Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sukarno, antara Politik dan Seni

image-profil

image-gnews
Iklan

Seno Gumira Ajidarma
PanaJournal.com

Sudjojono, Nasjah Djamin, dan Nashar adalah para pelukis yang pandai sekali menulis. Begitu juga Dullah. Keberuntungan Dullah, antara 1950 dan 1960, ia berstatus “pelukis Istana” yang selalu berada di dekat Sukarno sehingga dapat menulis catatan tentang Sukarno yang bergaya surat kepada Bibi Fatimah, istrinya. Surat-surat ini dimuat harian Merdeka edisi Minggu, dari 14 Maret 1982 sampai 22 Mei 1983, dan terputus sebelum tamat.

Terkumpul dalam buku Bung Karno: Pemimpin, Presiden, Seniman (2019), tampak Dullah membatasi sudut pandangnya untuk tidak berbicara apa pun tentang politik. Namun apakah dengan begitu lantas tidak ada wacana politik sama sekali dalam buku ini? Seperti pembuktian terbalik, hal itu bisa diperiksa ketika politik tidak ada, justru saat berpeluang mengungkapnya.

“Dullah, andaikata aku ini tidak terjun dalam politik, kalau tidak jadi dalang, ya, jadi pelukis,” kata Sukarno, yang memang pandai mendalang dan melukis (Susanto, 2009: 68). Sukarno juga membuat empat karikatur alias political cartoon, dengan nama Soemini, di harian Fikiran Ra’jat yang didirikannya setelah dibebaskan dari penjara Sukamiskin pada Mei 1932. Dalam menjalani pembuangan di Ende (1934-1938) maupun Bengkulu (1938-1942), tertulis 12 naskah drama yang kemudian dipentaskan dengan sutradara dan pemimpin produksi Sukarno sendiri.

Dalang, sutradara, pemimpin produksi, tidakkah ini kemampuan yang paralel dengan kelayakan politikus dalam posisi memimpin? Bagaimana dengan seni rupa? “Dullah, kalau Affandi dengan tangannya begitu rupa meremas dan mengolah tanah liat menjadi karya patung bermutu, itu tidak bedanya dengan aku mengolah rakyat.” (Susanto, 2009: 56). Diucapkan dengan sadar, kiranya sahihlah ditafsirkan sudut pandang Sukarno: berpolitik itu seperti berkesenian, dengan rakyat sebagai bahan mentahnya.

Adapun perbedaannya, tentu, bahwa rakyat, kumpulan bermacam manusia itu, tidaklah begitu mentah seperti tanah liat bagi patung. Bukan hanya berjiwa, tapi juga berpikir, sampai tahap kritis, dan berkemungkinan melawan dengan sedikit maupun banyak siasat. Kiranya di sanalah Sukarno diuji kemampuannya sebagai “seniman politik”, dan sejarah telah mencatat apa yang terjadi selama empat dekade pergulatannya dalam dunia politik. Dalam konteks buku Dullah ini, politik macam apa yang berlangsung selama 1950-1960?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dullah menulis bahwa dirinya harus selalu siap dipanggil Sukarno, begitu rupa sampai ketika istirahat siang di tempat tidur pun tetap mengenakan sepatu. Sukarno selalu butuh ngobrol, terutama tentang seni, seperti kompensasi bagi apa pun yang berlangsung dalam dunia politik. Jika apa yang berlangsung selama 1950-1960 sebagai masa kesaksian Dullah ditengok, kronologi 1950-1959 (Demokrasi Liberal), dan 1959-1966 (Demokrasi Terpimpin), menjelaskan potongan masa tempat Dullah berada di pusarannya: setahun setelah Sukarno “memimpin demokrasi” di tangannya sendiri saja, Dullah tak lagi di Istana.

Disiplinnya untuk hanya berbicara tentang Sukarno dan seni justru menegaskan betapa pengetahuannya atas Sukarno bukanlah sisi kesenimanannya saja. Setidaknya dua kali Dullah mencatat, sebagai kolektor lukisan yang produktif dan bukan hanya konsumtif, Sukarno suka memilih sebuah lukisan untuk dicermatinya selama berjam-jam: “Kau tahu Dullah, di larut malam yang sunyi itu, apabila aku sendirian sedang merenungi sebuah lukisan, bukannya jarang di waktu itu timbul ide-ide penting yang berguna bagi negara.” (Susanto, 2009: 94).

Namun, dengan caranya sendiri, Sukarno tentu juga belajar dari Dullah, ketika dimintanya mengulang kisah-kisah tertentu dari Babad Tanah Jawi (1836) seperti berikut: Sunan Prawoto sedang berada di Pesanggrahan ketika seekor kerbau mengamuk dan tidak bisa diatasi. Baru hari berikutnya Joko Tingkir yang terusir dari Istana, dan tampak di antara kerumunan, dipanggil Raja Demak keempat itu. Joko Tingkir diberi janji, jika mampu membunuh kerbau itu, kedudukannya sebagai kepala prajurit Keraton Demak dikembalikan-dan Joko Tingkir berhasil.

