Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antisipasi Penimbunan Likuiditas Bank

image-profil

image-gnews
Antisipasi Penimbunan Likuiditas Bank
Antisipasi Penimbunan Likuiditas Bank
Iklan

Ardhienus
Asisten Direktur di Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Bank Indonesia.

Dalam setiap krisis, isu likuiditas perbankan selalu menyita perhatian karena perannya sebagai pelumas kegiatan ekonomi. Bila aliran likuiditas perbankan terhambat, hal itu akan berdampak buruk pada semua sektor ekonomi.

Untungnya, hingga saat ini likuiditas perbankan Indonesia masih cukup longgar. Hal ini dapat kita lihat dari pertumbuhan secara tahunan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada April 2020 yang melampaui penyaluran kredit. Pertumbuhan DPK mencapai 8,08 persen, sedangkan kredit naik hanya 5,73 persen. Hal ini mengakibatkan indikator likuiditas bank yang lazim dipakai, yakni rasio kredit yang diberikan terhadap perolehan DPK (LDR), menjadi 91,55 persen.

Dibandingkan dengan akhir tahun lalu, likuiditas perbankan saat ini sejatinya kian longgar. Pada Desember 2019, pertumbuhan DPK mencapai 6,54 persen, sedikit lebih tinggi dari penyaluran kredit yang naik 6,08 persen, sehingga menghasilkan rasio LDR 93,64 persen. Gambaran LDR yang makin rendah menunjukkan keseimbangan antara perolehan dana dan penyalurannya.

Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan likuiditas yang cukup besar ke pasar uang dan perbankan hingga mencapai Rp 386 triliun. Bahkan, pada Mei 2020, injeksi likuiditas kembali bertambah menjadi sekitar Rp 500 triliun. Kebijakan BI ini membuat likuiditas perbankan semakin gemuk. Namun likuiditas tersebut tidak merata. Bank besar kebanjiran likuiditas, sedangkan bank kecil masih berjuang mendapatkannya.

Baca Juga:

Pada periode krisis, biasanya muncul fenomena mengeringnya likuiditas di pasar uang antar-bank (PUAB), seperti yang terjadi dalam krisis keuangan Asia 1997-1998 dan krisis keuangan global 2008-2009. Hal ini terlihat pada volume PUAB yang cenderung turun dan frekuensi transaksi yang semakin jarang. Tidak banyak bank yang bertransaksi di PUAB, padahal PUAB merupakan sarana bagi bank untuk mendapatkan likuiditas jangka pendek guna mengatasi masalah liquidity mismatch yang sering terjadi.

Fenomena ini terlihat dari Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI). Pada Februari 2020, rata-rata harian volume transaksi PUAB jangka pendek (overnight) yang dominan di PUAB masih cukup tinggi, mencapai Rp 10,45 triliun. Namun, pada Maret dan April, yakni saat pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, rata-rata harian volume transaksi menyusut masing-masing menjadi Rp 9,12 triliun dan Rp 6,02 triliun. Begitu juga dengan rata-rata harian frekuensi transaksi yang menurun tajam. Sementara pada Februari rata-rata harian frekuensi transaksi PUAB overnight masih 107 juta, pada Maret dan April menyusut masing-masing menjadi 93 juta dan 59 juta transaksi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fenomena kekeringan likuiditas di PUAB menyebabkan bank-bank yang membutuhkan likuiditas jangka pendek kesulitan. Imbasnya, suku bunga PUAB melonjak tinggi. Di sisi lain, muncul penjualan aset secara obral seiring dengan kebutuhan untuk segera mendapatkan likuiditas. Tentu hal ini berdampak buruk pada bank yang tidak likuid. Kemunculan fenomena ini pada akhirnya menuntun bank untuk menimbun likuiditasnya yang dapat berdampak pada kenaikan suku bunga deposito.

Dalam perspektif yang lebih luas, perilaku bank dalam menimbun likuiditas ini berpotensi menimbulkan risiko sistemis. Dalam periode dengan tekanan, jika sejumlah bank­terutama bank besar yang selalu menjadi penyedia likuiditasmemutuskan menimbun likuiditas dan berhenti meminjamkannya kepada bank lain, bank-bank yang memiliki ketergantungan tinggi pada PUAB akan terpapar risiko likuiditas yang tinggi. Risiko sistemis dapat muncul dan menyebar ke bank-bank lain melalui jalur jejaring keuangan yang terbentuk di PUAB. Semakin kompleks jejaring keuangan itu, potensi timbulnya risiko sistemis kian kuat.

Perilaku bank ini, menurut berbagai literatur, didasari dua motif, yaitu berjaga-jaga dan spekulasi. Motif berjaga-jaga muncul karena beberapa hal. Mereka yakin tidak dapat memperoleh pinjaman antar-bank ketika dihadapkan pada kondisi kekurangan likuiditas atau penarikan deposan yang tidak terduga sebelumnya. Motif lain adalah mengantisipasi keketatan atau guncangan likuiditas di pasar, sehingga bank terhindar dari penjualan aset dengan harga murah yang dapat mengakibatkan bank rugi. Bank yang telanjur berkomitmen memberikan kredit akan cenderung menyimpan likuiditasnya sebagai langkah antisipasi tatkala perusahaan menarik pinjamannya.

Adapun motif spekulasi beranjak dari kondisi permintaan likuiditas yang tinggi, yang biasanya berdampak pada harga aset yang rendah. Bank yang terdesak oleh kebutuhan likuiditas akan menjual aset secara murah untuk mendapatkan likuiditas dalam waktu cepat. Bank penimbun likuiditas akan mengambil manfaat dengan membeli aset murah tersebut untuk kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi ketika krisis berlalu. Acharya et al. (2012) menyebut motif spekulasi ini sebagai perilaku predator yang dimaksudkan untuk mengeksploitasi suatu bank yang terdesak oleh kebutuhan likuiditas.

Karena itu, analisis dan pemantauan terhadap perilaku bank menimbun likuiditas dalam sistem perbankan pada masa krisis sangat penting. Hal ini tidak hanya berguna bagi pengelolaan risiko individu bank itu sendiri (mikroprudensial), tapi juga penting bagi bank sentral. Selain untuk mencegah dan memitigasi risiko sistemis (makroprudensial), perilaku bank menimbun likuiditas akan menghambat efektivitas kebijakan moneter BI. l

*) Tulisan ini adalah pendapat pribadi.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.