Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rencana Nekat Pencaplokan Tepi Barat

image-profil

image-gnews
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara kepada media di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem 30 Mei 2019. [REUTERS / Ronen Zvulun / File Photo]
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara kepada media di Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem 30 Mei 2019. [REUTERS / Ronen Zvulun / File Photo]
Iklan

Ibnu Burdah
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga

Apakah rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencaplok sekitar 20 persen wilayah Tepi Barat pada awal Juli nanti akan benar-benar dilaksanakan? Mencermati gelagatnya, langkah nekat ini akan benar-benar dilakukan. Netanyahu sudah berulang kali berjanji untuk melakukannya. Ia tampaknya berusaha keras menutup kasus korupsinya dengan langkah-langkah yang dianggap "heroik" bagi sebagian warga Israel, terutama pendukungnya.

Pencaplokan itu akan dianggap sebagai prestasi besar di Israel, khususnya bagi kelompok-kelompok ultranasionalis dan agama seperti Syas dan Haredim. Meskipun rakyat Israel umumnya menolak, penolakan mereka tidak tampak dalam protes jalanan. Hal ini bisa jadi karena Israel sedang menghadapi penyebaran Covid-19. Hal itu bisa jadi juga karena penolakan mereka sebenarnya bukan pada kebijakan itu sendiri, melainkan khawatir akan rentetan dampaknya terhadap kehidupan Israel, termasuk prospek perdamaian. Langkah sepihak Israel hampir selalu diikuti oleh perlawanan rakyat Palestina dengan berbagai cara serta tekanan regional dan internasional.

Netanyahu menyatakan saat ini merupakan kesempatan emas bagi Israel yang mungkin tak akan berulang beberapa puluh tahun ke depan. Pernyataan itu barangkali benar adanya dengan menilik beberapa hal. Pertama, langkah ini sejalan atau tidak bertentangan dengan proposal perdamaian pemerintah Amerika Serikat di bawah Donald Trump. Proposal Trump menyatakan "tidak mengusir satu pun" warga Israel maupun Palestina dari tempat tinggal mereka. Netanyahu juga menyatakan tak akan mengusir warga Palestina di wilayah yang dicaplok. Mereka akan tetap menjadi warga Palestina yang tinggal di kantong-kantong wilayah Israel.

Kedua, pada akhir tahun ini, pemerintahan di Amerika bisa jadi berganti. Cara pandang Trump yang hawkish sangat menguntungkan posisi Israel di hadapan Palestina dan negara-negara Arab lain. Jika pergantian pemerintahan Amerika terjadi, kesempatan untuk mencaplok Tepi Barat bisa hilang. Tak akan mudah memperoleh kesempatan seperti sekarang bila Amerika dipimpin presiden dari Partai Demokrat.

Ketiga, kondisi lapangan sudah matang bagi proses pencaplokan. Wilayah itu sudah dijejali permukiman Yahudi secara bertahap sehingga keadaannya sudah kental Yahudi. Israel biasa menjalankan strategi ini sebelum klaim atau aneksasi dilakukan. Penduduk Palestina memang masih ada di wilayah itu, tapi terdesak ke "tengah".

Keempat, situasi Palestina dan kawasan secara umum cukup mendukung. Perpecahan di Palestina belum bisa dikatakan berakhir. Situasi kawasan Timur Tengah juga dalam turbulensi. Yang terpenting bagi Israel adalah perhatian dunia Arab terhadap masalah Palestina saat ini sangat kecil. Para rezim Arab terlalu sibuk dalam usaha mempertahankan kekuasaan di tengah gelombang demokratisasi. Mereka juga sedang berfokus pada dampak besar dari penyebaran Covid-19. Negara-negara Arab otoritarian juga berusaha keras mengeksploitasi situasi pandemi ini untuk memperkuat cengkeramannya terhadap masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan pertimbangan itu, janji Netanyahu mencaplok Lembah Yordan dan sekitarnya dalam kampanye pemilihan umum Israel tiga kali berturut-turut dalam setahun ini sepertinya benar-benar akan dilaksanakan. Namun ada beberapa catatan yang bisa menghambat langkah kontroversial tersebut.

Pertama, koalisi pemerintahan Israel kali ini sebenarnya tidak begitu kokoh. Pemerintahan persatuan ini juga merupakan pemerintahan darurat karena koalisi ini lebih terdorong pada upaya penyelamatan krisis politik di Israel yang seperti tak berujung. Pemerintahan ini dibentuk setidaknya untuk menghindari terjadinya pemilihan umum keempat karena kegagalan beruntun membentuk koalisi pemerintahan.

Pemerintahan Israel biasanya berdiri di atas platform "ideologis" yang kuat. Sementara itu, pembentukan pemerintahan berdasarkan pergantian kekuasaan kali ini lebih didorong oleh faktor pragmatis, yaitu menghindari krisis politik. Potensi keretakan pemerintahan ini tentu cukup besar mengingat keduanya bermusuhan dalam beberapa kali pemilihan umum. Soal rencana pencaplokan, sejauh ini kubu Benny Gantz, lawan politik Netanyahu, tidak banyak berbicara tentang langkah penuh semangat Netanyahu. Sewaktu-waktu pemerintahan itu bisa pecah jika kubu Gantz mundur dari koalisi.

Kedua, tekanan regional dan internasional cukup besar. Sejauh ini, negara-negara di kawasan itu mulai bereaksi atas rencana pencaplokan Tepi Barat. Reaksi paling keras ditunjukkan oleh Kerajaan Yordania, negara tetangga Israel dan Palestina yang memiliki jumlah penduduk sangat besar dari Palestina. Uni Eropa, kendati sedikit terbelah, juga menunjukkan arah penolakan yang cukup kuat. Turki dan Iran merupakan negara yang paling keras bersuara. Indonesia dan sejumlah negara lain juga melakukan upaya diplomatik untuk mencegah terjadinya pencaplokan kendati Indonesia juga harus realistis mengenai pengaruhnya.

Jika gelombang tekanan dari berbagai arahditambah desakan di dalam negeri Israel dan Palestinasemakin besar, sangat mungkin proses pencaplokan ini akan tertunda. Bagaimanapun, kebijakan ini harus dibawa ke Knesset, parlemen Israel, terlebih dulu dan bisa memakan waktu panjang sebelum keputusan diambil jika penolakan dari anggota Knesset kuat. Jika ini yang terjadi, rencana Netanyahu itu bisa gagal setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Apalagi jika pemilihan umum Amerika pada akhir tahun ini melahirkan pemerintahan baru.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.