Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pembisik

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Seorang filosof Prancis berumur 60 tahun berkereta kuda sepanjang 2.100 kilometer untuk bertemu dengan seorang maharatu di Rusia. Mereka saling mengagumi. Mereka bertukar pikiran. Mereka saling kecewa.

Diderot, sang filosof tua, adalah tokoh Pencerahan Eropa di abad ke-18. Ia penggerak dan digerakkan zaman itu, yang menjunjung rasionalitas di atas doktrin agama dan menegaskan akal budi di atas otoritas politik. Artinya, di Eropa sebelum Revolusi Prancis, sebelum Gereja dan Monarki ditumbangkan, Diderot pembawa pandangan yang subversif, baru, dan beranibersama kemerdekaan berpikir.

Ia penulis yang produktif. Daftar karyanya, termasuk yang dikenal setelah ia meninggal di usia 71 tahun, panjang: risalah filsafat, pamflet politik, kitab fisiologi, fiksi, lakon untuk teater, kritik seni rupa, analisis seni peranjuga puisi iseng yang erotis dan novel "porno" yang kocak (tentang vagina yang bisa berkisah). Tapi yang membuatnya dihormati adalah perannya sebagai editor dan salah satu penulis Encyclopédie, ou Dictionnaire raisonné des sciences, des arts et des métiers. Ensiklopedia itu, dibiayai donor dan pelanggan, lebih dari dua dasawarsa lamanya disusun; di tahun 1771 karya itu selesai, 28 jilid, 71 ribu artikel.

Dengan itu pulaDiderot menjadi wakil Pencerahan yang tipikal: pengibar bendera rasionalisme dan pemikir bebas yang terancam. Jilid pertama Ensiklopedia disambut hangat para cendekiawan Eropa, tapi memicu amarah lapisan atas politik dan agama. Vatikan memasukkan Ensiklopedia ke indeks bacaan terlarang. Para penyumbang tulisan digertak. Di tahun 1759, setelah Ensiklopedia terbit tujuh jilid, Raja Louis XIV memberangusnya. Diderot mengelak; ia mencetak karya besar itu di luar Prancis. Para penyumbang tulisan menulis dengan rahasia.

Diderot hidup sebagai filosof, dan di masanya, filosofi adalah kontroversi. Dalam Diderot and the Art of Thinking Freely (New York, 2019), sebuah biografi yang cermat dan memikat, Andrew S. Curran menceritakan, sejak awal hidupnya cendekiawan Prancis ini murtad. Ia dibentuk pelbagai hal, tapi terutama kekecewaannya kepada agama.

Baca Juga:

Bukunya yang ia tulis di usia 36 tahun, Lettre sur les aveugles ("Surat tentang yang Buta"), mengisahkan seorang jenius tunanetra yang menampik Tuhan. Diderot menulis Lettre dengan nama samaran, tapi ia ketahuan dan disekap 100 hari di penjara Chateau de Vincennes.

Filsafat, kemerdekaan berpikir, keyakinan akan keunggulan nalaritulah yang membentuk Diderot. Dengan itu ia berhadapan dengan dogma, intoleransi, kekuasaan tak terbatas Gereja dan Raja. Ketika suasana represif makin menjerat, akhirnya sang filosof, yang sebenarnya tak suka bepergian, berangkat ke Rusia. Di sana menunggu Maharatu Katarina.

Diderot bukan seorang monarkis. Ia menunjukkan betapa palsunya ide orang Eropa masa itu bahwa raja-raja adalah pilihan Tuhan dan sebab itu, dengan dihalalkan Paus, berkuasa absolut. Tapi Katarina baginya berbeda. Dan memang berbeda.

Ia mengagumi Diderot dan semangat Pencerahan. Ketika menderita sebagai permaisuri Tsar Peter yang penyiksa dan pemabuk, ia menggusur kesepiannya dengan karya sastra dan pemikiran. Ia baca Voltaire tentang sejarah dunia. Ia baca Montesquieu tentang jenis-jenis sistem politik. Di masa yang tak bahagia itu pula ia baca jilid pertama Ensiklopedia.

Kemudian ia memakzulkan suaminya dan menaikkan dirinya ke takhtadan segera setelah itu sang suami mangkat mendadak. Tindakannya brutal, tapi mungkin niscaya. Ia ingin menjadiseperti ditulisnya sendiri buat diukir di batu nisannyaseorang yang "... santai, toleran, berpikiran jembar... dengan semangat republiken...".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Katarina berusaha mengubah otokrasi yang dipimpinnya menjadi monarki yang menghormati hukum. Ia tulis manual reformasi, Velikiy Nakaz, atau Titah Agung, dengan mengambil mentah-mentah sejumlah kata Montesquieu dalam l’Esprit du Loi. Tapi antara naskah yang diilhami pemikiran filsafat dan jalan politik sang Maharatu ada jurang yang tak terhindari.

Katarina membentuk sebuah majelis yang terdiri atas wakil-wakil masyarakat untuk menyusun undang-undang. Di antara mereka para serf, pemilik wilayah yang berkuasa mutlak atas rakyat yang hidup di dalamnya. Golongan ini tak mau kekuasaan mereka dibatasi hukum. Majelis itu pun gagaljuga reformasi Katarina.

Diderot mencoba beberapa kali membisikkan ide-ide ke telinga sang otokrat. Tapi kian lama tak ada sambutan. Sang filosof maklum. Mengutamakan yang rasional adalah semangat Pencerahan, tapi itu tak bisa menjadi ukuran buat kapan saja di mana saja. Terutama dalam politik dan kekuasaan.

Kata sang Tsarina: "Tuan Diderot, Tuan bekerja di atas kertas yang rata, halus, luwes, menuruti apa saja.... Sedangkan saya, maharatu yang malang, bekerja di atas kulit manusia, yang mudah tersinggung dan perasa...."

Kata-kata itu layak diingat tiap kali para cerdik-pandai punya harapan yang aneh: bahwa mereka bisa berbisik ke kuping penguasa dan dunia akan berubah menjadi lebih baik.

Diderot tak punya ilusi itu.

"Negara adalah mesin yang rumit, yang tak dapat kita susun ataupun jalankan tanpa mengenal seluruh bagiannya. Kita tak bisa menekan atau mengendurkan yang satu tanpa mengganggu yang lain...."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

18 jam lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


23 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

29 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.