Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ironi Nasib Tenaga Kesehatan

image-profil

Tempo.co

Editorial

image-gnews
Petugas medis yang mengenakan pakaian pelindung bersiap untuk memindahkan pasien ke ruang bedah dari Unit Perawatan Intensif (ICU) yang terjangkit Virus Corona di Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta Timur, 13 Mei 2020. REUTERS/Willy Kurniawan
Petugas medis yang mengenakan pakaian pelindung bersiap untuk memindahkan pasien ke ruang bedah dari Unit Perawatan Intensif (ICU) yang terjangkit Virus Corona di Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta Timur, 13 Mei 2020. REUTERS/Willy Kurniawan
Iklan

Lambatnya pencairan tunjangan bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan cermin dari tidak seriusnya pemerintah memperhatikan nasib para tenaga medis. Mereka bekerja tanpa lelah siang dan malam untuk menyelamatkan pasien sejak wabah corona merebak di Indonesia. Sudah semestinya pemerintah menjamin kesejahteraan mereka. Tenaga kesehatan tersebut memang pantas memperoleh penghargaan dari pemerintah. Mereka menjadi pahlawan di benteng terakhir perang melawan virus corona. Mereka tidak hanya berjibaku siang dan malam di tengah keterbatasan perlengkapan, seperti minimnya jumlah masker dan alat pelindung diri, tapi juga mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan pasien Covid-19. Dengan beban demikian berat, alih-alih mendapat penghargaan, mereka justru kerap menjadi korban stigma negatif di masyarakat. Banyak dari mereka dikucilkan, bahkan sampai diusir dari tempat tinggalnya karena masyarakat khawatir para tenaga medis tersebut menyebarkan virus corona. Sejumlah dokter, perawat, dan tenaga medis bahkan harus kehilangan nyawa karena tertular Covid-19. Beban para tenaga medis tersebut semakin berat lantaran banyak dari mereka tak mendapat gaji dan tunjangan hari raya secara utuh. Sejumlah rumah sakit mencicil, bahkan menunda, pembayaran tunjangan hari raya mereka dengan alasan pendapatan menurun. Tunjangan bulanan dari pemerintah akan menjadi oasis bagi mereka di tengah perjuangan berat menghadapi virus corona. Presiden Joko Widodo telah menjanjikan insentif bagi tenaga medis sejak Maret lalu. Pemerintah pun sudah menganggarkan Rp 5,2 triliun untuk program tersebut. Presiden menjanjikan tunjangan bulanan untuk dokter spesialis sebesar Rp 15 juta, dokter umum dan dokter gigi Rp 10 juta, bidan dan perawat Rp 7,5 juta, serta tenaga medis lainnya Rp 5 juta. Tunjangan tersebut nyatanya tak kunjung cair karena terganjal urusan administrasi. Kementerian Kesehatan beralasan tunjangan itu terlambat cair karena data penerima tunjangan yang telah mereka verifikasi harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari Kementerian Keuangan. Proses verifikasi data tenaga medis penerima tunjangan semestinya tidak memakan waktu lama, mengingat tunjangan hanya diberikan kepada tenaga medis yang bekerja di rumah sakit rujukan khusus Covid-19, rumah sakit rujukan, puskesmas, dan rumah sakit swasta yang ditunjuk pemerintah. Data mereka seharusnya mudah diverifikasi karena berdasarkan usul dari rumah sakit dan puskesmas tempat mereka bekerja. Lambatnya pencairan insentif bagi tenaga medis ini menjadi ironi di tengah royalnya pemerintah menggelontorkan dana bantuan sosial bagi masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19. Bantuan sosial tersebut tetap cair meski data penerimanya berantakan, sehingga banyak bantuan diterima oleh orang yang tidak berhak. Bahkan, dalam program Kartu Prakerja, program yang dipromosikan Jokowi untuk mengentaskan penganggur yang kemudian dijadikan program bantuan sosial bagi masyarakat yang terkena dampak Covid-19, pemerintah telah menggandeng delapan platform digital sebagai mitra. Padahal dasar hukum yang mengatur rincian mitra digital itu belum terbit. Mengingat begitu pentingnya peran tenaga kesehatan pada masa pandemi, pemerintah seharusnya mempercepat pencairan insentif khusus bagi mereka.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

2 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

23 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


25 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

31 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

35 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

50 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

51 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.