Apa yang sebenarnya terjadi? Joko Tingkir diusir karena dengan arogan membunuh Dadungawuk, seorang pelamar untuk jadi prajurit yang kebal tapi ia ketahui kelemahannya. Mengetahui acara Sunan ke Pesanggrahan, adalah Joko Tingkir yang memasukkan tanah ke mulut kerbau itu sehingga amukannya tak teratasi. Dullah sendiri mengatakan kiasan yang tidak terkupas membuat maksud pujangga menjadi kabur. Betapa pun kiranya Sukarno terlalu cerdas untuk tak dapat membaca terdapatnya taktik bagi politik yang cukup licik.

Penyuntingnya, Mikke Susanto, menyebut isu desukarnoisasi pada dekade 1980-an sebagai “kemungkinan belum terbukti”, yang membuat surat-surat Dullah ini berhenti pemuatannya sebelum tamat. Begitulah wacana Sukarno akan selalu diikuti oleh bayang-bayang politik.

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

9 hari lalu

Andi Timo Pangerang. Foto: Facebook
Politikus Demokrat Timo Pangerang Diduga Rangkap Jabatan, Ada Indikasi Benturan Kepentingan di LPS

Politikus Partai Demokrat A.P.A Timo Pangerang diduga rangkap jabatan sebagai kader partai dan anggota Badan Supervisi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

15 hari lalu

Ilustrasi begal / penyerangan dengan senjata tajam / klitih / perampokan. Shutterstock
Dua Begal Terekam CCTV Saat Beraksi di Grogol Petamburan, Ditangkap di Kuningan dan Bogor

Unit Reskrim Polsek Grogol Petamburan Jakarta Barat mengungkap motif di balik aksi begal ponsel di warteg wilayah Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

18 hari lalu

Vidi Aldiano mengunggah foto dirinya saat bertolak ke Koh Samui, Thailand untuk menjalani terapi melawan kanker ginjal. Foto: Instagram.
Pantang Menyerah Lawan Kanker Ginjal, Vidi Aldiano: Segala Ikhtiar Dilakukan

Vidi Aldiano mengaku mengalami serangan kecemasan saat transit di Bandara Changi, Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Thailand untuk terapi.


PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

21 hari lalu

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti saat menyampaikan sambutannya pada acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging di PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID Jaya) pada Rabu, 3 Juli 2024.
PLN Gandeng 28 Mitra Kembangkan Infrastruktur Catu Daya Kendaraan Listrik

PT PLN (Persero) melakukan langkah besar dalam memperkuat ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani 30 set Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 28 mitra badan usaha terkait pengembangan dan penyediaan charging.


Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

26 hari lalu

Film Detective Pikachu merupakan film Pokemon live-action pertama dan dikemas lebih modern.
Deretan Film yang Diadaptasi dari Video Game

Adaptasi film yang diambil dari video game menawarkan pengalaman menarik dan menghibur bagi penonton segala usia.


Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

43 hari lalu

Antisipasi Lonjakan Harga menjelang Idul Adha, Dinas Perdagangan Kota Palembang Adakan Pasar Murah. TEMPO/ Yuni Rohmawati
Disdag Palembang Gelar Pasar Murah, Antisipasi Lonjakan Harga Menjelang Idul Adha

Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) menggelar pasar murah menjelang hari Raya Idul Adha 2024


Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

57 hari lalu

Salah satu industri game dunia Sony and XBOX ONE, mengikuti pameran ini. Industri game di Inggris menyumbang GDP terbesar bagi Inggris, dengan total nilai transaksi mencapai  1.72 milyar poundsterling. Birmingham, Inggris, 24 September 2015.  M Bowles / Getty Images
Asosiasi Tagih Janji Pemerintah Soal Penguatan Industri Game Nasional, Isu Pendanaan Paling Krusial

Asosiasi game nasional mendesak realisasi Perpres Nomor 19 tahun 2024 soal pengembangan industri game nasional sebelum rezim berganti.


Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

58 hari lalu

Gajah-gajah saat menyiram wisatawan saat berkunjung ke Tangkahan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gajah-gajah tersebut digunakan bagi wisatawan untuk trekking keliling kawan ini. Tempo/Soetana Monang Hasibuan
Mengenal Tangkahan, Kawasan Ekowisata dan Konservasi Gajah di Taman Nasional Gunung Leuser Sumut

Tangkahan dijuluki sebagai The Hidden Paradise of North Sumatra, karena letaknya yang tersembunyi dengan keindahan alam yang masih alami,


Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

58 hari lalu

Pekerja tengah menyelesaikan proyek pembangunan rumah subsidi di kawasan Sukawangi, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 6 Februari 2023. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. targetkan 182.250 unit KPR FLPP dan Tapera, seiring dengan rasio jumlah kebutuhan rumah (backlog) masih tinggi mencapai 12,75 unit. Tempo/Tony Hartawan
Mengenal Tapera yang Akan Memotong Gaji Pegawai Sebesar 3 Persen

Tapera adalah penyimpanan dana yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu


Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

59 hari lalu

Telaga Merdada terlihat dari atas ketinggian 2.500 meter, di Dieng, Banjarnegara, (4/10). Penghujung musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Aris Andrianto/Tempo
Dieng Caldera Race Digelar 8-9 Juni 2024, Peserta Diajak Lari Menikmati Keindahan dan Dinginnya Dieng

Pada Juni hingga Agustus, suhu udara di ketinggian Dieng mencapai nol derajat Celcius, bahkan minus.