Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Manusia Emperan Baru pada Masa Pandemi

image-profil

Pemerhati Masalah Ekonomi dan Kemanusiaan

image-gnews
Seorang penjual kerak telur menunggu pembeli di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Minggu, 3 Mei 2020. Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah menyiapkan progran stimulus ekonomi bagi pelaku usaha yang terdampak pandemi COVID-19 bukan hanya bagi hanya usaha kecil, menengah dan besar saja tapi juga usaha mikro dan ultra mikro agar masyarakat tetap sejahtera. ANTARA
Seorang penjual kerak telur menunggu pembeli di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Minggu, 3 Mei 2020. Presiden Joko Widodo meminta pemerintah daerah menyiapkan progran stimulus ekonomi bagi pelaku usaha yang terdampak pandemi COVID-19 bukan hanya bagi hanya usaha kecil, menengah dan besar saja tapi juga usaha mikro dan ultra mikro agar masyarakat tetap sejahtera. ANTARA
Iklan

Dwi Mukti Wibowo
Pemerhati Masalah Ekonomi dan Kemanusiaan

Liputan di sebuah stasiun televisi swasta memberikan gambaran yang menyentakkan. Terlihat beberapa orang sedang menggelar kertas koran di emperan. Mereka baru keluar dari pondokan karena tak mampu lagi membayar biaya kontrakan kamarnya. Pilihannya adalah menggelandang. Ini sungguhan, bukan artis yang pura-pura menyamar dan berperan sebagai gelandangan agar viral di YouTube.

Mereka sebenarnya bukan gelandangan. Mereka adalah korban keadaan. Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah mengubah peran dan mengempaskan masa depan mereka. Perusahaan memecat mereka tanpa kejelasan pesangon. Isi dompet menipis dan tak memungkinkan mereka pulang ke kampung halaman. Pembatalan angkutan mudik gratis melengkapi penderitaan itu. Pandemi corona tak memberi mereka banyak pilihan, kecuali emperan, selain berharap ada keajaiban pada Ramadan ini.

Memang saat ini hanya tampak beberapa orang seperti mereka. Namun bagaimana jika nantinya wabah ini memicu dan memacu yang lain? Wabah ini tidak hanya akan menambah jumlah angka penganggur, tapi juga berpotensi menambah beban pemerintah daerah setempat. Bagaimana jika mereka terinfeksi Covid-19 selama tinggal di emperan? Bagaimana jika mereka mengganggu keamanan dan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)?

Lantas siapa yang harus disalahkan? Apa solusinya? Apa yang harus dilakukan? Beberapa pertanyaan ini mungkin terlewat dari pantauan kita karena terlalu kecil gaungnya untuk menjadi topik hangat di media sosial. Namun hal itu akan menjadi kepala berita media massa manakala mereka nantinya terjangkit Covid-19 atau meninggal mengenaskan di emperan. Pasti ada tudingan pembiaran dan pilih kasih dalam menangani korban pandemi ini. Hal tersebut pasti akan mencoreng prestasi penanganan pandemi yang sudah dicapai pemerintah hingga kini.

Namun saat ini tidak pada tempatnya untuk mencari siapa yang bersalah. Menurut Wayne Dyer, sebesar apa pun kesalahan yang ditimpakan kepada orang lain dan sebesar apa pun kita menyalahkannya, hal tersebut tidak akan mengubahnya. Masalah "manusia emperan baru" tidak hanya terjadi di Indonesia. Jepang, misalnya, mencatat lebih dari 4.000 "pengungsi warnet" yang berada di Tokyo. Akhirnya mereka ditampung di kamar-kamar hotel dan berbagai bentuk akomodasi sementara. Prancis, yang menerapkan karantina wilayah, menggunakan kamar hotel sebagai tempat tinggal tunawisma yang dikarantina. Di Swiss, wabah ini menjadi "berkah" bagi tunawisma, yang bisa merasakan menginap di kamar mewah hotel Bel Esperance. Di Jenewa, organisasi sosial Salvation Army bersama organisasi nirlaba lainnya telah lama menyediakan tempat tidur darurat. Di Perth, Australia Barat, sedikitnya 20 tunawisma menginap di sebuah hotel bintang lima. Kebijakan itu tertuang dalam program kemanusiaan Hotels with Heart. Sementara itu, di Spanyol, sebuah penginapan mewah di Madrid dihuni pengungsi dari Venezuela dan para gelandangan.

Bagaimana perlakuannya di Indonesia? Mungkin tidak harus sama. Bukan masalah mereka harus menginap di hotel mana, tapi bagaimana "manusia emperan baru" itu secepatnya dapat ditampung. Semua pihak harus saling bantu untuk memikirkan bersama bagaimana jalan keluarnya agar dampak yang lebih besar dapat dihindari sejak awal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Pertama, dinas sosial secepatnya melakukan patroli untuk mengangkut mereka dari emperan agar tidak mengganggu keamanan lingkungan sekaligus menjaga kepatuhan pelaksanaan PSBB. Masyarakat diminta secepatnya menginformasikan keberadaan mereka kepada petugas yang berwenang.

Kedua, dinas kesehatan mengecek kondisi kesehatan mereka agar sejak awal risiko penyebaran Covid-19 telah dimitigasi. Ketiga, jika mereka terbukti sehat, pemerintah daerah harus mempertimbangkan untuk memfasilitasi kepulangan mereka ke kampung halaman setelah mereka menandatangani surat pernyataan tidak kembali lagi ke Ibu Kota.

Keempat, pemerintah mengidentifikasi dan memetakan berapa jumlah "warga emperan baru" seperti mereka dan di mana saja mereka berada. Selain dari mereka, data bisa diperoleh dari pengelola pondokan, rukun tetangga/rukun warga, kelurahan, dan kecamatan. Akurasi dan pemutakhiran data sangat diutamakan.

Kelima, pemerintah dapat memberikan kesempatan kerja sementara kepada mereka, seperti melibatkan mereka dalam tim penyaluran bantuan sembako kepada masyarakat, yang sekaligus membantu pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga penyalur. Hal yang terpenting, mereka memiliki kesibukan dan bisa memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Keenam, pemerintah melokalisasi keberadaan mereka agar tidak bergentayangan dari emperan satu ke emperan lainnya. Tempat sementara yang ideal bagi mereka adalah balai latihan kerja (BLK). Selain dapat menjadi tempat penampungan sementara, BLK dapat melatih keterampilan yang menambah kompetensi dan penghasilan mereka. Masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya bisa menjadi alternatif untuk tumpangan sementara mereka. Keenam, bagi masyarakat yang ingin berbagi, bantuan yang diberikan sebaiknya berupa makanan, obat-obatan, dan vitamin. Jika mungkin, ada uang secukupnya untuk menyewakan pondokan buat mereka.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

1 hari lalu

Sertijab Pj Bupati Musi Banyuasin
Apriyadi Siap Dukung Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi

Sandi mengajak semua elemen yang ada di Kabupaten Muba bahu membahu secara berkeadilan, setara dan transparan.


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

22 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


24 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

30 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

34 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

49 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

50 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.