Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perikanan yang Bertanggung Jawab

image-profil

Direktur Program Yayasan KEHATI

image-gnews
Pekerja memeriksa stok ikan di Cold Storage Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 28 April 2020. Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), memperkirakan kebutuhan ikan meningkat sekitar 20 persen dari kebutuhan normal selama bulan puasa dan lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Pekerja memeriksa stok ikan di Cold Storage Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 28 April 2020. Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), memperkirakan kebutuhan ikan meningkat sekitar 20 persen dari kebutuhan normal selama bulan puasa dan lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

FAO baru saja mengeluarkan laporan The State of World Fisheries and Aquaculture 2020 atau sering disingkat dengan SOFIA.  Laporan ini terbit secara regular setiap 2 tahun dan menjadi rujukan utama bagi para pengambil kebijakan, pengelola perikanan, akademisi, NGO, dan para pihak lainnya terkait kondisi perikanan dunia. 

SOFIA 2020 mencatat bahwa produksi perikanan global diperkirakan mencapai 179 juta ton pada tahun 2018 yang bersumber dari 96,4 juta ton perikanan tangkap dan 82,1 juta ton hasil budidaya.  Terjadi peningkatan produksi perikanan sebesar 5,4% dibandingkan dengan rata-rata produksi 3 tahun terakhir.  Peningkatan ini lebih banyak disebabkan oleh produksi perikanan tangkap laut yang mengalami peningkatan dari 81,2 juta ton tahun 2017 menjadi 84,4 juta ton tahun 2018.  Jika ditelisik lebih jauh, peningkatan produksi perikanan tangkap laut dipicu oleh produksi ikan anchoveta (Engraulis ringens) dari Peru dan Chile yang cukup melimpah.

Tujuh negara terbesar (top seven) penghasil perikanan tangkap dunia adalah China, Indonesia, Peru, India, Rusia, USA, dan Vietnam.  Produksi dari ketujuh negara tersebut mencakup 50% dari total produksi perikanan tangkap.  Kontribusi China masih tertinggi yang mencapai 15%, sementara Indonesia tertinggi kedua dengan kontribusi sebesar 7%. 

China sendiri sebenarnya telah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi jumlah produksinya sejak tahun 2016, sehingga terjadi penurunan produksi dari rata-rata 13,8 juta ton (2015-2017) menjadi 12,7 juta ton tahun 2018.  Meski telah mengalami penurunan, jumlah produksi China masih tetap yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya sejak tahun 1990an.

SOFIA 2020 memberi catatan khusus bagi Indonesia dimana produksi perikanan tangkap laut mengalami peningkatan dari 4 juta ton tahun 2000an menjadi 6,7 juta ton tahun 2018. 

Total produksi perikanan dunia untuk ekspor tahun 2018 sebanyak 67 juta ton dengan nilai ekspor sebesar USD 164 miliar.  China juga mencatatkan diri sebagai negara dengan nilai ekspor perikanan tertinggi dimana kontribusinya sebesar 14% diikuti Norwegia 7% dan Vietnam 5%.  Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar (top ten) negara eksportir perikanan dunia.

SOFIA 2020 juga melaporkan bahwa jumah kapal perikanan (fishing vessels) tahun 2018, dari perahu kecil tanpa motor hingga kapal perikanan besar skala industri, diperkirakan mencapai 4,56 juta unit.  Jumlah ini menurun 2,8% dibandingkan dengan tahun 2016.

Di Indonesia, data statistik perikanan menunjukkan bahwa jumlah kapal perikanan tangkap Indonesia tahun 2016 sebanyak 544 ribu dimana 96% diantaranya merupakan kapal kecil berukuran dibawah 10 GT.

Sementara itu, jumlah stok ikan pada level keberlanjutan secara biologi (biologically sustainable level) mengalami penurunan dari 90% tahun 1974 menjadi 65,8% pada tahun 2017.  Sebaliknya, persentase stok ikan pada level yang tidak berkelanjutan (biologically unsustainable level) meningkat dari 10% tahun 1974 menjadi 34,2% pada tahun 2017. Kontribusi terbesar stok ikan pada level yang tidak berkelanjutan (62,5%) berasal dari Perairan Laut Mediterania dan Laut Hitam. 

