Nirwono Joga
Pusat Studi Perkotaan
Taman sangat penting bagi kehidupan kota dan kita. Taman adalah paru-paru kota, surga perkotaan (urban paradise) yang sering kali terlupakan (paradiso perduto). Bagaimana mengoptimalkan keberadaan taman untuk keberlangsungan hidup kota dan kita pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi dan memasuki normal baru?
Kota harus sehat karena sehat itu mahal. Pemerintah harus memasukkan kota sehat dalam prioritas pembangunan agar dapat menjamin masyarakatnya hidup sehat dan risiko pandemi bisa ditangani. Taman memegang peranan penting dalam menjadi bagian dari infrastruktur kesehatan masyarakat.
Survei National Recreation and Park Association pada April lalu menyebutkan bahwa taman penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik selama pandemi Covid-19 (83 persen) atau lima dari enam orang dewasa, orang tua (68 persen), dan bukan orang tua (56 persen) memilih senang ke taman. Dari kelompok pengguna, generasi milenial (68 persen), generesi Z (65 persen), dan baby boomer (54 persen) melakukan aktivitas fisik di taman. Masyarakat memilih berolahraga di taman, melepas stres, dan menjaga kesehatan selama krisis (59 persen). Aktivitas fisik populer yang dipilih adalah berjalan kaki, joging, dan bersepeda dengan tetap menjaga jarak fisik (59 persen).
Alinda Zain di Tokyo, Jepang, menyatakan bahwa taman berperan penting dalam perkembangan karakter anak-anak. Taman merupakan satu-satunya tempat yang tidak tutup selama masa keadaan darurat (Jepang tidak memakai istilah lockdown) di Tokyo.
Pemilik hoikuen, tempat penitipan anak di sana, tidak meliburkan usahanya karena para orang tua tetap bekerja dan tidak memiliki kesempatan untuk mengurus anak-anak. Anak-anak di hoikuen memiliki kebiasaan berjemur dan belajar mencintai alam. Taman menjadi tempat bermain anak di perumahan yang dikunjungi setiap hari.
Suryono Herlambang (2020) mencatat bahwa pandemi Covid-19 mempercepat perwujudan konsep kota ideal, yakni kota sehat yang hijau lestari, pintar dan tangguh, serta berkelanjutan. Pemerintah perlu meningkatkan peran dan fungsi taman supaya bisa dimanfaatkan masyarakat karena penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Masalahnya, tidak semua orang memiliki kemudahan untuk pergi ke taman karena sarana atau jalur transportasi yang tidak mendukung. Pemerintah perlu membangun koneksi antara jalur pejalan kaki, jalur sepeda, dan taman. Taman-taman masih kurang pengawasan pada masa pandemi.
Masyarakat masih menjadikan taman sebagai tempat tongkrongan, tapi mengabaikan jaga jarak fisik. Pemerintah perlu mendidik masyarakat dalam hal pendekatan sosial, selain pendekatan kuratif, medis, dan parsial. Warga memerlukan taman sebagai sarana melepas kepenatan dan menjaga kesehatan mental-fisik semasa pandemi, PSBB, dan PSBB transisi, hingga memasuki normal baru.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai taman merupakan ruang terbuka hijau yang luar biasa penting untuk menunjang kesehatan fisik dan mental warga kota. Berkegiatan di taman, yang seharusnya menjadi kegiatan interaktif warga kota, ironisnya, dituntut untuk menjadi soliter dengan prinsip menjaga jarak pada masa pandemi ini.
Pandemi Covid-19 membuat kita menjalani proses pembelajaran terus-menerus. Pembatasan pergerakan di Jakarta menuntut kita terus belajar bagaimana melakukan segala hal lebih baik, lebih benar, dan lebih sehat dengan menyelamatkan setiap orang di kota kita, termasuk mengelola taman pada saat pandemi dan normal baru.
Di balik krisis, ada kesempatan dan membuat inovasi, tak terkecuali lompatan kemajuan dalam pemanfaatan taman. Di samping tantangan tinggi dengan kelaziman berkerumun yang melekat di ruang publik, inovasi perlu dilakukan dengan berprinsip pada kota sehat. Untuk itu, diperlukan pembelajaran kolektif agar kita bisa memanfaatkan taman supaya tetap aman dan sehat serta menjaga taman tidak menjadi kluster baru penyebaran covid-19.
Salah satu strategi pembukaan taman di Jakarta adalah tidak menyediakan lahan parkir agar pengunjung hanya orang-orang yang berasal dari sekitar taman. Waktu berkunjung diatur dan jumlah pengunjung dibatasi serta menggunakan ruang secara bergantian dengan batasan periode waktu tertentu.
Ada beberapa persyaratan untuk mengunjungi taman, seperti mengunjungi taman dekat rumah, cukup berjalan kaki atau bersepeda, tetap menjaga jarak fisik, tidak berjabat tangan, dan menghindari kerumunan. Jangan kunjungi taman apabila Anda merasa kurang enak badan. Jangan gunakan dulu fasilitas taman, seperti alat bermain anak, bangku taman, toilet publik, dan kolam air mancur.
Pengawas taman harus menjalankan protokol kesehatan di pintu masuk/keluar taman, seperti tes suhu badan pengunjung, mewajibkan pemakaian masker, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Bila hasil cek acak uji cepat Covid-19 menemukan ada pengunjung positif/reaktif, taman harus langsung ditutup kembali. Taman sehat membentuk warga sehat.