Menteri Pendidikan dan Kebudayaan NadiemMakarim dan para kepala daerah tidak perlu terburu-buru membuka sekolah untuk kegiatan belajar-mengajar dalam waktu dekat. Tidak perlu latah dengan kampanye normal baru di sektor ekonomi, karena sektor pendidikan membutuhkan penanganan yang berbeda.
Prioritas semua pengelola sekolah seharusnya adalahkeamanan dan keselamatan siswanya. Membuka sekolah pada awal tahun ajaran baru Juli depan mungkin bisa menjawab kekhawatiran sebagian pihak soal ketertinggalan siswa mengejar kurikulum. Namun hal itu tidak menjawab ketakutan soal pencegahan penularan Covid-19 dan kesehatan siswa serta keluarganya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia menyatakan tingkat keterpaparan dan kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia tergolong tinggi. Sampai Mei lalu, terdapat 129 korban meninggal dari 3.324 anak yang berstatus pasien dalam perawatan. Artinya, tidak benar bahwa anak-anak kebal dari dampak terburuk infeksi virus corona.
Ketimbang terburu-buru meminta siswa kembali masuk sekolah, lebih baikpemerintah mendorong upaya mencariinovasi baru di bidang pendidikan.
Masa pandemi seperti sekarang merupakan momentum bagi guru dan sekolah untuk kembali padamisi utama pendidikan, yakni menumbuhkan budi pekerti siswa. Beban kurikulum yang berlebihan, metode pengajaran yang kurang interaktif, serta pola hubungan guru-murid yang tidak intensif dan kurang berpusat pada kebutuhan setiap siswa harus dibenahi.
Kita harus mengakui bahwa keharusan belajar dari rumah selama masa wabah initelah membuka banyak kelemahan dalam sistem pendidikan kita.Banyak sekolah gelagapan ketika harus melaksanakan proses belajar jarak jauh. Guru-guru pontang-panting mempelajari teknologi informasi untuk menyampaikan pelajaran secara digital. Kondisi semakin sulit ketikasebagianorang tua murid mengaku kewalahan ketika harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah.
Belum lagi tak meratanya infrastruktur Internet membuat tidak semua siswa bisa mengakses situs atau aplikasi belajar online. Kondisi ekonomi keluarga siswa yang beragam memunculkan jurang pemisah digital antara mereka yang berada dan mereka yang kurang mampu.
Semua masalah itu harus dipecahkan, bukannya dilupakan dengan secepatnya kembali membuka sekolah-sekolah. Pendidikan kita harus bertransformasi untuk menjawab tantangan masa depan. Pandemiini hanya mempercepat proses perubahan yang memang sudah seharusnya terjadi.
Kesempatan selama liburan sekolah sebulan ini bisa dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk merumuskan metode dan infrastruktur belajar yang lebih efektif.Jangan lagi ada guru yang gagap teknologi atau orang tua yang tak memahami tanggung jawabnya dalam pendidikan anak.
Selama pandemiini, kita banyak mendengar kisah mengharukan perihal para guru yang berjibaku agar murid-muridnya bisa tetap belajar dengan baik dari rumah. Berbagai gagasan segar dan inovatif itu harus dibakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak Indonesia.