Indonesia termasuk dalam Perairan Pasifik Barat Tengah (Western Central Pacific) dan Samudera Hindia timur (Eastern Indian Ocean) dimana keduanya berkontribusi relatif kecil terhadap stok ikan pada level tidak berkelanjutan.

Pengelolaan Perikanan Indonesia

FAO memberi kode statistik perikanan untuk perairan Pasifik Barat Tengah (Western Central Pacific) dan Samudera Hindia Timur (Eastern Indian Ocean) masing-masing dengan 71 dan 57.  Pemerintah Indonesia kemudian menjadikan keduanya sebagai Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dimana perairan 71 dibagi menjadi 8 wilayah (711-718) dan perairan 57 dibagi menjadi 3 wilayah (571-573).  Dengan demikian, Indonesia memiliki 11 WPP sebagai basis pengelolaan perikanan.

Kesebelas WPP tersebut telah mengalami eksploitasi berlebih  (over-exploited) untuk kelompok sumberdaya ikan yang berbeda berdasarkan Kepmen 50/2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPP RI. 

Sumberdaya ikan yang telah mengalami over-exploited berarti tingkat penangkapannya telah melewati batas keberlanjutan atau melampaui Maximum Sustainable Yield (MSY).

Lobster, misalnya, telah mengalami over-exploited di WPP 571, WPP 712, WPP 713, WPP 714, WPP 715, dan WPP 717. Artinya, kebijakan yang perlu diambil adalah mengurangi upaya penangkapan lobster agar tingkat pemanfaatannya bisa lebih baik ke level fully-exploited (tingkat penangkapan berada pada level MSY) atau bahkan ke level moderate (tingkat penangkapan dibawah level MSY).

Menghilangkan over-exploited merupakan salah satu tujuan utama pengelolaan perikanan. Melakukan pembiaran atau menambah upaya penangkapan terhadap kondisi over-exploited akan menggiring perikanan menuju kehancuran (collapse) bahkan berpotensi terjadinya kepunahan spesies.

Widodo dan Suadi (2008) mencatat perikanan beberapa negara yang pernah mengalami collapse, yaitu perikanan cod di Kanada, perikanan anchoveta di Peru, dan perikanan hering di Laut Utara. Kondisi ini berdampak pada bertambahnya jumlah pengangguran, meningkatnya kemiskinan, dan dampak sosial-politik lainnya.

Pemerintah Australia pernah mengeluarkan kebijakan restrukturisasi industri perikanan setelah diketahui bahwa stok ikan di Perairan Australia telah mengalami over-exploited.  Kebijakan ini memberikan insentif kepada nelayan untuk ‘berhenti melaut’, yaitu dengan membeli kembali (buy back) izin penangkapan ikan.  Total biaya yang dikeluarkan pemerintah Australia untuk kebijakan ini sebesar AUD 220 juta (Megawanto, 2004).

Terjadinya over-exploited di beberapa perikanan dunia telah mendorong anggota FAO menyepakati Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) atau Tata Laksana Perikanan Bertanggung jawab pada tahun 1995.  CCRF mengatur prinsip-prinsip dan standar internasional tentang perilaku praktek-praktek yang bertanggungjawab untuk menjamin konservasi, pengelolaan, dan pembangunan sumber daya perairan yang efektif dengan memperhatikan ekosistem dan keanekaragaman hayati. 

Dengan CCRF ini, negara harus mencegah tangkap lebih (overfishing) dan penangkapan ikan yang melebihi kapasitas (excess fishing capacity), dan harus melaksanakan langkah pengelolaan untuk menjamin upaya penangkapan seimbang dengan kapasitas produktif sumber daya perikanan dan pemanfaatannya yang berkelanjutan.

Indonesia termasuk negara yang menyepakati CCRF sejak 25 tahun lalu, sehingga pengelolaan perikanan Indonesia diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip perikanan bertanggung jawab secara disiplin. Tentu saja dalam pelaksanaannya muncul banyak godaan untuk melanggar prinsip-prinsip tersebut, termasuk melakukan eksploitasi berlebih.

Semoga Indonesia tercatat dalam sejarah sebagai bangsa yang tahan godaan, sehingga nelayan semakin sejahtera dan sumberdaya ikan tetap lestari.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

25 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.