukan sesuatu yang sederhana. Apalagi ternyata Vishal Tyagi bukan sekedar kriminal biasa, melainkan dialah pembunuh bayaran berdarah dingin yang hobi menghancurkan kepala lawan dengan palu. Dia adalah seorang pembunuh bayaran yang namanya jauh lebih dikenal daripada wajahnya. Chaudhary menyadari bahwa penangkapan keempat tersangka itu terasa aneh. Dan gerak gerik serta laporan Chaudhary justru membuat para atasannya tak nyaman.

Serial web yang berjumlah sembilan episode yang ditayangkan di Amazon Prime ini adalah satu contoh serial kriminalitas serius dengan ‘rasa David Fincher’, dalam arti: tak akan ada gelora musik; tak akan ada glorifikasi kekerasan atau kehebatan polisi; dan juga tak akan ada roman cinta yang ‘bersih’ dan manis. Segalanya serba kelam, pahit , sementara hati kita tetap melekat dan membela si ‘pecundang’ Choudury yang ‘ngotot’ bahwa kasus ini harus diselesaikan dengan baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada beberapa adegan kekerasan seksual pada adegan kilas balik, yang mencoba memberi penjelasan –tanpa justifikasi—mengapa keempat tersangka itu menjadi warga ‘inti’ Paatal Lok. Adegan kilas balik ini seperti sebuah komentar sosial tentang bagaimana mereka yang hidup di lapisan terbawah masyarakat , meski mencoba sebaik apapun, sering memilih kekerasan dan kriminalitas sebagai bagian dari hidup mereka; sebagai bagian dari balas dendam kepada dunia yang terus menerus menindas mereka. Bukan karena pilihan, melainkan karena hanya itulah yang mereka anggap sebagai jalan keluar.

Yang membedakan serial India dengan, katakanlah, Hollywood adalah para pelaku kriminal –seperti juga mafia —memiliki ‘aturan main’ tersendiri. Jika mafia Italia selalu menekankan hormat kepada ibu , maka para kriminal di berbagai film atau serial India sering menggunakan alegori dari Mahabharata. Ingat kisah Yudhistira yang Seda bersama keempat adik-adiknya? Ingat bagaimana seekor anjing yang senantiasa mengikuti Yudhistira hingga akhirnya dia tertahan di pintu swargaloka? Dan bagaimana Yudhistira tak ingin masuk Swarga jika sang anjing tak ikut bersamanya?
Anjing menjadi kunci dari segala kelok dan kejutan pada setiap episode serial ini. Dan itu semua berpegang pada kisah akhir Pandawa Lima itu. Seekor anjing dan Yudhistira.
Jaideep Ahlawat tampil luar biasa, sebagai seorang polisi kelas bawah yang selalu diremehkan , si underdog yang sejak semula membetot perhatian penonton karena kita ingin dia “memenangkan peperangan” melawan para bos-bos jahanam. Semua aktris di dalam serial ini memberikan ruh. Dolly, isteri Sanjeev Mehra (Swastika Mukherjee) dan Sara (Niharika Lyra Dutt) sang kekasih adalah perempuan-perempuan yang semula terasa karakter yang klise ternyata mengalami perkembangan yang sangat menarik dan brilian.

'Paatal Lok’ adalah salah satu tontonan wajib bagi penonton Indonesia, karena situasi kita tentang keadilan, problem gender hingga kriminalitas dan politik sesungguhnya tak terlalu jauh dari apa yang terpancar dalam serial ini.

Paatal Lok
Sutradara : Avinash Arun, Prosit Roy
Kreator : Sudip Sharma
Skenario : Sudip Sharma, Sagar Haveli, Hardik Mehta, Gunjit Chopra
Pemain : Jaideep Ahlawat, Neeraj Kabi, Gul Panag, Ishwak Singh, Abhishek Banerjee, Swastika Mukherjee, Niharika Lyra Dutt

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

4 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

25 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


27 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

33 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

37 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

52 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

53 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.